Senin, 16 Desember 2013

Orang Ketiga

Hujan masih memayungi kota Cimahi. Iramanya berdentam-dentam mengetuk atap dan menyentuh tanah. Kata orang, hujan identik dengan perasaan melow dan galau. Entah itu teori dari mana tapi aku benar-benar merasakannya. Aku suka hujan di malam hari. Begitu menenangkan, membuatku terlelap dalam tidur. Ku matikan lampu kamarku dan menyetel lagu melow pengiring tidur.

Tiba-tiba aku merindukan Beni, adik tingkat ku di kampus. Sosoknya yang belakangan ini selalu menemaniku setiap hari membuat waktu ku tersita karena memikirkannya. Aku teringat kali pertama aku bertemu dengannya di Kantin FPEB, saat aku pulang survey villa untuk acara Riung Mumpulung dengan teman-temanku angkatan 2012. Beni adalah mahasiswa baru angkatan 2013 yang sedang berdiskusi tentang acara RM dengan panitia angkatan 2012. Setelah pulang dari sana, BBM ku bergetar. Ada undangan permintaan teman masuk: Moch. Beni Rahadian. Tanpa pikir panjang aku langsung menerima permintaan teman itu. Ku lihat display picture nya ternyata itu adik kelas yang aku lihat di kantin FPEB barusan.

Awal-awal kami tidak chating. Aku malas menyapa duluan. Lagian di status BBM Beni tercantum nama pacarnya. Membuatku berpikiran bahwa Ia hanya ingin menambah relasi senior. Sekitar seminggu kemudian, aku bertemu lagi dengan Beni di PKM usai acara Meet and Greet DPM Himapena. Saat itu Ia menyapaku dan berkata bahwa Ia akan mengobrol denganku di BBM. Dan benar saja beberapa hari kemudian Beni mengirimku pesan BBM.

Dari situ kami cukup sering BBM-an, malahan menyinggung soal status. Ternyata esok hari nya Beni dan pacarnya merayakan anniversary 19 bulan. Entah mengapa sedikit membuat hatiku tidak nyaman. Kami terus BBM-an sampai keesokan harinya aku sempat meminta Beni menemaniku ke Bandung Electronic Centre untuk memperbaiki tablet ku yang error. Aku sedikit salah tingkah, tapi aku berusaha untuk menutupinya agar Beni tidak menyadarinya. Pulang dari BEC aku menemani Beni latihan futsal. Ada rasa malu yang menyergap ketika bertemu anak-anak 2013 disana, tapi tak apa lah anggap saja ini sebagai ucapan terimakasihku pada Beni

Tiba lah saatnya acara Riung Mumpulung yang bertempat di Villa Pleasant Hill Lembang. Aku bukan panitia karena ini acara angkatan 2012, tetapi mereka meminta bantuanku. Oleh karena itu, aku harus datang ke kampus pagi-pagi karena aku mengaku panitia kepada kedua orang tuaku. Dengan wajah masih mengantuk aku melesat menuju kampus. Tapi ternyata aku terlambat, disana aku tidak bertemu dengan Beni karena mahasiswa baru sudah diperintahkan untuk masuk ke dalam angkot dan melesat menuju villa.

Aku, panitia lain, teman seangkatan dan anak 2013 yang terlambat berangkat menyusul mereka. Setibanya di gerbang villa, aku melihat angkatan 2013 sedang menunggu untuk post to post, termasuk Beni. Sejurus kemudian aku langsung melukiskan senyuman manis di bibirku. Lagi-lagi Ia membuat hatiku menghangat, sehangat mentari yang masih malu-malu muncul di langit.

Selama acara berlangsung, aku masih BBM-an dengan Beni. Jika ada waktu luang, kami juga selalu menyempatkan diri untuk bertemu. Namun ada segelintir kabar yang tidak mengenakan hati mengenai Beni yang terlontar lewat bibir Siska. Aku cukup terkejut mendengarnya. Menurut pandangan Siska, Beni cukup banyak mendekati wanita. Sekejap membuatku ragu pada Beni. Apa aku bilang tadi? Ragu? Ragu apanya? Mengapa harus ragu? Beni kan pacar orang. Apa urusannya denganku? Oh iya aku lupa. Lagi-lagi aku harus menyadarkan diriku sendiri.

Acara berlangsung meriah, semakin malam semakin ramai karena kedatangan senior-senior angkatan atas. Setelah acara perkenalan senior usai, aku meninggalkan aula dan berencana untuk tidur di mobil karena tidak memungkinkan tidur di villa. Beni sempat menemaniku sebelum tidur, kami mengobrol di depan mobil. Tetapi itupun tidak lama karena tidak enak pada panitia, seharusnya mahasiswa baru berada di dalam kamar untuk beristirahat.

Setelah Beni beranjak ke kamar, aku dan Melisa tidak bisa tidur karena takut mendengar suara senior-senior yang sedang mabuk-mabukan seperti orang gila. Saat itu sudah dini hari, aku masih terjaga sambil mendengarkan lagu. Galau! Ya, tiba-tiba hatiku diserang rasa galau. Apalagi BBM-an aku dengan Beni sedang menyinggung soal perasaan. Karena kehujanan, kaca mobilku diselimuti embun. Seketika aku langsung menempelkan jariku di kaca mobil dan mulai menggoreskan sebuah nama. BENI.

Kenapa nama Beni yang aku tuliskan disana? Dia pacar orang Glave! Ya Tuhaaaaaan, apakah aku benar-benar ada rasa pada Beni? Damn! Harusnya aku tidak boleh seperti ini. Kemudian ku foto tulisan yang menempel di kaca mobil lalu mengirimkannya pada Beni. Setelah menerima fotonya Bintara berkata bahwa Ia akan menjadikannya sebagai display picture esok hari. Hmmm entahlah kita lihat saja esok. Semakin larut aku BBM-an dengan Beni, kawah hati ini semakin tidak sanggup untuk menahan gelegar air mata. Sunyi, sepi, gelap, ditambah lagu melow membuat suasana semakin membuatku kacau. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam mobil saat ketiga temanku sedang terlelap. Aku menangis sampai tertidur. 2 jam kemudian aku terbangun karena mendengar suara mobil dosen yang menderu di sebelah. Ternyata rasa sesak itu masih membekas.

Selama acara RM, Beni lah orang yang paling perhatian dan peduli kepadaku dibandingkan dengan teman-teman dan panitia lain. Saat aku kesal kepada panitia, Beni lah orang pertama yang peduli dan menenangkan ku. Bagaimana aku tidak jatuh cinta jika Beni terus memperlakukan ku seperti ini? Ya Tuhaaaaaan. Aku semakin bingung untuk bertindak. Bibirku berkata untuk pergi menjauh dari Beni, namun apa daya hati ini selalu menjadi penghianat. Aku tidak bisa jauh dari Beni. Ditambah lagi Beni benar-benar mengganti display picture nya dengan tulisan di kaca mobil itu. Membuatku semakin melemah. Campur aduk rasanya. Aku semakin dilema.

Hari terus berganti, ku kira rasa itu akan menghilang. Tetapi ternyata aku salah besar. Semakin hari rasa itu semakin tumbuh dan berkembang. Seperti amoeba yang terus membelah diri semakin bertambah banyak dan aku tidak bisa menghentikannya. Ya Tuhaaaaaan, ternyata aku memang benar-benar sayang Beni yang berstatus pacar orang :(

Kasih maaf bila aku jatuh cinta, maaf bila saja ku suka saat kau ada yang punya.
Haruskah ku pendam rasa ini saja ataukah ku teruskan saja hingga kau meninggalkannya dan kita bersama?

(HiVi-Orang Ketiga)

Lagu itu sedikit menyentak rasa. Biar bagaimanapun, aku adalah orang ketiga. Menurut pandangan orang, orang ketiga itu memiliki kesan yang buruk. Perusak hubungan orang, perebut pacar orang. Dan image seperti itulah yang akan melekat pada diriku jika aku tidak segera menghentikan semua ini. Bagaimana tidak, hampir anak-anak di jurusan ku dari berbagai angkatan sering melihatku berdua dengan Beni sedangkan yang tertulis di status BBM Beni nama perempuan lain. Bagaimana tidak menyesakkan dada?

Keesokan harinya Beni menceritakan sisi gelap kehidupannya. Ia tidak ingin aku menilainya terlalu baik Tapi sayangnya, itu sama sekali tidak mengurangi perasaanku. Beni terkesan ingin membuatku ilfeel. Ya mungkin saja Ia tidak ingin aku semakin terperosok ke dalam cintanya yang kelak menghancurkanku.

Sungguh anehnya cinta, kadang tak berlogika. Bagaimana mungkin aku bisa mencintai Beni. Dia sama sekali bukan tipe lelaki yang ku harapkan. Dia itu bad boy. Aku mengharapkan sosok lelaki yang taat beragama untuk menjadi imamku. Umurnya pun beda 2 tahun dibawahku. Aku berharap lelaki yang akan menjadi suamiku lebih tua dariku sehingga bisa mapan lebih dulu. Sedangkan Beni? Mungkin aku harus menunggu sampai umur 29 tahun baru aku bisa menikah. Haha aku sudah berpikiran menikah? Sesungguhnya aku sudah malas bermain cinta, aku ingin pacaran yang serius. Tidak main-main seperti anak labil.

Kata orang cinta itu anugerah. Tapi mengapa cinta datang pada orang yang salah? Malah akan ada yang tersakiti. Aku harus segera menghentikannya, sebelum semuanya terlambat. Aku dan pacar Beni sama-sama wanita, tentu aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi dia. Beni bilang, hubungannya dengan pacar nya itu susah dijelaskan. Mungkin karena Beni sudah tidak nyaman dengan semuanya. Namun yang masih menjadi tanda tanya besar di benakku, mengapa sampai saat ini Ia masih mempertahankan hubungannya? Entahlah, hanya Ia dan Tuhan yang tahu.

Lupakan aku, kembali padanya. Aku bukan siapa-siapa untukmu.
Ku cintai mu tak berarti bahwa ku harus memilikimu selamanya.

(D'Masiv-Diantara Kalian)

Lagu ini sangat menggambarkan isi hatiku. Berulang kali ku putar lagu ini hingga aku selalu menangis dibuatnya. Ah Bennnnnnniiiii! Kamu harus bertanggung jawab atas semua ini :(. Sekarang aku sudah terlanjur larut dalam cinta Beni. Tak bisa kupungkiri lagi, AKU SAYANG BENI!

Aku berusaha menjauhinya, salah satunya dengan cara mengalihkan pandangan jika bertemu dengan Beni. Tetapi percuma, itu tak berhasil. Itu hanya berlangsung 10 menit setelah Beni pergi. Jari-jariku selalu gatal ingin mengirimnya pesan BBM. Entah mengapa aku selalu ingin bertemu dengannya, apalagi menjelang liburan pekan sunyi ini. Aku harus bertemu dan melepaskan rasa rindu sebelum Ia pulang ke Sumedang.

Ada suatu kebodohan yang aku lakukan: aku memeluk Beni. Ia pun nampak menikmati pelukan itu. Rasa nyaman mengaliri peredaran darahku. Rasanya tak ingin melepasnya. Tetapi sedetik kemudian aku teringat pacarnya Beni. Ya Tuhaaaan, tak sepantasnya aku seperti ini, aku sama sekali tidak punya hak untuk memeluk Beni. Itu akan menyakiti hati perempuan itu. Tapi apa daya, aku sangat membutuhkan pelukan itu. Pada dasarnya suka dipeluk, karena itu bisa sedikit meringankan beban dan menenangkan pikiran. Maafkan aku! Aku memang jahat.

Sampai detik ini, aku masih memikirkan Beni. Aku merindukannya, aku membutuhkannya, aku menginginkan pelukan nyamannya. Aku sayang Beni. Aku tak mau kehilangannya. Aku tahu, ini salah besar. Tetapi bukankah setiap orang berhak jatuh cinta? Andai saja waktu itu aku tak bertemu dan Beni tidak menghubungiku mungkin semua tidak akan menjadi serumit ini.

Jadi orang ketiga itu memang menyakitkan. Selalu dipandang jahat, namun tidak selamanya orang ketiga itu sejahat yang kau pikirkan. Bisa saja sebenarnya ia tidak berniat mengganggu hubungan orang lain, tetapi keadaan lah yang membuatnya seperti itu. Jangan sepenuhnya menyalahkan orang ketiga, karena tamu tak akan datang jika tak diundang oleh pemilik rumah.

This song is for you: Moch. Beni Rahadian

Seandainya dapat ku melukiskan isi hatiku untukmu
Seandainya kau pun harus tahu lelah hatiku bila kau jauh
Namun ku pendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya namun ku yakin hatimu untukku
Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku tapi ku kan selalu ada untukmu

Seharusnya kau pun menyadari resah hatiku bila kau jauh
Seharusnya aku pun tak berharap miliki dirimu seutuhnya
Namun ku pendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya namun ku yakin hatimu untukku
Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku tapi ku kan selalu ada untukmu

Selasa, 10 Desember 2013

First Time I Knew You

Aku terdiam di pesisir pantai barat Pangandaran, melihat ombak yang melompat-lompat dengan indah disertai angin semilir yang membelai-belai rambut panjangku. Tidak terlalu banyak wisatawan yang datang kesana sehingga pantai cukup lengang. Cuaca disana cukup terik, tetapi tidak dengan hatiku. Seperti ada awan mendung yang menggelayuti kepalaku saat itu.

Tidak ada yang bisa membuat mood ku kembali stabil disana. Untung aku membawa blackberry dan tablet ku. Mataku menyapu recent updates, hal yang selalu dilakukan pengguna blackberry jika sedang mati gaya. Tidak ada yang asyik. Membosankan! Lalu aku meraih tablet dari pangkuanku kemudian ku buka aplikasi Path. Ku tekan lambang check-in dan ku pilih Pantai Barat Pangandaran. Tak lupa aku connect ke akun twitter dan foursquare ku.

Beberapa lama kemudian tablet ku bergetar. Ku lihat notifikasi nya ternyata ada yang me-mention ku di twitter dan itu Fiki! Aku masih terdiam, otakku blm sepenuhnya mencerna informasi yang ku lihat. Sedetik kemudian aku langsung tersadar, seperti disengat ribuan lebah mataku terbelalak. Fiki Angga Gantira mention aku? Hatiku berjingkat-jingkat kegirangan. Seolah tak percaya aku membaca lagi mention yang masuk ke twitterku, khawatir aku salah baca. Dan ternyata benar, Fiki lah yang me-mention ku! Rasa senang menggelayuti jiwaku. Jantungku berdetak tak karuan disertai senyum manis terukir di bibirku.

@glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Kemudian aku balas :
@fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang? RT @glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Fiki membalas lagi :
@glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama RT @fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang?

Jelas Fik kamu suka liat aku, kan aku suka liatin kamu kalo papasan sama kamu. :)

@fikigantira aku juga suka liat kamu tapi kamu suka pura2 ga liat -_- RT @glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama

........................

Kami masih lanjut twitter-an sampai terlintas dipikiranku untuk meminta pin BB Fiki. Tanpa di sangka-sangka, Fiki langsung mengirimkan pin nya lewat direct message. Horeeeeee! Ah tak bisa ku gambarkan rasa bahagia ini. Thanks God! Akhirnya ada jalan juga buat deket sama Fiki. Secepat kilat aku invite Fiki dan langsung di accept. Rasanya jari ini sudah gatal untuk chating dengan Fiki. Tapi aku malu untuk memulainya. Ah tak peduli, aku segera menyingkirkan rasa malu dan gengsi itu dan langsung menyapa Fiki di BBM.

Aku dan Fiki BBM-an sampai koneksi memutuskan kami. BBM di android memang signal nya masih labil. Jadi ku invite Fiki melalui blackberry ku. Kemudian aku memulai kembali obrolan yang terputus. Aku tak pernah kehabisan topik pembicaraan, karena aku dan Fiki sama-sama berasal dari Cimahi. Satu hal yang membuat hatiku tak bisa berhenti merasa bahagia, ternyata wanita yang tempo hari nempel-nempel Fiki bagai perangko itu bukan pacar Fiki. Tetapi sahabatnya Fiki yang ternyata orang Cimahi juga dan adik kelasku waktu SMA. God, dunia itu sempit! Haha

Beberapa hari kami sempat putus komunikasi, tetapi kemudian Fiki menyapa ku duluan di BBM. Woooow, seketika mood ku langsung berubah drastis! Keesokan harinya saat aku sedang berjalan menuju mesjid Al-Furqon bersama Maira dan Yesi, aku berpapasan dengan Fiki yang sedang berjalan dari arah berlawanan bersama Rasti dan satu temannya lagi. Deg! Aku langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. Padahal mata ini tak kuasa ingin melirik ke arah Fiki. Ia pun nampak salah tingkah dan Rasti mulai cari perhatian dengan memukul-mukul punggung Fiki. Aku masih malu untuk menyapa Fiki, seperti biasa Fiki masih pura-pura tak melihatku.

Hari berikutnya aku tidak sengaja bertemu Fiki di kantin FPEB. Tumben Rasti tidak nempel-nempel Fiki, malahan menggoda Fiki dan aku. Tanpa ku sangka, Fiki menyapaku. Semburat merah merona di pipiku, malu sekali rasanya sampai-sampai aku salah tingkah. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kelas. Di perjalanan menuju kelas, sekelibat ide muncul di benakku. Aku mengajak Fiki makan siang (ini namanya modus. haha). Aku bbm Fiki dan ternyata dia ada waktu siang ini. Yes! Rasanya ingin melesat menembus atap saking senangnya! Hihi

Jam berdentang menunjukkan angka jam 12. Waktunya pulang dan makan siang bersama Fiki. Horeeeee! Secepat kilat aku bbm Fiki tetapi delay! Damn! Oh my God! Kenapa harus delay sih? Rasa khawatir menggelayuti hatiku. Hanya lewat BBM Fiki satu-satunya cara untuk aku berkomunikasi dengan Fiki. Aku tidak punya nomor ponsel, whatsapp, line, wechat, ataupun kakaotalk Fiki. Hanya berteman di path dan twitter, tapi rasanya tak mungkin menghubungi Fiki lewat path atau twitter. Kemudian ku berjalan gontai menuju mobil dan menunggu Fiki disana dengan penuh harapan.

Aku hanya bisa pasrah. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Aku kemudian meninggalkan pesan, "Aku tunggu di parkiran garnadi". Berharap jaringan kembali normal sehingga BBM ku pada Fiki delivered. Tik..tok..tik..tok.. waktu terasa bergulir begitu lama. Aku menanti dengan penuh harapan. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya ponsel ku bergetar, BBM dari Fiki! Ternyata Ia baru keluar kelas dan bergegas menemuiku. Dari kejauhan aku melihat siluet Fiki yang sedang berjalan mendekat.

Fiki kemudian membuka pintu mobil dan duduk di sebelahku. Ini kali pertama aku berada di dekat Fiki, hanya aku dan Fiki saja. Tak ada yang lain. Tentu saja membuatku sangat menikmati hati yang berdentam-dentam dibuatnya. Kami masih sedikit canggung tapi perlahan aku mulai mencairkan suasana. Mencari topik pembicaraan kemana kami akan makan siang. Akhirnya, kami memutuskan untuk makan di Wale, daerah Dago Pakar. Sesampainya di sana kami langsung disuguhi pemandangan alam yang hijau menyejukkan. Kami asyik berbincang-bincang sambil makan mie ayam. Hatiku terus memproduksi rasa nyaman saat didekatnya. Rasanya ingin menghentikan waktu saat bersamanya. Namun tak terasa waktu yang bergulir harus memisahkan kebersamaan kami, aku harus segera pulang karena harus menjemput ayahku.

Dua hari kemudian, setelah mata kuliah Stenografi aku dengan senang hati kembali menawarkan diri untuk menemani Fiki yang akan mengurus perizinan tempat acara Riung Mumpulung jurusannya. Kebetulan Fiki adalah ketua nya, sehingga Ia terpaksa skip kuliah demi mengurus acara yang semakin dekat ini. Tempat pertama yang kami tuju masih sekitar kampus, yaitu Lapangan Tennis Indoor dan Sport Hall tetapi tidak mendapat izin. Lalu kami bergegas ke tempat penyewaan kursi di daerah Gerlong. Tidak terasa, perut kami meronta-ronta minta diisi. Akhirnya kami mencari tempat makan di sekitaran Trunojoyo. Setelah makan kami kembali ke kampus karena aku ada kelas pemrograman jam 1. Kami tiba di kampus pukul 11, masih ada waktu 2 jam untuk bersama Fiki. Kami lalu mencari tempat parkir di bawah pohon Garnadi, tetapi penuh jadinya kami parkir di parkiran Kolam Renang UPI.

Sesampainya disana, aku tidak mematikan mesin mobil. Cuaca yang panas membuat kami harus menyalakan AC terus menerus. Entah efek AC, entah hatiku yang berdesir dingin yang membuat tubuhku merasakan kesejukan yang menyenangkan. Pandangan kami bertubrukan membuat ku semakin tertusuk bola matanya lebih dalam. Tiba-tiba Fiki memegang tanganku yang mulai kedinginan membuat kehangatan menjalar ke sekujur tubuhku.

Waktu telah menunjukkan pukul 1, aku harus kuliah tetapi rasanya berat untuk berpisah dengan Fiki. Ah! Ingin rasanya lebih lama bersama Fiki. Setan mulai menggoda ku untuk skip kuliah. Disamping masih ingin bersama Fiki, aku juga sudah jenuh kuliah. Apalagi aku belum pernah absen sama sekali. Setelah ku pikir-pikir rasanya tidak apa-apa jika aku mengambil jatah tidak hadir satu kali. Kemudian kami pergi ke Indomaret Convention Center Sukajadi, tempat nongkrong Fiki. Di perjalanan menuju kesana, Fiki memutarkan lagu Maliq and D'essentials-Sampai Kapan. Lagu yang tepat untuk menggambarkan perasaan kami berdua.

Pantaskah diriku ini mengharapkan suatu yang lebih dari hanya sekedar perhatian dari dirimu yang kau anggap biasa saja.
Atau haruskah ku simpan dalam diri lalu ku endapkan rasa ini terus selama-lamanya.
Diriku cinta dirimu dan hanya itu lah satu yang aku tak jujur kepadamu.
Ku ingin engkau mengerti.
Mungkinkah engkau sadari cinta yang ada dihatiku?

Itulah kali terakhir aku bertemu Fiki. Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Kesibukan masing-masing lah yang membentengi kami. Kami jadi jarang sekali berkomunikasi. Aku kangen Fiki, kangen Wale, kangen mie ayam, kangen parkiran kolam renang, kangen Indomaret, kangen lagu Maliq, kangen semua tempat yang pernah kami kunjungi. Kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi Fik? Mungkin setelah acara Riung Mumpulung :)

Minggu, 24 November 2013

Garnadi Punya Cerita Tentang Kita

Siang itu sangat terik. Kulitku seperti terpanggang matahari. Benar saja, matahari sedang berada tegak lurus diatas kepalaku. Nampaknya sekarang tepat pukul 12.00 WIB. Aku melangkahkan kaki dengan gontai menuju mobilku yang terparkir di bawah pohon garnadi bersama Milati sahabatku. Untung saja tadi pagi aku memarkirkan mobilku dibawah pohon, sehingga walaupun siang yang terik ini, aku masih merasakan semilir angin menyejukkan yang membelai-belai rambutku.

Saat kami sedang asyik bercerita,  tiba-tiba ada sekumpulan mahasiswa berdiri tak jauh dari mobilku. Sudut mataku seperti tertarik oleh magnet yang mengarahkan pandangan kepada salah satu pria disitu. Beberapa detik aku seperti terhipnotis oleh pesona nya. Ia begitu manis, menggoda hatiku untuk berkata: Aku suka dia!

Siapakah dia? Jurusan apa? Angkatan berapa? Pertanyaan itu berputar-putar di otakku. Sampai kemudian suara Milati membuyarkan lamunanku. Lantas aku mengarahkan jemariku kepada pria itu. Memberi tahu Milati bahwa ada seseorang yang membuat mataku tak bisa berkedip sedetikpun.

Pria itu sepertinya menyadari bahwa ada yang memperhatikannya di dalam Terios hitam yang parkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Ku rasa Ia juga mulai mencuri-curi kepadaku. Aku tak kuasa menatap matanya. Begitu tenteram dan menyejukkan. Aku kemudian mengalihkan pandanganku. Tak ingin pria itu sampai tahu jika aku memperhatikannya. Tetapi aku kembali memandangnya saat Ia tak melihatku.

Sesaat kemudian, seorang wanita tiba-tiba berdiri di hadapannya. Seolah menghalangi pria itu untuk melihat ke arahku. Wanita itu seperti mengalihkan perhatian si pria manis kepadanya. Menyebalkan! Apakah wanita itu kekasihnya? Sebersit rasa cemburu menyelimuti hatiku. Setitik kecewa datang menyergap.

Beberapa lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Sialnya aku kehilangan jejak. Ya sudah lah, aku pasrah. Mungkin kami tidak berjodoh hari ini. Tetapi Tuhan berkata lain, saat aku melihat spion rupanya mereka berada di belakang mobilku. Seulas senyum bahagia mengembang di wajahku.

Tak kehilangan akal, aku dan Milati mencuri perhatian dengan berpura-pura ke kamar mandi. Kami pun keluar dari mobil dan berjalan melewati mereka. Mataku tak luput memandangnya. Begitu pun si pria manis itu sedikit mencuri-curi pandang karena menyadari aku memperhatikannya. Tapi bibirku selalu lupa untuk melukiskan senyum manis kepadanya karena bawaan lahir yang mebuatku kurang bisa ramah kepada orang yang tidak dikenal.

Setelah kembali dari kamar mandi, ternyata mereka masih ada. Kali ini wanita itu yang melihat kami, karena posisi si pria manis membelakangi kami. Saat kami berjalan melewati mereka, tiba-tiba wanita itu memeluk si pria manis sambil menyunggingkan senyum kemenangan. Sial. Menyebalkan! Lagi-lagi hatiku terbakar cemburu untuk pria yang tidak ku kenal itu.

Itu bukan kali pertama wanita itu berulah di depan si pria manis. Ia seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pria manis itu miliknya, dan barang siapa yang ingin merebut pria manis itu harus berurusan dengannya. Sungguh-sungguh menyebalkan! Ingin rasanya menjambak rambutnya tapi apa daya aku tak punya hak. Kenal mereka pun tidak.

Karena kami satu fakultas, kami sering berpapasan. Entah itu di garnadi, di perpus atau di FPEB lama. Dan tentu saja kami selalu mencuri-curi pandang. Entah itu hanya perasaanku saja atau memang benar. Aku tidak mau terlalu ke-GR-an. Tetapi aku selalu salah tingkah saat bertemu dengannya. Dan setiap kami berpapasan, wanita itu selalu mencari perhatian dengan menggandeng tangan si pria manis dan menunjukkan kemesraan mereka dihadapanku. Menyebalkan!

Lama kelamaan aku tidak terlalu memikirkannya, karena aku capek jika harus bertemu dengan mereka dan melihat kemesraan mereka. Rasanya ingin menciut menjadi makhluk super kecil dan berlari menghindari mereka.

Suatu malam aku sedang online facebook, aku penasaran dengan pria yang sedang mendekati Rima yang kebetulan sedang online. Aku buka facebooknya dan tiba-tiba mataku terbelalak. Ku lihat foto profilnya yang ternyata bersama si pria manis! Secepat kilat aku chatting dengan nya dan menanyakan perihal si pria manis itu.

Ternyata, si pria manis itu bernama Fiki Angga Gantira jurusan Pendidikan Akuntansi angkatan 2012. Satu tahun lebih muda dariku. Kemudian aku mengirim permintaan pertemanan ke akun facebooknya Fiki atas informasi dari teman nya Rima itu. Thanks God! Ini adalah awal yang baik. Hatiku melompat-lompat kegirangan.

Beberapa minggu kemudian, Fiki mengkonfirm permintaan pertemananku. Dengan jantung yang berdentum-dentum mengikuti irama hati, aku membuka profil facebooknya. Tetapi sesaat kemudian aku tercekat. Hatiku terasa ngilu. Ternyata Fiki pacarnya Sheila, teman SMA ku. Damn!  Dunia sebegitu sempitkah? Saat aku baru saja akan mengenal pria itu ternyata ia malah pacar teman SMA ku. Hatiku kembali bersedih.

To be continued....

Kamis, 21 November 2013

Karena Cinta yang Terlalu Cepat Datang, Akan Cepat Berlalu Pula

Sebulan sudah usia hubunganku dengan Bastian. Tetapi kami tidak pernah bertemu lagi sejak pacaran. Selalu ada aral melintang setiap kali kami berniat untuk bertemu. Sampai kurasakan perubahan sikap Bastian. Semakin lama semakin menghilang bagai ditelan bumi.

Aku berusaha menyelidiki penyebab perubahan sikap Bastian. Aku mulai dengan stalking twitter Bastian. Mataku secepat kilat menyapu timeline nya dengan penuh rasa penasaran. Tetapi aku hanya sedikit mendapatkan informasi, karena Bastian jarang membuka twitter. Aku menemukan dua orang temanku yang ternyata mengenal Bastian yaitu Mela dan Misya.

Tanpa pikir panjang aku lantas menghubungi mereka. Pertama aku menghubungi Mela, sayangnya Ia tidak begitu mengenal Bastian. Malahan Mela adalah salah satu korban harapan kosong Bastian. Kemudian aku menghubungi Misya, ternyata Misya kenal Bastian cukup dekat, dan mengetahui sedikitnya seluk beluk percintaan Bastian.

Ku ceritakan semua pada Misya, namun aku tercengang karena pernyataan Misya sangat bertolak belakang dengan apa yang ku ceritakan. Setahu Misya, Bastian itu tidak pernah main-main dalam pacaran. Dan waktu Bastian lebih banyak dihabiskan bersama pacar ketimbang bersama teman-teman.

Deg! Pernyataan Misya sedikit menyentak rasa. Kenapa Bastian tidak melakukannya kepadaku? Mengapa aku tidak diperlakukan seperti itu? Rasa iri menggores ironiku. Sekelumit kesedihan datang menyergap.

Kemudian aku meminta tolong Misya untuk mengetes Bastian, cerita nya Misya berpura-pura akan mengenalkan Bastian kepada seorang gadis. Tanpa ku sangka, Bastian berhasil terperangkap dalam jebakanku. Seperti kucing yang ditawari ikan, Bastian menyambar penawaran Misya dengan penuh semangat.

Gerimis kesedihan mulai mengalir di pipiku. Makin lama makin deras. Napasku semakin tersengal. Membuyarkan konsentrasiku yang sedang menghapal materi untuk presentasi besok. Hatiku seperti tercabik-cabik oleh kanibal yang sedang kelaparan. Begitu menyakitkan,

Air mataku menetes lagi saat membaca capture-an BBM dari Misya.

Misya : Kemana aja kamu? Pacaran aja.
Bastian : Pacaran sama siapa -_-
Aku mulai gerah.
Misya : Ih masa gak punya pacar? Temen kampus aku banyak yang cantik nih.
Bastian : Engga, cuma lagi pada deket aja, seneng PDKT nya aja. Pacaran nya males. Haha
Mataku semakin deras memproduksi air mata.
Misya : Masih gagal move on dari bu bidan yah? Haha
Bastian : Haha engga ih
Misya : Nanti aku udah cariin eh cewe kamu marah kan repot. Takut kamu udah punya cewe.
Untuk kesekian kali nya Misya memancing Bastian.
Bastian : Belum ih, kalo punya juga aku pasang namanya di status, Sya.

Damn! Sialan! Cowo brengsek! Jadi selama hampir dua bulan ini aku gak dianggap? Padahal aku sudah ber-positve thinking dan menerima Bastian apa adanya. Selama ini jika gagal bertemu aku selalu bersabar. Saat ulang tahunku Ia sama sekali tidak mengucapkan, aku tetap bersabar. Ia selalu menghabiskan waktunya untuk main game. Aku selalu sabar.

Pantas saja sudah seminggu lebih ini Bastian menghilang tak tahu rimbanya. Padahal aku sempat membantunya dalam UTS. Seperti tidak tahu terimakasih, ia begitu saja menghilang. BBM Maira pun di delcont. Padahal berkat smartphone Maira aku bisa browsing jawaban UTS Bastian. Tak tahu diri! Menyebalkan! BBM dariku juga selalu Delivered saja, tak pernah di read. Padahal Ia selalu muncul di recent update. Benar-benar menyebalkan!

Tadinya aku akan memutuskan hubunganku dengan Bastian. Tetapi aku berpikir ulang, untuk apa mengakhiri jika ternyata sebenarnya tak pernah memulai. Ku biarkan saja Bastian begini. Toh percuma aku BBM juga selalu di end chat.

Bastian memang jahat. Aku tak mengerti jalan pikirannya. Seperti anak kecil. Ya Tuhaaaaaaan, kenapa aku harus merasakan kehilangan lagi disaat aku baru saja menemukan cintaku. Ku akui, Bastian memang tampan, pasti banyak wanita yang mau jadi kekasihnya. Tapi tidak dengan hatinya. Tolong sadarkan Bastian ya Tuhan, semoga tidak ada lagi wanita yang tersakiti olehnya.

Terimakasih Tuhan, telah menunjukkan kebenaran. Terimakasih telah memberiku pelajaran, aku harus lebih berhati-hati dalam memilih pria dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Karena cinta yang terlalu cepat datang, akan cepat berlalu pula.

Jumat, 15 November 2013

Aku Mencintaimu Seperti Tuhan Mencintaimu

Aku meincintaimu seperti Tuhan mencintaimu,
Cintaku padamu seluas dunia yang Tuhan ciptakan, tak akan pernah bisa ditemukan dimana ujungnya meski kau selalu menerka-nerka dimana ujung dunia itu.
Cintaku padamu seperti angin yang berhembus, terasa begitu menyejukkan dan tak terlihat wujudnya meski kau selalu mengabaikanku karena aku tak terlihat.
Cintaku padamu seperti matahari yang menemani langit saat siang hari, meski kau selalu mengeluh kepanasan.
Cintaku padamu seperti bulan dan bintang, yang menemani malam mu saat engkau terjaga dari tidurmu meski kau tak pernah menyadarinya.
Cintaku padamu seperti hujan yang membasahi bumi, walau menghambat aktivitasmu namun akan ada pelangi nan indah yang menghias harimu dipenghujung hujan.
Cintaku padamu seperti kupu-kupu, walaupun kau menghina saat menjadi ulat, tapi aku akan membalas dengan keindahan saat menjadi kupu-kupu,

Aku mencintaimu seperti Tuhan mencintaimu,
Aku selalu memberimu cinta, tetapi kau tak pernah merasakannya.
Apa aku marah? Tidak
Aku selalu menjadi yang terbaik untukmu, tetapi kau tak pernah bersyukur telah memiliku. Apa aku marah? Tidak.
Aku selalu mengingatmu, tetapi kau tak pernah mengingatku. Apa aku marah? Tidak.
Aku selalu ada untukmu, tetapi kau selalu datang saat kesusahan dan meninggalkan ku saat kau bahagia. Apa aku marah? Tidak.
Aku selalu ingin menghabiskan waktu bersamamu, tetapi kau selaku menghabiskan waktu mu bersama game. Apa aku marah? Tidak.
Aku selalu memberimu perhatian tetapi kau selalu mengabaikanku. Apa aku marah tidak?
Aku menguji cintamu padaku, tetapi kau selalu marah dan mencaci makiku padahal itu demi kebaikanmu. Apa aku marah? Tidak.

Aku mencintaimu seperti Tuhan mencintaimu,
Walau kau tak pernah merasakan besarnya cintaku, walau kau tak pernah bersyukur telah memiliki ku, walau kau hanya datang padaku saat kau sedang kesusahan dan melupakanku saat kau bersenang-senang, walau kau tak menganggapku ada, walau kau mengabaikanku, walau kau selalu marah dan mencaci maki ku Aku tak kan marah.

Buka mata, hati dan telinga mu.
Lihat, rasakan dan resapi apa yang terjadi.
Renungkanlah!
Betapa besarnya cinta Tuhan padamu.
Tapi apa yang kau beri untuk-Nya?

Tuhan tak pernah menuntut apa-apa darimu.
Tuhan tak pernah marah.
Ia hanya ingin kau selalu mengingat-Nya dan menjadikan-Nya satu-satunya dihatimu.

Begitu pun dengan aku.
Meski aku hanya makhluk Tuhan biasa dengan segala keterbatasanku.
Tapi aku mencintaimu dengan sempurna, seperti Tuhan mencintaimu.

Kamis, 31 Oktober 2013

Bersyukur

Pernahkah kau merasa jika engkau lah orang paling tidak beruntung sedunia?
Pernahkah kau merasa jika engkau tidak berguna?
Pernahkah kau merasa jika Tuhan tidak adil kepadamu?
Ya, itulah yang selalu aku rasakan.

Kadang aku ingin bertanya pada Tuhan,
Mengapa aku tidak seperti mereka?
Mengapa aku tidak terlahir sebagai anak konglomerat?
Mengapa aku tidak terlahir cantik jelita?
Mengapa aku tidak terlahir dengan otak brilian?
Mengapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan?
Mengapa aku tak punya banyak teman?
Mengapa aku selalu sendirian?
Mengapa aku tidak terlahir seperti ini?
Mengapa tak satu pun kelebihan kau selipkan di dalam diriku ini?

Aku lelah Tuhan, harus menjadi seseorang pecundang seperti aku ini
Aku letih selalu terlupakan dan terbelakang
Aku resah bila bertemu orang
Aku minder jika berhadapan dengan teman-temanku

Katanya Tuhan itu adil, tapi nyatanya? Apa ini yang dibilang adil?

Inilah kisahku, namaku Glaverina Reiska. Aku adalah seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga biasa. Aku bukan anak orang kaya yang selalu hidup dengan penuh kemewahan. Aku hanya anak karyawan BUMD dan PNS. Rumahku tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung 1 mobil hasil kerja keras orang tuaku.

Cantik? Mungkin hanya orang katarak yang bilang aku cantik. Ibuku saja hanya sesekali mengatakan aku cantik. Aku memang berbeda. Aku lah satu-satunya yang berkulit gelap setelah ayahku. Ditambah lagi sifat jutek yang diwariskan ayah kepadaku. Mana ada cantik-cantiknya.

Modis? Aku tidak mengerti fashion dan tidak memiliki uang banyak untuk membeli itu semua. Style ku bisa dibilang biasa saja. Aku tidak mempunyai barang-barang bermerk. Paling mahal harganya seratus lima puluh ribu.

Pintar? Hmmmm hanya waktu SMA kelas 1 saja pernah 2 kali mendapat ranking 1 di kelas. Selebihnya? Tidak..  Mungkin dewi fortuna sedang berpihak kepadaku saat pengumuman SNMPTN dan aku dinyatakan masuk Universitas negeri.

Pacar? Dari dulu aku tidak pernah punya pacar yang tampan ataupun kaya. Siapa sih lelaki yang mau dengan wanita biasa seperti aku? Lelaki itu kan melihat wanita dari fisiknya dulu. Dan aku tidak pernah bahagia bersama lelaki-lelaki yang pernah jadi pacarku.

Teman? Percaya atau tidak jumlah teman-teman yang aku miliki bisa dihitung. Itu karena aku sangat introvert dan pemalu. Waktu kecil, aku sering dikurung di rumah. Aku tidak boleh keluar karena katanya dulu rawan penculikan anak. Aku hampir tidak mempunyai teman rumah saking selalu diam di dalam rumah. Sampai tiba saatnya aku harus mengenyam pendidikan. Aku takut dengan dunia luar sampai-sampai mogok sekolah!

Kelebihan? Haha kelebihan apa coba? Kelebihan berat badan sih bisa jadi. Sampai 20 tahun aku hidup di dunia, aku tidak tahu hobi, passion, minat dan bakat ku ini di bidang apa. Nyanyi? Suaraku cempreng begini mana bisa nyanyi dengan merdu. Seni? Aku tidak bisa bermain alat musik. Olahraga? Kalau aku suka olah raga mungkin badanku proporsional. Sayangnya aku tidak suka dengan hal-hal yang melelahkan. Baca? Ya Tuhaaaan, itu bikin ngantuk. Nulis? Nulis apa? Diary? Haha. Masak? Haha Ibu ku tidak suka masak jadi jarang masak di rumah. Dan tentu saja aku tidak bisa masak.

Jadi apa kelebihanku?
Tak ada satupun yang bisa dibanggakan dari seorang Glaverina Reiska!

Kadang aku iri jika melihat teman-temanku, mereka anak orang kaya. Mereka bisa membeli apa saja yang mereka inginkan. Dengan uang segalanya bisa menjadi nyata.

Orang cantik, pasti banyak lelaki yang mengantri ingin jadi kekasihnya. Sedangkan aku? Cari cowok yang mau sama aku saja rasanya seperti mencari jerami ditumpukan jarum. Kalaupun aku yang suka duluan, pasti jadi selalu korban harkos, PHP dan sejenisnya.

Orang pintar, IP mereka tinggi Sedangkan aku selalu rendah padahal aku sudah susah payah belajar. Terlebih lagi orang yang pandai berbicara, aktif di kelas pasti dikenal dosen dan mendapat nilai bagus. Aku? Selalu pasif di kelas. Tidak bisa berpikir kritis. Benci debat.

Orang lain punya banyak teman, selalu have fun bersama teman-temannya. Aku? Perasaan temanku hanya itu-itu saja. Mungkin karena aku jutek jadi orang-orang enggan berteman denganku. Lebih tepatnya aku tidak bisa cepat akrab dengan orang baru, aku selalu kebingungan jika berhadapan dengan orang baru. Intinya aku tidak bisa basa-basi. Karena aku lebih suka to the point. Mungkin untuk orang yang baru pertama kali bertemu denganku pasti men-judge aku Mrs. Jutek. Tapi hey, percayalah jika sudah kenal aku baik kok orangnya :(

Aku jadi lebih suka melakukan semua hal sendirian. Bisa dibilang autis. Saking seringnya sendirian, semakin sini aku rasa aku semakin anti sosial! Oh my God!

Orang berbakat, mereka bisa menyalurkan bakatnya dengan baik. Banyak temanku yang menjadi artis, model, penyanyi, pemain band, MC, asdos, guru, pengusaha, chef dll. Sedangkan aku? TIDAK BISA APA-APA.

Sudah jelas kan, aku ini tidak berguna. Tidak ada yang bisa aku banggakan. Tapi ternyata aku hanya selalu melihat ke atas. Aku terlalu naif, aku tidak pernah bersyukur atas semua yang Tuhan berikan untukku.

Betapa beruntungnya aku memiliki keluarga yang sangat menyayangi ku. Aku masih punya rumah. Sedangkan lihatlah anak-anak yatim piatu dan anak-anak jalanan. Mereka tidak punya orang tua, tidak punya rumah, dan tentu saja kurang kasih sayang orang tua. Mestinya aku bersyukur, orang tua ku masih mampu membiayai hidupku. Anak macam apa aku ini yang tidak pernah menghargai perjuangan orang tuaku? :(

Aku dianugrahi anggota tubuh yang lengkap oleh Tuhan. Tapi masih saja aku mengeluh tentang parasku yang tidak cantik. Harusnya aku bersyukur, lihatlah orang-orang yang cacat fisik. Bagaimana rasanya harus menjalani hidup tanpa anggota tubuh yang lengkap? Astaghfirullahaladzim aku tak sanggup untuk membayangkannya.

Tuhan masih sayang padaku, mungkin jika parasku cantik aku bisa jadi bahan permainan lelaki tak bertanggung jawab! Percayalah lelaki baik-baik hanya untuk wanita baik-baik. Dan ternyata sebejad-bejadnya seorang lelaki terhadap wanita, mereka nantinya akan memilih wanita baik-baik yang bisa menjaga harga dirinya.

Mengenai kecerdasan, harusnya aku bersyukur karena aku masih dianugrahi otak. Sedangkan orang-orang cacat mental diluar sana harus hidup dengan kondisi seperti itu. Mungkin aku saja yang pemalas untuk menuntut ilmu, atau mungkin juga jika aku pintar aku akan menjadi sombong sehingga Tuhan tidak menganugrahkan kecerdasan berfikir kepadaku.

Soal teman-temanku, mungkin Tuhan sengaja mengirim orang-orang pilihan untuk berteman denganku sehingga aku tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif. Lihatlah diluar sana banyak kasus remaja yang hamil di luar nikah, pecandu narkoba, dll. Sekali lagi aku harus bersyukur kepada Tuhan atas semua ini.

Mungkin soal minat, bakat dan passion, itu sebenarnya bisa dilatih dan ditekuni sendiri. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Sekarang aku mulai menekuni dunia tulis-menulis, sedikir-sedikit aku ingin belajar menjadi seorang penulis profesional seperti Dewi Lestari, Tere Liye dan Clara Ng. Dan aku yakin suatu saat aku pasti bisa seperti mereka. Semangat!

Betapa kufur nya aku dengan semua nikmat dan anugerah yang Tuhan berikan kepadaku. Aku terlalu naif untuk bersyukur atas segala yang aku miliki. Maafkan aku Tuhan telah menjadi manusia yang sombong. Terimakasih Tuhan atas semua ini. Aku sangat bersyukur dan aku bahagia. :)

Jumat, 25 Oktober 2013

Twenty My Age!!

Welcome October! Welcome my month! Be a good month :)

September telah berlalu, pagi ini ku sambut hangat kedatangan Oktober dengan penuh suka cita. Aku selalu menanti kedatangan Oktober dan berharap akan selalu mendatangkan kebahagiaan untukku disetiap harinya.

1 Oktober, hari dimana aku libur kuliah karena kaka tingkatku wisuda. Tapi sesuai perjanjianku dengan Maira, aku tetap pergi ke kampus. Ya kampus tetangga tepatnya. Padahal kemarin kami baru saja dari sana. Lebih tepatnya untuk modus. Haha

Seperti hari kemarin, Maira menemui Raka. Sedangkan aku? Cukup menjadi obat nyamuk. Awalnya dari kemarin aku berniat bertemu dengan Bastian. tetapi karena Bastian kurang enak badan akhirnya kami mengurungkan niat untuk bertemu.

Tetapi hari ini, aku akan bertemu dengan Berna! Dag-dig-dug jantungku melompat-lompat. Aku sudah tidak sabar bertemu Bastian. Sosoknya yang belakangan ini selalu menemaniku disaat insomnia, lama-lama menarik perhatian ku. Dilihat dari foto profil BBM nya, Bastian termasuk kriteria pria idamanku.

Aku menunggu nya hampir 3 jam, waktu yang cukup lama dirasakan apalagi sambil jadi obat nyamuk nya Maira dan Raka. Setelan bosan menunggu, akhirnya aku keluar dari tempat duduk kami dan berniat menunggu di mobil. Alih-alih mengambil power bank di mobil, aku meninggalkan mereka berdua dan berjalan keluar.

Beberapa langkah setelah keluar dari pintu, aku melihat seorang pria berdiri sambil memegang ponsel dan minuman di tangannya. Pria itu tinggi, kulitnya putih, badannya pas dibalut dengan jaket jeans. Oh sungguh membuat mataku tak sanggup untuk berkedip. Suara langkah kaki nya yang mendekat membuyarkan lamunanku.

Sedetik kemudian aku teringat Bastian. Pria ini mirip sekali dengan Bastian di foto profil BBMnya. Dan benar saja ini Bastian! Aku melambaikan tangan dan menebarkan senyum termanis yang aku miliki. Pria itu pun menatapku dan membalas senyumanku. Aku tertusuk oleh bola matanya yang indah. Sungguh indahnya dunia saat melihatnya tersenyum. Bastian tampak tampan sekali, sangat memukau.

Kemudian kami berjalan menuju kantin sambil berbincang-bincang setelah selama ini hanya berkomunikasi lewat BBM. Aura Bastian seakan memeluk jiwaku dan membuatku merasa nyaman saat berada di dekatnya. Rasanya ingin sekali menghentikan waktu agar aku lebih lama bersama Bastian. Sayang sekali aku harus berpisah dengan Bastian karena Ia ada kuliah.

Sejak perpisahan itu entah mengapa sosoknya selalu meninggalkan percikan rindu di hati. Malam hari nya kami lanjut BBM-an dan tanpa ku sangka Bastian membuat paru-paruku kehabisan oksigen. Oh my God, Bastian nembak aku! Lewat BBM sih, tapi speechless. Seneng banget sih, tapi bingung. Terima engga terima engga. Gila aja masa langsung jadian? Tapi hatiku terus mengirimkan sinyal-sinyal cinta saat itu. Jadian aja gitu yah? Hmmm. Bismillah.. Yaudah deh akhirnya kami jadian ♥

Senang sekali rasanya punya pacar baru di bulan baru. Bulan kelahiranku tepatnya. Itu berarti aku bisa merayakan ulang tahunku yang ke-20 bersama Bastian dengan status pacar. Ah aku mulai berkhayal dan semoga khayalan itu jadi kenyataan. Aamiin.

Hari demi hari ku jalani bersama Bastian. Begitu menyenangkan, sudah lama aku tidak merasakan momen seperti ini. Tapi sayangnya setiap kali kami berniat untuk bertemu pasti tidak jadi, pasti ada halangan. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi.
Sampai tiba saatnya.........

Happy birthday to me! Hari yang sangat ku nantikan pun tiba. Otakku sudah menerka-nerka apa yang akan terjadi di hari istimewaku ini. Sejak pukul 00.00 aku sudah menantikan ucapan selamat ulang tahun dari Bastian. Tapi nyatanya hingga matahari mengeluarkan sinar nya Bastian tak kunjung mengucapkan.

Seperti yang aku khayalkan di benakku, Maira dan Yandra memberi aku surprise di kelas. Aku sangat senang. Tapi hatiku berkata masih saja ada yang kurang, ya tentu saja Bastian. Kemana sih Bastian? Dari semalam tak ada kabarnya. Apa Ia lupa hari ulang tahunku? :(

Tiba-tiba butiran bening rontok di pipiku saat Maira memberitahuku sesuatu. Entah ini air mata bahagia atau air mata sedih. Tapi cukup mengiris hatiku. Ternyata sebenarnya Maira dan Yandra telah meminta bantuan Bastian untuk memberi surprise padaku, tetapi ia menolak dengan alasan sangat sibuk. Sesibuk itukah sampai tidak ada waktu semenit saja untuk menemuiku di hari istimewaku ini? :(

Hingga senja menjemput sore dan siang telah berganti peran, Bastian tak kunjung ada kabar. Padahal ia muncul di recent update! Menyebalkan! Hmmm. Apa Bastian lupa? Kemudian aku sengaja mengganti display picture BBM ku dengan foto ku bersama teman-teman sambil memegang kue ulang tahun dan membuat status ucapan terimakasih atas ucapan dan doa untuk semuanya. Apa itu belum cukup jelas untuk memberitahu dan mengingatkan Bastian jika hari ini aku berulang tahun? Aaaaaaah! :(

Lama kelamaan jari jemariku tak kuasa untuk mengetikan pesan di ponselku. Lalu aku mengirimi Bastian pesan BBM. Tik...tok...tik...tok... Suara jam berdetak membuat ku tak sabar menanti kabar Bastian Beberapa lama setelah itu ponselku berbunyi. Nampaknya ada balasan dari Bastian.

Seakan tidak tahu apa-apa dan tidak terjadi apa-apa dengan santai Basrian memberitahu jika Ia dari kemarin sibuk menamatkan game yang baru Ia beli. Hanya itu saja. Tidak ada embel-embel apapun, dan tidak ada ucapan apa-apa. Hmmm akhirnya aku beranikan diri untuk frontal!

Aku menanyakan aktivitas nya hari ini dan mengatakan bahwa tadinya aku akan mengajaknya ke suatu tempat di hari ulang tahunku ini. Namun apa reaksi Bastian? Ia malah mengatai ku seperti anak kecil katanya. Hmmm menyebalkan!

Aku masih ber-positive thinking, mungkin Bastian akan mengucapkannya nanti malam, mungkin Ia ingin jadi yang terakhir mengucapkan. Ku tunggu-tunggu hingga tertidur dan ternyata TIDAK ADA! Berna sama sekali tidak mengucapkan apapun apalagi memberiku hadiah. Padahal aku sudah frontal loh. Tapi ya sudahlah, mungkin Bastian bukan tipe orang yang mengistimewakan hari ulang tahun.

Ada sedikit rasa kecewa terbesit, jadi sesibuk itukah main game sampai tidak ada waktu untuk datang menemuiku?  Atau minimal mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku? Hmmmm ulang tahun kali ini rasanya memang ada yang kurang. Tetapi aku tetap bersyukur masih ada keluarga dan teman-teman yang peduli dan memberiku kebahagiaan hari ini.

Terimakasih Tuhan atas segala nikmat yang kau berikan sampai saat ini, terimakasih untuk nafas yang masih aku hembuskan selama 20 tahun ini. Semoga umurku yang ke-20 ini berkah, semoga apa yang aku cita-citakan tercapai. Aamiin...

HAPPY BIRTHDAY GLAVERINA REISKA!

Senin, 14 Oktober 2013

Karma Is True!

Sudah lama aku tepekur di tempat ini. Tempat dimana aku mengistirahatkan tulang belulang ku yang sedari tadi berteriak kelelahan. Sebenarnya bukan hanya raga ku yang lelah, tetapi juga jiwaku.

Aku lelah, aku capek, aku menyerah!

Hari ini hari yang sangat melelahkan. Dengan bodohnya aku menghabiskan segenap energi ku hanya untuk menangisi seorang lelaki pecundang! Sialnya ia membuat hatiku teriris-iris dan menyumpahinya.

Ceritanya begini, aku menyukai seorang lelaki bernama Aksel. Dia adalah teman satu sekolah ku. Kelas kami bersebelahan, aku kelas 2 IPA 5 dan Aksel 2 IPA 4. Awalnya aku berusaha mendekati Aksel. Langkah pertama yang aku lakukan adalah mencari tahu nomor ponsel nya.

Setelah aku dapat nomor ponsel nya, aku lantas mengiriminya pesan singkat dan ternyata Aksel merespon ku. Yes! Lampu kuning. Aksel tetap merespon namun Ia nampak hati-hati.

Setiap hari kami selalu berkomunikasi, sampai tiba saatnya aku ingin Aksel tahu perasaanku. (Tapi bukan nembak loh ya!).

Setiap kali berpapasan dengan Aksel, Hari dan beberapa teman sekelas Aksel selalu menggoda kami, nampaknya mereka melihat status facebook ku tadi malam. (GR ♥ RAS) Malu sih, tapi senang! Haha

Tapi, 2 minggu setelah itu Aksel berubah. Mungkin Ia risih karena selalu digoda oleh teman-teman nya atau mungkin Ia risih karena Aksel tidak suka padaku? Hmmmm. Bisa jadi. :(

Selidik demi selidik, ternyata Aksel sedang bingung. Ia galau apakah akan kembali bersama mantan kekasihnya yang di Bogor atau membuka hati dengan orang baru: aku. Dan sedihnya, ternyata ia memutuskan untuk memilih mantan kekasihnya.

Tetapi aku tetap mengiriminya pesan singkat walaupun terkadang tidak dibalasnya. Sampai tiba akhirnya hari ulang tahun Aksel dan aku mengirim ucapan dan doa yang cukup frontal:

Selamat ulang tahun Aksel, semoga apa yang kamu inginkan tercapai di tahun ini. Dan semoga kamu bisa jadii pacar aku. Haha aamiin.

Aku juga sering mengirimnya lirik lagu yang menggambarkan perasaanku seperti lagu Dari Hati.

Ku ingin kau menjadi milikku entah bagaimana caranya. Lihatlah mataku untuk memintamu. Ku ingin jalani bersamamu coba dengan sepenuh hati. Ku ingin jujur apa adanya dari hati.

Sering kali Aksel risih dengan semua pesan singkat yang aku kirimkan. Bahkan Ia memperlihatkan isi pesan singkatku kepada teman-temannya dan menyebutku "Cewek Centil".

Jleb! Rasanya pisau belati menancap di dada ketika mendengar berita itu dari Fahri. Aku lantas menangis hebat di kelas. Sampai-sampai ada segelintir teman sekelasku yang mengataiku "Lebay". Aku tak peduli, aku tetap menangis. Kalian ga ngerasain sih rasanya jadi aku gimana!

Rasa kecewa perlahan menyelinap. Aku tak dapat membendung kesedihan di sudut hatiku ini. Saat itu aku memutuskan untuk melupakan Aksel. Beberapa hari kemudian aku menyandang status berpacaran dengan pria yang baru aku kenal.

Aku masih cukup sering berkomunikasi dengan Aksel. Dan tahu kan apa yang terjadi? Aksel mulai memberikan lampu hijau kepadaku! Aku bingung harus bagaimana. Dan dengan bodohnya aku memutuskan hubunganku dengan Hilmi. (Maafkan aku Hilmi :( )

Aku pikir ini akan menjadi jalan untuk ku berpacaran dengan Aksel. Tapi aku salah besar! Aksel teramat marah ketika Ia mengetahui bahwa sebenarnya aku sudah punya pacar. Tapi kan aku udah mutusin Hilmi demi Aksel :(

Beribu sms permohonan maafku tak satupun Aksel balas. Teleponku tak pernah diangkat. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui Aksel untuk meminta maaf keesokan harinya.

"Aksel, bisa ngomong sebentar ga? Plis ini penting banget"
Namun Aksel sama sekali tidak menghiraukanku dan menganggapku tidak ada. Ia malah berjalan menghidar menjauhiku.

"Plis banget Sel, maafin aku. Aku tau aku salah. Aku minta maaf. Maaf banget. Maaf banget. Maaf banget. Kamu mau kan maafin aku?" Dengan memasang muka memelas aku terus berusaha meminta maaf pada Aksel dan mengejarnya. Tapi lagi-lagi Aksel tak menghiraukanku.

Aku terus mengejar Aksel hingga ke parkiran depan ruang OSIS dan tak henti-henti nya melontarkan permohonan maaf. Disana banyak teman-temanku yang melihat. Tapi aku tidak mempedulikannya. Aku hanya ingin Aksel memaafkanku, itu saja.

Semakin giat aku melontarkan kata maaf, semakin membuat Aksel geram. Aksel sama sekali tidak mau berbicara denganku. Ia diam seribu bahasa. Mukanya merah padam. Aku bisa melihat kemarahan dan kebencian dihatinya kepadaku. Bahkan saat aku meminta tolong Armi untuk membujuk Aksel agar mau berbicara denganku, Ia semakin menjadi. Amarahnya tidak bisa diredam lagi.

Lama-kelamaan setelah melihat sikap Aksel yang tidak mempedulikan niat baik ku untuk meminta maaf, aku menjadi emosi. Urat malu ku yang sudah kepalang putus, harga diriku yang sudah terlanjur lenyap dan merasa tidak dihargai membuat hati ini terasa diterkam rasa sakit yang luar biasa.

Aku tak bisa menahan amarah yang mengebu-gebu dihatiku. Aku bisa merasakan butiran bening membasahi pipiku. Sejurus kemudian aku membalikkan badan dan berjalan cepat menuju motorku. Secepat kilat aku men-starter motorku. Tanpa menggunakan helm aku pun tancap gas sekencang-kencangnya meninggalkan lapangan parkir.

Rasanya seperti ditusuk-tusuk pedang 1000 kali. Sangat menyakitkan. Jutaan sumpah serapah terlontar dari mulutku. Air mata semakin deras membanjiri rok seragam. Aku yang tidak tahu harus kemana akhirnya memutuskan untuk ke rumah Arini di dekat sekolah.

Di bawah terik matahari pasti terlihat jelas sekali wajahku yang merah padam dan air mata yang terus berguguran di pipiku. Teman-teman Aksel yang melihat kejadian itu merasa kasihan kepadaku dan beberapa diantara mereka memarahi Aksel. Namun Aksel tetap saja bungkam. Bibirnya seperti terkunci oleh gengsi.

Aku tidak tahu persis kondisi Aksel saat itu. Aku hanya diceritakan oleh Arini dan Reina setibanya dirumah Arini. Disana aku menangis sejadi-jadinya. Aku meluapkan semua emosiku. Hingga air mataku kering akhirnya aku berhenti menangis berkat Arini dan Reina yang berusaha menenangkanku.

Aku tahu aku salah. Tapi ga usah kayak gini caranya dong! Kalo dari awal Aksel emang ngasih lampu ijo, aku juga ga bakalan jadian sama Hilmi. Mungkin sekarang temen-temennya Aksel bilang kalo ini semua karena salah aku. Tapi mereka ga ngerti posisi aku kayak gimana! Oke semua ini salah aku. Glave yang salah dan Aksel yang selalu bener. Puas kalian?!!!!!!!!!!

Liat aja Sel, suatu saat nanti kamu bakalan bayar atas semua tetes air mata tiap kali aku nangis gara-gara kamu! Kamu bakalan ngerasain apa yang aku rasain! Entah kamu yang bakalan diginiin sama cewek lain, atau kamu yang balik suka sama aku disaat aku udah bahagia sama yang lain dan kamu ga akan pernah bisa move on dari aku! Kamu bakal nyesel seumur hidup kamu karena udah nyia-nyiain aku! Kamu jahat banget, Sel! Aku benci banget sama kamu! Dan suatu saat itu pasti bakal terjadi tapi gatau kapan, Allah itu maha adil. Inget Rahadian Aksel Surapati, KARMA IS TRUE!!!

Tahun demi tahun berlalu. Aku semakin lupa dengan sosok Aksel. Ku dengan segelintir kabar dari teman-temanku jika Aksel masih belum bisa move on dariku. Memang terlihat dari cara Aksel yang selalu BBM, selalu perhatian, selalu kepo sama sosmed ku. Memang benar kuasa Tuhan, Dia sungguh maha pembolak-balik hati. Sekarang aku sama sekali tidak ada perasaan apapun kepada Aksel. Berbeda dengan Aksel, sampai 4 tahun ini Aksel merasa menyesal dan tidak bisa melupakan bayang-bayangku. Aku hanya bisa tersenyum. Ini lah yang disebut karma dan selamat menikmati Rahadian Aksel Surapati!

Selasa, 10 September 2013

Bumbu-Bumbu Persahabatan

Aku termenung menatap langit malam yang indah. Diantara banyak bintang yang bertaburan, ada satu bintang yang menarik perhatianku. Begitu kecil dan letaknya jauh diantara bintang-bintang lain. Ku tatap bintang itu dalam-dalam, nampak sebuah raut kesedihan yang terpancar diantara kilauan cahayanya yang meredup.

Memoriku memutar kejadian pada waktu aku masih menjadi mahasiswa baru. Awalnya aku tak mengira jika aku dan Reina diterima di Universitas, fakultas dan jurusan yang sama. Sayangnya kami tidak sekelas. Tapi kami masih sering pergi dan pulang kuliah bersama walaupun jadwal kami berbeda.

Di kelas, aku mulai berteman dengan Sera. Kami selalu  bersama dimanapun kami berada dan kemanapun kami pergi. Setelah 2 minggu kuliah, nama Reina tidak tercantum dalam daftar hadir di kelasnya. Setelah dikonfirmasi ke prodi, ternyata Reina dan Aku sekelas.

Reina sama sekali belum akrab dengan teman-teman sekelasku. Dengan senang hati aku menemaninya. Namun, aku merasakan terlintang jarak diantara aku dan Sera. Ia jadi lebih sering bergabung bersama Rashina, Nira, Yandra, Witri dan Zafira. Sementara aku tak pernah lepas dari Reina.

Hari berganti hari, sesuatu yang menyesakkan mulai menghantamku ketika menetahui Reina sedang asyik hang out bersama Rashina dan kawan-kawannya. Oh, aku ga diajak. Ada sedikit rasa kecewa terbesit. Udah punya temen baru di kelas, temen lama dilupain.

Itu bukan kali pertama mereka pergi hang out bersama. Lagi-lagi aku dilupakan. Saat foto kelas pun, Reina lebih memilih pergi ke studio foto bersama Rashina. Padahal Reina sebelumnya pergi ke kampus bersamaku. Hmmm. Untung ada Zafira yang mau pergi bersamaku.

Satu hal yang menurutku paling mencabik-cabik perasaanku, pada saat ulang tahun Nira. Saat itu Rashina mengajak ku untuk memberi surprise untuk Nira bersama Yandra, Witri dan Reina karena Zafira dan Sera tidak bisa ikut.

Tepat bukul 15.30 saat bubaran kelas, aku beregas membereskan alat tulisku dan mengisi absen. Saat ku lirik ke arah bangku Rashina ternyata mereka telah melarikan diri dari kelas. Damn! Sialan aku ditinggal. Nyebelin banget sih mereka. Apa maksudnya ngajak aku kalo ujung-ujungnya ninggalin? Mending ga usah ngajak aku sekalian daripada main ninggalin gini.

Aku tercekat, dadaku sesak. Mataku mulai memanas. Setitik air mata mulai membasahi pipiku. Sakit rasanya. Kesal, kecewa, sedih. Semuanya bercampur aduk. Aku menyeka air mata di pipiku dan bergegas menuju motor. Setibanya di parkiran rupanya langit sedang bersedih dan menetes kan rintik-rintik air hujan. Alhasil aku hujan-hujanan sambil menangis sepanjang jalan pulang.

Aku hanya bisa terdiam. Aku tak tahu harus bercerita pada siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk memendamnya sendirian. Sampai keadaan semakin bertambah parah saat aku dan Reina terjatuh dari motor akibat kecerobohanku. Sejak saat itu, aku tidak pernah pergi kuliah bersama Reina lagi.

Aku sudah meminta maaf kepada Reina, tapi aku masih merasa jika Reina marah padaku. Kini semakin terasa jarak diantara kami. Aku nyaris tidak punya teman di kampus. Reina jadi sering pergi kuliah bersama Rashina dan aku tentu saja sendirian.

Aku merasa DIACUHKAN, DIJAUHI, DILUPAKAN, DITINGGALKAN, dan DIBUANG oleh sahabatku sendiri. Aku berusaha untuk bersabar selama beberapa bulan ini. Bersyukur, kesabaranku tidak sia-sia. Lama kelamaan semakin hubunganku dengan mereka semakin membaik. Tetapi tidak dengan Yandra.

Kini giliran Yandra yang mulai dijauhi oleh mereka. Semakin hari, Yandra dan mereka sering tidak sepaham, beda persepsi dan sering bertentangan. Sering kali kami pergi hang out tanpa sepengetahuan Yandra. Tak jarang pula mereka membicarakan Yandra di belakang.

Lama-kelamaan aku mulai kasihan pada Yandra. Biar bagaimanapun, aku pernah merasakan berada di posisi Yandra. Sakit bukan main rasanya. Kemudian saat Rashina dan kawan-kawan kabur meninggalkan Yandra usai mata kuliah mengetik, aku menghampiri Yandra dan mengajaknya bicara.

Setelah Yandra selesai mengutarakan semua unek-unek yang Ia rasakan terhadap mereka, aku mulai membongkar kebusukan mereka selama ini. Yandra tampak kaget, air mukanya berubah seketika dan hampir meneteskan air mata. Aku memeluk Yandra dan berusaha meyakinkan nya jika masih ada aku disini yang akan menemaninya.

Beberapa bulan kemudian, Reina mulai mengendarai Xenia merahnya ke kampus. Ya, pasti bersama Rashina. Sesuatu yang ngilu menerkam hatiku. Bukan perasaan iri karena Reina membawa mobil, tetapi rasa kecewa yang semakin lama semakin mendalam.

Seumur-umur temenan sma Reina aku belum pernah sedikitpun ditawarin berangkat bareng naik mobil Reina. Bukannya aku sirik, Mama ku juga punya mobil di rumah. Bukannya aku pengin banget diajak naik mobil Reina, tapi setidaknya basa-basi nawarin doang pun ini ga ada. Reina bener-bener udah lupain aku :(

Setelah aku tahu yang sebenarnya, aku kasihan pada Reina yang terkesan menjadi sopir pribadi Rashina. Setiap hari Reina harus mengantar jemput Rashina. Padahal jarak rumah Reina ke jalan tol lebih dekat, tapi Reina harus bolak-balik untuk menjemput Rashina dulu.

Ini membuat hubunganku dengan Reina semakin lama semakin sangat memburuk. Aku tidak pernah bersama-sama Reina lagi. Kini aku mulai berteman baik dengan Yandra dan selalu menemani nya kemanapun Ia pergi.

Rasanya sakit sekali saat mengingat kejadian itu. Tak bisa ku pungkiri, aku merindukan sosok Reina. Kenapa kamu jahat banget sih sama aku Rei? Kamu ga sadar apa rasanya sakit banget saat harus jauh-jauhan sama kamu. Aku kangen kamu Rei ;')

Selain Aku dan Yandra ternyata ada satu lagi temanku yang bernama Melisa menjadi korban eliminasi sahabatnya. Nampaknya Ia memiliki nasib yang sama dengan kami. Lalu Melisa jadi sering bergabung dengan kami. Sejak saat itu kami mulai berteman baik. Semakin hari kami semakin klop dan tidak bisa dipisahkan.

Aku masih melemparkan pandangan ke langit. Kemudian nampak dua buah bintang mendekat pada bintang yang letaknya berjauhan dengan bintang yang lain itu. Ketiga bintang itu mulai mengeluarkan secerca cahaya yang sangat indah. Aku melihat bulan sabit melengkungkan senyuman melihat bintang-bintang itu. Aku lantas ikut tersenyum.

Tiba-tiba aku melihat bintang jatuh, konon katanya jika kita mengucapkan permintaan pada saat melihat bintang jatuh maka permintaan kita akan dikabulkan. Sedetik kemudian aku memejamkan mata dan memulai make a wish.

Semoga persahabatan ini akan abadi untuk selamanya. Semoga tidak akan ada lagi perpisahan diantara kita. Aamiin..

Aku membuka mataku dan memandang betapa indahnya langit malam ini. Bibirku tak henti-hentinya melukiskan senyum bahagia. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan Yandra dan Melisa untukku.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Cinta Butuh Waktu


Sore itu langit begitu cerah. Kilauan warna pelangi menghias langit di tengah-tengah hiruk-pikuk Kota Kembang. Membungkus awan hitam dan menyeretnya pergi. Adzan maghrib berkumandang. Waktunya berbuka puasa. Saat itu aku masih di perjalanan pulang, setelah letih seharian mencari baju untuk hari raya.
Aku ingat hari ini ada janji dengan Ares untuk mem-booking tempat buka besama teman-teman sewaktu duduk di Sekolah Dasar. Kebetulan rumah ku dan Ares saling berdekatan, jadi aku meminta tolong Ares untuk menemaniku. Setibanya di rumah aku langsung bersiap-siap.
Ponsel ku berjerit-jerit meminta disentuh. Nampak sebuah pesan bbm dari Ares,
 Sekarang yuk :)
Dalam hitungan detik aku langsung membalasnya.
            Oke :)
Sudah lama aku tidak bertemu Ares, walaupun rumah kami saling berdekatan tapi setumpuk kesibukan membentengi kami untuk bertemu. Sedikit rasa canggung menyelimuti ku. Tapi lama-lama aku bisa mengatasinya. Ada hal yang berbeda dari Ares, ada sesuatu hangat yang terus menerus mengelus-ngelus liang hatiku.
Keesokan harinya, waktu buka bersama pun tiba. Aku meminta izin pada Mama untuk meminjam mobil. Mama mengizinkan asalkan ada teman laki-lakinya karena khawatir aku akan pulang malam. Tanpa pikir panjang aku mengajak Ares. Akhirnya kami berangkat menuju Sekolah Dasar kami tercinta untuk bertemu teman-teman yang lain.
Disana sudah tampak beberapa teman-teman yang sudah datang. Kami pun menghampiri mereka untuk sekedar berjabat tangan dan berbincang-bincang. Tiba-tiba suara Nesya menggema di udara, “Ih, Ares jadi ganteng deh. Sini-sini foto bareng. Mau aku jadiin DP ah biar dikira pacar.” Nesya menggoda Ares.
Mendengar hal itu, Ares hanya tersenyum dan tidak terlalu menghiraukannya. Berbeda denganku yang merasakan rasa ngilu yang menonjok ulu hatiku. Entah apa yang terjadi tapi udara hangat di tempat ini mendadak menyesakkan. Lidahku serasa kelu sehingga sangat sulit untuk memuntahkan kata-kata, bahkan untuk sekedar melengkungkan senyum tipis bibirku terasa membeku. Aku bergeming.
Dasar nenek lampir! dari dulu sampai sekarang ga berubah, tetep centil! Aku mendengus kesal. Tapi aku berusaha sekuat tenaga agar tak seorang pun dapat mendeteksi perasaanku saat ini.
Senja semakin pekat. Sore sudah semakin menua, waktu telah menunjukkan pukul 17.00. Kami pun bergegas masuk ke dalam mobil untuk melakukan perjalanan. Aku duduk dibelakang kemudi sedangkan Ares duduk di sampingku. Tiba-tiba suara nenek lampir itu bergentayangan lagi. “Ares ga mau naik mobil aku nih?” Nesya mengedipkan mata. Ares tidak menjawab, ia hanya tertawa kecil.
Setibanya di tempat makan, Nesya tak henti-hentinya menggoda Ares. Ingin rasanya aku mengikat lidahnya agar berhenti berkicau. Aku merasakan sebuah ironi menggores hatiku. Isi dadaku dilanda badai hebat dan nyaris melompat keluar dari tempatnya. Aku mencoba tertawa kecil demi merontokkan gemuruh yang ada di dada.
Merasa belum puas melepas rindu, kami berniat mengunjungi sebuah cafe di Bandung. Awalnya aku ragu karena takut kemalaman. Tapi Ares lah yang meyakinkanku. Ia berjanji akan bertanggung jawab di depan Mama. Akhirnya kami melesat menuju cafe tanpa si nenek lampir itu. Ia tidak ikut karena ada urusan. Yes! Hatiku bergejolak riang. Setidaknya kuping ku tidak panas mendengarkan nya terus berkicau.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 22.00. Sekelebat rasa cemas menyelinap masuk ke pikiranku. Aku takut dimarahi Mama. Belum pernah aku pulang se larut ini. Tapi lagi-lagi Ares meyakinkanku. Membuatku sedikit lebih tenang. Ternyata benar, aku tidak dimarahi Mama dan itu semua berkat Ares.
Ares telah pulang ke rumahnya. Tapi entah mengapa sisa-sisa Ares masih terasa disini. Dimana? Di hatiku. Mungkin. Entahlah. Seperti dibangkitkan dalam kubur, Ares mulai bergentayangan di otakku. Makin keras aku memikirkannya, makin keras denyut yang menghantam kepalaku. Begitupun dengan suara nya yang menggema di kepalaku, seolah menggelitik syaraf-syaraf dalam tubuhku.
Hingga saat hari kemenangan tiba, seperti tahun-tahun sebelumnya aku tidak pernah bertemu dengan Ares karena biasanya Ia datang terlambat saat silaturahmi keliling komplek.
Ponselku bergetar, ku pikir hanya broadcast ucapan selamat Idul Fitri. Tapi ternyata aku salah.Ares mengirimiku pesan bbm.
Hey, taun ini kita ga ketemu lagi yah
Secepat kilat aku membalas.
Iya, kamu sih telat datengnya jadi aja ga ketemu
Komunikasi itu berlanjut hingga sesuatu yang mengejutkan mengguncang hatiku. Terselip kata “beb” dalam pesan bbm Ares. Apa aku tidak salah baca? Ares memanggilku dengan sebutan “beb”? Aku nyaris tidak percaya. Rasanya ingin melesat menembus atap saking bahagianya. Sesaat bibirku mulai menyunggingkan senyum termanis yang pernah ku miliki. Hampir setiap pesan bbm kami terselip kata sayang, layaknya dua sejoli yang sedang merajut cinta.
Beberapa hari setelah itu, kami berniat silaturahmi ke rumah guru SD kami yaitu Ibu Yani. Kami memutuskan untuk pergi bersama. Tanpa kami sadari, warna pakaia  kami sama. Yaitu abu-abu dan biru. Padahal kami tidak janjian. Entah faktor kebetulan semata atau faktor sehati. Aku tidak tahu. Yang jelas aku bahagia.
Ada radar yang ditangkap oleh hatiku saat menemukan sosok itu. Ada getar yang tidak bisa di deskripsikan. Ada suka yang tak sanggup berbicara pada bahasa vulgar. Ah rasanya ingin sekali menyerah. Tapi ini berlangsung di luar kesadaranku.
Sesuatu yang menyebalkan membuyarkan lamunan ku. Dasar nenek lampir! Kali ini centilnya kumat lagi. Ia menitip pesan padaku bahwa ia ingin dijemput oleh Ares. Dengan berat hati aku menyampaikanya pada Ares.
“Bep, tuh Nesya pengen dijemput sama kamu” Aku memutar kedua bola mataku dan melipat tangan di dada.
“Kenapa harus sama aku coba? Sama Alvaro aja biar sekalian.” Rupanya Ares bisa membaca dan mengerti gerak-gerik ku.
Menyebalkan! Teman-temanku malah memaksa Ares untuk mau menjemput Nesya karena mengharapkan dapat bingkisan dari Nesya. Maklum, Nesya kan anak orang kaya. “Jangan sama bebep aku sih, sama yang lain aja!” Ucapku keras kepala. Sialnya mereka masih tetap bersikukuh membujuk Ares.
Langit menghitam, derai hujan mulai berguguran membasahi tanah. Untung kami sudah sampai di rumah Ibu Yani. Aku bersyukur, langit sedang berpihak kepadaku. Hujan menghalangi Ares untuk menjemput si nenek lampir centil itu. Tapi Nesya akan menyusul kemari menggunakan jazz putihnya.
Kedatangan Nesya sangat mengusik hatiku. Seperti biasa Nesya mulai beraksi. Menggoda Ares terus menerus. Dan paling menyebalkan lagi, teman-temanku malah berpihak pada Nesya! Aku hanya bergeming. Hatiku terbakar hebat. Tapi bibirku berkhianat, ia malah menyunggingkan senyum termunafik yang pernah ada.
Kenapa aku ini? Kenapa hatiku kalang kabut jika Nesya menggoda Ares? Kenapa aku tak rela jika Ares bersama Nesya? Apa aku….. jatuh cinta pada Ares? Secepat itu kah?
Jatuh cinta pada Ares bukan hal yang salah. Cinta tidak pernah mengumumkan kedatangannya. Ia tidak pernah memilih pada siapa akan datang. Hanya saja cinta itu butuh waktu. Dan waktu yang dibutuhkan cinta adalah teka-teki yang sulit di prediksi.
Cinta butuh waktu untuk membuat Ares memahami, ada cinta yang lebih masuk akal untuk Ia percayai. Cinta butuh waktu untuk membuat Ares menyadari, ada cinta yang setia menantinya sampai kapanpun. Cinta butuh waktu untuk membuat Ares yakin, bahwa ia menjatuhkan hatinya pada orang yang tepat. Cinta butuh waktu untuk membuat Ares meminta ku bertahan selama-lamanya di taman hatinya.
Dan aku sangat yakin, hari itu pasti akan tiba. Tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana cinta akan membawa ku dan Ares pada kebahagian yang kekal abadi untuk selama-lamanya.

Surat Cinta untuk Bian


Langit tiba-tiba menghitam. Bias cahaya matahari padam, hanya mampu berpendar-pendar lemah dibalik awan. Petir menggumam pelan. Derai hujan berkejaran mengikuti gravitasi.
Aku suka saat terpenjarakan hujan, mendengarnya mengetuk-ngetuk atap, memukul-mukul daun jendela, dan yang paling aku suka adalah selalu ada pelangi setelah hujan. Seperti hal nya kesedihan di sudut hati, suatu saat pasti akan terganti senyum yang tersemai indah.
Tapi hujan kali ini sedang tidak berpihakkepadaku, langit tak henti-hentinya menangis, pelangi pun tak kunjung datang. Hujan seolah menggambarkan perasaan ku saat ini. Sebongkah air mata tiba-tiba runtuh dari sudut mataku. Napas ku terasa begitu berat. Hatiku sangat teriris-iris ketika teringat kejadian itu. Suara Bian terus terngiang-ngiang di kepalaku.
"Aku suka Dinda, Git! Kayaknya aku jatuh cinta sama dia. Jangan tanya kenapa aku cinta dia. Karena aku mencintainya tanpa alasan."
Bian suka Dinda? Ya Tuhaaan, kenapa aku begitu lemas mendengarnya? Jantungku seperti mogok mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Seharusnya aku ikut bahagia jika Bian telah menemukan belahan jiwanya.
Rasa khawatir menyerang hatiku. Jiwaku teraduk-aduk. Berjuta pertanyaan menyelimuti pikiranku. Kenapa harus Dinda sih? Kenapa harus cewek itu? Kenapa aku ga rela ya Tuhan? Aku lebih rela kalo Bian suka sama cewek paling cantik, kaya, baik hati sejagat raya sekalipun. Asal jangan sama Dinda!
Aku takut kehilangan Bian, walaupun sosoknya belum lama ini mewarnai hariku tapi aku merasa ia telah lama bertengger disini, dihatiku. Dihatiku? Ah, bicara apa aku ini? Hati? Apa aku menaruh hati padanya? Ku rasa tidak. Tapi mengapa rasa takut ini terus menerus menghantuiku?
Seminggu kemudian aku bertemu Bian, melepas rasa rindu yang semakin lama menggerogoti ruang hatiku. Kami selalu menyimpan banyak cerita untuk diceritakan ketika kami bertemu. Tapi kali ini aku tidak bercerita apa-apa pada Bian. Aku lebih memilih diam seribu bahasa.
Ku tahan sekuat tenaga agar air mata ini tidak jatuh berguguran di depan Bian. Dan aku berhasil. Sungguh aku ini artis berbakat! Bian pun tak menyadari atas apa yang terjadi kepadaku. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri pertemuan ini.
Setibanya di rumah aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak bisa melakukan apa-apa, aku hanya ingin Bian bahagia. Walaupun hati ini tak sanggup menahan sakit ketika nama itu keluar dari bibir Bian.
Beberapa hari kemudian ponselku menjerit-jerit pertanda ada pesan masuk. Rupanya ada sms dari Bian.
Nagitaaaa, aku udah jadian sama Dinda. Aku seneng banget nih :D
Tubuhku berasa tertimpa batu sebesar 1 ton. Telepon genggam ku seperti mengembang menjadi 1000 kali lipat lebih berat dari biasanya, tanganku tak sanggup menahannya hingga ponsel itu terjatuh. Aku terdiam, tak percaya.
Rasanya jari-jari ku tak sanggup untuk menyentuh tombol yang ada pada telepon genggam. Aku berusaha mengumpulkan tenaga untuk membalas pesan Bian.
Oya? Selamat ya. Aku ikut seneng deh. Semoga langgeng ya :)
Dengan berat hati ku kirimkan sms itu. Sungguh sebenarnya emotion itu bukan titik dua kurung tutup, tapi titik dua kurung buka alias emotion sedih.
Hari memeluk hari. Kekhawatiranku selama ini terjawab sudah, Dinda melabrak ku tadi pagi di kantin. Ia minta aku jauhi Bian dan mengancam akan membuat hidupku tak tenang jika masih dekat-dekat dengan Bian.
Dinda telah mendoktrin Bian. Apa yang Dinda mau selalu diturutinya, termasuk menjauhi ku. Sungguh ia telah benar-benar merubah sosok Bian yang selama ini aku kenal.
Aku sering memergoki Dinda yang sedang berkencan dengan pria lain.  Berkali-kali ku beritahu Bian tentang hal ini, berkali-kali pula ia menyangkal. Tak jarang ia marah kepadaku dan mengira ku yang tidak-tidak. Sungguh cinta nya pada Dinda telah membutakan mata hati Bian.
Bian berubah drastis sejak jatuh cinta pada Dinda. Gadis itu telah mengubahnya 180 derajat. Aku sangat sedih, hatiku sangat terpukul. Aku benar-benar kehilangan Bian. Mungkin untuk selama-lamanya. Kini Bian telah menghilang bagaikan ditelan bumi.
Pada malam ulang tahun Bian yang ke-20, Bian berniat untuk memberikan surprise kepada Dinda. Tanpa sepengetahuan Dinda, diam-diam Bian sudah memesan hotel untuk Candle Light Dinner. Tak lupa Bian mampir ke Toko Mas untuk membeli cincin. Bian rupanya ingin melamar Dinda.
Saat Bian keluar dari Toko Mas, mata nya tiba-tiba tertuju pada sosok perempuan yang seperinya tak asing baginya. Bian menyipitkan mata. Dinda! Tunggu dulu, dengan siapa dia? Kemudian Ia melirik ke arah lelaki disebelah Dinda. Oh my God, Rizfa! Kenapa Rizfa bisa merangkul Dinda?
Hanya terpaut beberapa detik, Bian langsung menghampiri mereka.
“Kurang ajar, teman macam apa kamu?” Sebuah tonjokan melayang di kepala Rizfa.
Dinda kaget setengah mampus! Kedok nya selama ini terbongkar.
“Tunggu Bian, aku bisa jelasin semuanya”
“Ga perlu, semua udah jelas. Aku udah liat pake mata kepala aku kalo cewe yang aku sayang ternyata selingkuh dengan sahabat ku sendiri!”
“Tenang dulu bro.. ini semua salah paham.”
“Ga usah banyak omong, dasar penghianat!” Bian menarik kerah baju Rizfa kemudian menonjok wajah Rizfa berkali-kali sampai darah segar mengalir di bibir Rizfa.
Dengan emosi yang menggebu-gebu Bian meninggalkan mereka. Ia langsung menuju basement kemudian tancap gas sekencang-kencangnya. Ia masih tidak percaya jika mereka tega menusuknya dari belakang. Sangat menyedihkan, seharusnya di hari ulang tahun nya ia bahagia.
Sesampainya di rumah, bayangan ku terlintas di benak Bian. Kemudian ia mencoba menghubungiku tapi gagal. Aku sudah ganti nomor dan Bian sengaja tak aku beritahu. Ia berusaha keras mencari ku, tapi hasilnya 0 besar. Sampai akhirnya Bian membuka akun facebook ku dan menemukan sebuah note yang aku buat sejak lama.

Bandung, 22 Juli 2011
Dear Bian,

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat.
Seharusnya semakin hari kita semakin akrab.
Tetapi, aku merasa saat ini terbentang jarak diantara kita.
Kita semakin menjauh bagai langit dan bumi
 
Entah apa yang sebenarnya terjadi.
Keceriaanku sungguh sirna sejak engkau tak disini.
Jutaan cerita terpendam disini tanpa sempat aku bisikkan kepadamu.
Sejak engkau mengenal Dinda, sungguh kau berubah drastis.
Kau melupakanku dan semua kenangan kita.
 
Aku kecewa, sangat kecewa
Tapi gejolak cinta di dada ini mengalahkan semuanya
Aku sayang kamu
Bukan sebagai sahabat, tapi melebihi segalanya
 
Maaf jika aku sayang kamu
Tapi tak dapat ku pungkiri
Karena hati tak bisa berbohong
Maafkan aku, Sahabat…

With love,
Nagita

Setelah membaca note ku, Bian tercengang. Hatinya kalang kabut. Butiran bening tiba-tiba rontok dari sudut matanya. Ia lantas tancap gas ke rumah ku.
"Gita, aku minta maaf. Aku salah besar. Ternyata kamu lah satu-satunya gadis yang mencintaiku dengan tulus. Maafkan aku, aku sangat menyesal. Ku mohon maafkan aku dan jadilah cinta terakhirku. Aku sayang kamu Nagita. " Bian memohon sambil berlutut dihadapanku.
"Tak perlu minta maaf, aku sudah memaafkanmu dari dulu. Tak ada yang perlu disesali. Tapi maaf aku tak bisa"
"Kenapa Git? Bukan kah kita memiliki perasaan yang sama? Kenapa kita tidak mencoba menjalaninya? Ku mohon. Aku sayang kamu Nagita Ristiana" Ucap Bian, lirih.
Dengan tegas aku berkata, “Aku memang sayang kamu, tapi itu dulu. Kini aku telah mengikhlaskanmu dan menganggapmu sahabat. Perasaanku padamu benar-benar hanya sebatas sahabat. Maafkan aku.”
Sesaat kemudian Arfin datang dan merangkul pinggangku tanpa menghiraukan kehadiran Bian.
"Sudah siap sayang?"
Aku pun mengangguk.
"Maaf aku sudah ada janji. Bye..."
Kami pun meninggalkan Bian di depan rumahku. Membiarkannya sendiri dan menyesali perbuatannya. Aku hanya ingin bahagia. Dan kebahagiaan ku saat ini adalah Arfin. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan Arfin untukku :)