Selasa, 29 April 2014

Pengaruh Rotasi Pertemanan terhadap Loyalitas Berteman

Foto itu mengingatkanku 3 tahun yang lalu. Tepatnya saat aku baru saja menjadi mahasiswa baru di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto itu diambil di Lantai 4 Perpustakaan Ruang V sekitar pukul 09.00. Saat itu, seharusnya sedang berlangsung mata kuliah Pengantar Manajemen. Akan tetapi karena dosen tak kunjung datang kami mulai bosan. Ada yang keluar, ada yang mengobrol, ada yang mendengarkan lagu, ada yang membaca buku, ada yang sibuk sendiri, bahkan ada yang tidur.
Oh iya, aku belum mengenalkan teman-teman baruku. Yang ini namanya Safira. Badannya bagus, tinggi kayak model. Satu lagi namanya Maira. Si hijabers ini tak pernah lepas dari handphone. Kalau yang ini namanya Rafli, dia ketua kelas disini. Sebelah Rafli ada Fajar, sebelahnya lagi namanya Ahmad. Aku belum begitu mengenal sifat-sifat mereka. Tetapi aku berharap teman-teman baru ku ini bisa berteman baik denganku.
Aku mulai membuka laptop, kemudian terlintas di pikiran ku untuk web cam-an. Karena pada saat itu foto-foto lewat web cam sedang tren. Awalnya hanya aku, Maira dan Safira saja yang berfoto ria. Lama-lama kami mulai mati gaya. Pantas saja, sudah ratusan foto. Kemudian Rafli, Fajar dan Ahmad ikut berfoto juga tapi hanya beberapa kali. Maklum anak cowo tidak senarsis anak cewe.
Aku cukup menikmati menjadi mahasiswa baru disini, aku pun mulai beradaptasi dengan teman-teman baruku. Aku berharap mereka bisa menerimaku disini dan mereka bisa seperti teman-temanku sewaktu SMA yang menyenangkan dan kompak.
Oh iya berbicara soal teman SMA, ada satu teman SMA ku yang satu jurusan denganku namanya Rahmi. Tetapi sayangnya dia tidak satu kelas denganku, padahal aku dan Rahmi bersahabat sejak SMA.
Ketika hari pertama masuk kuliah, aku bertemu dengan Safira si tomboy. Dari sejak saat itu, aku mulai berteman baik dengan Safira. Karena Safira tomboy, ia lebih senang main dengan teman cowo. Memang sih, yang aku rasakan teman cowok lebih solid dibanding teman cewe. Kami pun dekat dengan teman-teman cowok dikelas yaitu Rafli, Fajar, Ahmad, Amri, Ivan, Irham, Irdham dan Arendi.
Setelah beberapa minggu kuliah, nama Rahmi tidak ada dalam absen kelas B. Ternyata Rahmi seharusnya kelas A. Aku cukup senang mendengarnya karena aku bisa sekelas lagi dengan Rahmi. Rahmi belum mempunyai teman di kelas A, maka aku menemani dia yang sedang beradaptasi dengan kelas ini.
Tetapi sayangnya yang aku rasakan lama-lama aku dan Safira semakin menjauh. Entah apa yang terjadi tetapi aku merasakan jarak yg terbentang diantara kami. Semakin hati semakin menjauh. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya ada sesuatu yang salah dari diriku.
Sekarang Safira mulai dekat dengan Raisa, Nera, Zhafira, Windi dan Yara. Mereka terlihat sering bersamaan. Rahmi pun mulai bisa berdaptasi dan berteman dengan Raisa dkk karena Raisa satu SMA dengan kami jadi cukup mudah bagi Rahmi untuk beradaptasi dengannya.
Suatu saat, tanpa sepengetahuanku Rahmi sering hang out bersama Raisa dkk dan juga Safira. Terus aku ga diajak gitu? sekelebat pikiran negatif menyerbu pikiranku. Ini bukan kali pertama mereka pergi hang out tanpa mengajakku.
Sedih, kesal, kecewa, marah semua berkumpul menjadi satu. Bagaimana tidak, tega nya Rahmi meninggalkanku padahal aku dulu menemani nya sampai ia kenal dengan Raisa dkk. Bahkan Safira pun katanya menjauh dari aku karena menurutnya aku melupakannya setelah bertemu dengan yang baru. Padahal itu sama sekali tidak benar :( aku sangat merindukan Rahmi dan Safira yang dulu. Sekarang aku benar-benar tidak punya teman.
Singkat cerita, perlahan aku mulai bisa mendekati mereka lagi. Sekarang aku selalu diajak jika mereka hendak pergi kemanapun. Tetapi, lama kelamaan giliran Yara yang mulai dijauhi. Mereka mulai merasa kurang nyaman dengan sifat Yara dan perbedaan persepsi dalam segala hal. Kami sering sembunyi-sembunyi jika akan pergi. Rahmi dkk seperti tidak ingin ada Yara ikut. Mereka selalu membicarakan kejelekan Yara. Dan ini bukan kali pertama mereka memperlakukan Yara seperti ini.
Lama kelamaan, aku mulai kasihan dengan Yara. Aku mulai menemani Yara ketika mereka meninggalkannya. Aku tahu persis apa yang dirasakan Yara. Lalu perlahan, aku mendekati Yara dan menceritakan semua perlakuan mereka terhadap Yara. Jujur, aku tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Aku kurang suka dengan sifat Raisa yang seperti itu. Jika tidak suka dengan satu orang, maka secara tidak langsung ikut mengajak teman-temannya untuk tidak suka dengan orang tersebut juga.
Aku semakin dekat dengan Yara. Kami juga mulai dekat dengan Maira. Rupanya ia memiliki nasib yang sama, bedanya ia yang pergi menjauh sedangkan aku dan Yara dijauhi. Dulu Maira dekat dengan Anis, Putik, Mayang dan Farah. Tetapi karena dirasa mulai tidak nyaman dan berbeda persepsi dengan mereka, Maira memutuskan untuk menjauh dari mereka.
Sama seperti saat SMA, kini teman-temanku mulai berkubu-kubu. Namun bedanya jika teman SMA masih bisa kompak, lain halnya dengan teman kuliah. Teman kuliah tidak seasyik, sekompak dan sesolid teman SMA.
Seperti yang tadi aku sudah ceritakan, ada 2 kubu di kelas. Selain itu ada kubu lain yaitu kubu anak kost gaul yang terdiri dari Erika, Revi, Dinda, Dianda, Ivanka, dan Nindi. Kemudia kubu anak pintar dan rajin yaitu Ami, Isye, Maya. Ada juga Liani, Arin, Elviza dan Fasya. Kemudian ada 4 serangkai Risa, Firda, Ratu dan Irham. Kurang lebih ada sekitar 6 kubu. Sisanya netral.
Berbeda dengan anak cowo yang semakin lama semakin solid. Percaya atau tidak, dalam pertemanan cewe selalu ada satu orang yang dianggap paling menyebalkan dan tidak jarang terbuang. Contohnya saja dulu aku dan Yara dibuang dari kubu Raisa. Di kubu anak kost gaul Nindi keluar dari kubu. Di kubu Putik, Anis yang sekarang dijauhi karena dianggap bossy. 4 serangkai pun mulai pecah ketika Risa dan Firda ada masalah. Bahkan sekarang kubu Raisa pecah akibat konflik yang disebabkan oleh Windi. Rahmi dan Nera pun mulai memisahkan diri karena ada konflik dengan Rahmi. Sama halnya dengan aku dan Maira yang mulai tidak suka dengan sifat Yara yang selalu beda persepsi. Maklum kami berbeda agama dan budaya. Bukannya diskriminasi, tetapi ini lah kenyataan.
Tidak terasa kami mulai memasuki semester-semester akhir. Sekarang mulai terlihat sifat dari semua anak di kelas. Karena tidak terasa sudah hampir tiga tahun juga kami sekelas, maka sifat-sifat asli mulai terlihat. Di semester akhir bisa dibilang puncak dari segala kejenuhan. Jenuh kuliah? Sudah pasti. Jenus berteman? Hmmm bisa jadi.
Seperti hal nya jabatan dalam pekerjaan, pertemanan juga ternyata bisa berotasi. Jika salah satu faktor penyebab rotasi jabatan adalah  kejenuhan dalam bekerja. Mungkin faktor yang menyebabkan  rotasi pertemanan adalah kejenuhan dalam berteman.
Sekarang mereka bisa dibilang berotasi. Kini Rahmi semakin lengket dengan Nera. Nera juga kini dekat dengan Liani, Arin dan Nindi. Sementara itu Firda kini berteman baik dengan Putik, Raisa, Farah dan Zafira. Risa dan Ratu mulai berteman baik dengan Mayang, sedangkan Irham kembali ke teman awalnya yaitu para anak cowo. Aku semakin bersahabat dengan Maira, tetapi tidak membuang Yara walaupun kadang selalu tidak sepaham.
Berbicara soal pertemanan, tentunya kita mengenal istilah loyalitas atau kesetiaan. Apakah rotasi pertemanan itu bisa mempengaruhi loyalitas seseorang dalam berteman?Menurut penelitian yang telah aku alami memunculkan hipotesis awal yaitu adanya pengaruh rotasi pertemanan terhadap loyalitas seseorang dalam berteman. Hal ini telah terbukti dengan apa yang terjadi dengan kondisi pertemanan di kelasku.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata rotasi pertemanan itu dapat mengatasi kejenuhan dalam berteman sehingga dapat meningkatkan loyalitas seseorang dalam berteman.
Sekian. . .