Minggu, 24 November 2013

Garnadi Punya Cerita Tentang Kita

Siang itu sangat terik. Kulitku seperti terpanggang matahari. Benar saja, matahari sedang berada tegak lurus diatas kepalaku. Nampaknya sekarang tepat pukul 12.00 WIB. Aku melangkahkan kaki dengan gontai menuju mobilku yang terparkir di bawah pohon garnadi bersama Milati sahabatku. Untung saja tadi pagi aku memarkirkan mobilku dibawah pohon, sehingga walaupun siang yang terik ini, aku masih merasakan semilir angin menyejukkan yang membelai-belai rambutku.

Saat kami sedang asyik bercerita,  tiba-tiba ada sekumpulan mahasiswa berdiri tak jauh dari mobilku. Sudut mataku seperti tertarik oleh magnet yang mengarahkan pandangan kepada salah satu pria disitu. Beberapa detik aku seperti terhipnotis oleh pesona nya. Ia begitu manis, menggoda hatiku untuk berkata: Aku suka dia!

Siapakah dia? Jurusan apa? Angkatan berapa? Pertanyaan itu berputar-putar di otakku. Sampai kemudian suara Milati membuyarkan lamunanku. Lantas aku mengarahkan jemariku kepada pria itu. Memberi tahu Milati bahwa ada seseorang yang membuat mataku tak bisa berkedip sedetikpun.

Pria itu sepertinya menyadari bahwa ada yang memperhatikannya di dalam Terios hitam yang parkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Ku rasa Ia juga mulai mencuri-curi kepadaku. Aku tak kuasa menatap matanya. Begitu tenteram dan menyejukkan. Aku kemudian mengalihkan pandanganku. Tak ingin pria itu sampai tahu jika aku memperhatikannya. Tetapi aku kembali memandangnya saat Ia tak melihatku.

Sesaat kemudian, seorang wanita tiba-tiba berdiri di hadapannya. Seolah menghalangi pria itu untuk melihat ke arahku. Wanita itu seperti mengalihkan perhatian si pria manis kepadanya. Menyebalkan! Apakah wanita itu kekasihnya? Sebersit rasa cemburu menyelimuti hatiku. Setitik kecewa datang menyergap.

Beberapa lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Sialnya aku kehilangan jejak. Ya sudah lah, aku pasrah. Mungkin kami tidak berjodoh hari ini. Tetapi Tuhan berkata lain, saat aku melihat spion rupanya mereka berada di belakang mobilku. Seulas senyum bahagia mengembang di wajahku.

Tak kehilangan akal, aku dan Milati mencuri perhatian dengan berpura-pura ke kamar mandi. Kami pun keluar dari mobil dan berjalan melewati mereka. Mataku tak luput memandangnya. Begitu pun si pria manis itu sedikit mencuri-curi pandang karena menyadari aku memperhatikannya. Tapi bibirku selalu lupa untuk melukiskan senyum manis kepadanya karena bawaan lahir yang mebuatku kurang bisa ramah kepada orang yang tidak dikenal.

Setelah kembali dari kamar mandi, ternyata mereka masih ada. Kali ini wanita itu yang melihat kami, karena posisi si pria manis membelakangi kami. Saat kami berjalan melewati mereka, tiba-tiba wanita itu memeluk si pria manis sambil menyunggingkan senyum kemenangan. Sial. Menyebalkan! Lagi-lagi hatiku terbakar cemburu untuk pria yang tidak ku kenal itu.

Itu bukan kali pertama wanita itu berulah di depan si pria manis. Ia seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pria manis itu miliknya, dan barang siapa yang ingin merebut pria manis itu harus berurusan dengannya. Sungguh-sungguh menyebalkan! Ingin rasanya menjambak rambutnya tapi apa daya aku tak punya hak. Kenal mereka pun tidak.

Karena kami satu fakultas, kami sering berpapasan. Entah itu di garnadi, di perpus atau di FPEB lama. Dan tentu saja kami selalu mencuri-curi pandang. Entah itu hanya perasaanku saja atau memang benar. Aku tidak mau terlalu ke-GR-an. Tetapi aku selalu salah tingkah saat bertemu dengannya. Dan setiap kami berpapasan, wanita itu selalu mencari perhatian dengan menggandeng tangan si pria manis dan menunjukkan kemesraan mereka dihadapanku. Menyebalkan!

Lama kelamaan aku tidak terlalu memikirkannya, karena aku capek jika harus bertemu dengan mereka dan melihat kemesraan mereka. Rasanya ingin menciut menjadi makhluk super kecil dan berlari menghindari mereka.

Suatu malam aku sedang online facebook, aku penasaran dengan pria yang sedang mendekati Rima yang kebetulan sedang online. Aku buka facebooknya dan tiba-tiba mataku terbelalak. Ku lihat foto profilnya yang ternyata bersama si pria manis! Secepat kilat aku chatting dengan nya dan menanyakan perihal si pria manis itu.

Ternyata, si pria manis itu bernama Fiki Angga Gantira jurusan Pendidikan Akuntansi angkatan 2012. Satu tahun lebih muda dariku. Kemudian aku mengirim permintaan pertemanan ke akun facebooknya Fiki atas informasi dari teman nya Rima itu. Thanks God! Ini adalah awal yang baik. Hatiku melompat-lompat kegirangan.

Beberapa minggu kemudian, Fiki mengkonfirm permintaan pertemananku. Dengan jantung yang berdentum-dentum mengikuti irama hati, aku membuka profil facebooknya. Tetapi sesaat kemudian aku tercekat. Hatiku terasa ngilu. Ternyata Fiki pacarnya Sheila, teman SMA ku. Damn!  Dunia sebegitu sempitkah? Saat aku baru saja akan mengenal pria itu ternyata ia malah pacar teman SMA ku. Hatiku kembali bersedih.

To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar