Selasa, 14 April 2020

Kehilangan

Hari ini adalah hari terberat bagiku. Dimana mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela harus melepas kepergianmu. Begitu cepat. Sakit rasanya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. 

Aku tidak menyangka si iblis jahannam itu begitu jahatnya ingin merusak apa yang aku punya. Ia ingin membuatku hancur berkeping-keping. Ia ingin aku menderita. Padahal aku selalu berusaha baik walaupun sebetulnya dia jahat. 

Tak banyak yang tahu kalau ia jahat, karena ia bermuka dua dan pandai bersilat lidah. Ia juga mempunyai ibu yang selalu meminta pertolongan kepada orang pintar. Mereka sering memasukkan suatu "jampe-jampe" ke dalam makanan dan minuman keluargaku dengan maksud tertentu.

Yaaa... aku tahu maksud mereka. Ingin menguasai keluargaku. A.k.a harta orang tuaku. Brengsek memang iblis jahannam ini.  Padahal aku bukan berasal dari keluarga yang bergelimang harta. 

Tak tahu malu! Manusia serakah! Buntelan kentut! Bermuka dua! Munafik! Iblis! Najis mugholadzoh! Aku benar-benar membencinya!

Baru kemarin aku bertemu denganmu. Tapi tiba-tiba orang tuaku ingin memisahkan aku dan kamu. Lagi-lagi, aku tidak berdaya. Seperti orang kelaparan tapi tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Hanya bisa menahannya sendirian. Seperti itulah aku. Hanya bisa menangisi diriku sendiri.

10 tahun bersamamu bukanlah waktu yang sebentar. Banyak sekali kenangan yang telah aku lalui bersamamu. Aku tidak perduli betapa tuanya dirimu. Yang aku ingin hanyalah selalu bersamamu. Melewati setiap detik denganmu. Berbagi suka dan duka. Hanya berdua denganmu. Karena hanya kamu yang mengerti aku melebihi apapun di dunia ini termasuk kedua orang tuaku.

Kemarin, orang tua ku marah besar. Sepertinya sudah dikompori oleh si iblis jahanam itu. Tiba-tiba ayahku datang, beliau ingin aku berpisah denganmu. Alasannya sudah ada yang lebih baik darimu. Padahal ayahku sangat tahu persis bahwa aku teramat sangat menyayangimu. Tapi ayahku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak tahan mendengan celotehan ucapan ibuku yang ingin memisahkan aku denganmu. 

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak suka ini. Aku lemah. Aku ingin berontak. Tapi lagi-lagi aku tidak berdaya. Aku tidak mempunyai apa-apa lagi. Pasti si iblis jahannam itu sedang menertawai kesedihanku. Memang itu yang dia inginkan. Membuat hidupku menderita. 

Malam ini aku tidak bisa tidur. Membayangkanmu. Memikirkanmu yang begitu cepatnya harus meninggalkan aku. Ku yakin kau pun begitu. Air mataku tak habis-habisnya membasahi tempat tidurku. 

Keesokan hari nya, aku benar-benar harus mengikhlaskan kepergianmu. Pendampingmu yang baru akan menjemputmu dan membawamu pergi jauh dariku. Sungguh sakit rasanya. Aku tidak sanggup melihatmu dengannya. Aku hanya bisa berdoa semoga pendampingmu yang baru bisa membuatmu lebih bahagia dibanding aku. Maaf jika selama ini aku sering menyakitimu dan tidak bisa menjagamu dengan baik. 

Beberapa hari setelah kepergianmu, aku jatuh sakit. Rasanya semuanya pahit. Tapi aku harus melannya bulat-bulat. Aku selalu teringat kamu. Ku buka foto-foto lamamu bersamaku. 

Ku pasang kesedihan ini di status whatsapp ku. Ternyata ayahku ikut merasakannya. Ia juga sangat berat melepas kepergianmu. Tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah keputisan bulat dari ibuku. Ayahku tidak bisa berbuat apa-apa karena ibuku sangat keras kepala. 

Berbeda dengan ibuku yang terlihat puas melihat perpisahanku denganmu. Ibuku pasti masih dalam pengaruh iblis jahat itu. Saat itu aku sangat membenci ibuku karena ia tega merenggut kebahagiaan anaknya sendiri. Tapi aku sadar. Ini bukan sepenuhnya ibuku. Ini pengaruh si iblis jahannam itu yang membuat ibuku membuat keputusan dengan tersulut emosi. 

Aku terus-terusan membuat status di whatsapp tentang kamu. Tujuannya agar ibuku melihat betapa aku sangat terpuruk. Begitu sakitnya aku. Aku ingin ibuku menyesali perbuatannya. Aku ingin ibuku peduli pada perasaanku. 

Tetapi tindakanku itu justru membuat ayahku sangat terpuruk. Ia tahu persis apa yang aku rasakan karena aku adalah anak kesayangannya. Ibuku berkata bahwa hentikan semua ini jika aku sayang ayahku. Ia juga meminta maaf telah membuatmu sedih dan tidak bisa membahagiakan anak.

Fuck! Harusnya ia tahu jika kebahagiaanku adalah kamu. Dan keputusannya untuk memisahkan kita adalah salah besar. Kemudian aku berjanji tidak akan sedih lagi demi ayahku. Beliau teramat sangat menyayangiku. Begitupun dengan aku. Jujur  aku lebih menyayangi ayahku dibandingkan dengan ibuku yang telah melahirkan aku. Mungkin karena pengaruh si iblis jahannam itu. 

Akupun berusaha mengikhlaskanmu. Walaupun berat sekali rasanya. Tapi aku yakin pasti ada pelangi setelah hujan. Ada kebahagiaan setelah kesedihan ini. Ini semua aku lakukan demi ayah. Bukan demi ibuku. 

Kini harus aku kewati...
Sepi hariku tanpa dirimu lagi...
Biarkan kini ku berdiri...
Melawan waktu tuk melupakanmu...

Potongan lirik lagu milik Glenn Fredly itu menggambarkan perasaanku saat ini.

Waktu terus berlalu. Aku mulai belajar ikhlas untuk melepasmu. Aku sadar bahwa segala sesuatu itu hanya milik Allah. Dan semuanya akan kembali kepada Allah. Aku hanya bisa berdoa semoga aku bisa merubah nasibku. Aku harus bekerja keras agar aku bisa menemukan penggantimu. Semoga aku berjodoh dengan semuanya yang lebih baik darimu. 

Dan teruntuk si iblis jahannam, selamat berbahagia melihat kepedihanku saat ini. Hidupnyq sekarang memang enak karena segalanya ditanggung oleh keluargaku. Tapi satu hal yang perlu diingat, tidak ada yang abadi. Ibu ku sebentar lagi pensiun. Ayahku juga sudah lama pensiun. Lihat saja beberapa tahun kedepan. Apa yang akan terjadi kepadanya. Karena sungguh ia akan menuai apa yang ia tanam. 

Bersambung sampai beberapa tahun kedepan...