Sabtu, 26 Juli 2014

5 Menit yang Berarti

Malam itu purnama sedang gelisah. Cahaya nya dulu terang kini mulai meredup. Mungkin ia lelah. Ataukah ia sedang menanti kehadiran sang bintang? Mungkin saja. Seperti aku yang sedang menantimu di sudut kota ini.

Aku masih duduk manis di kursi. Mendengarkan Milati bercerita. Tetapi hati dan pikiranku masih tertuju kepada mu. Sungguh, aku sangat ingin bertemu denganmu, Al. Karena berada di dekatmu sangat membuatku tenang. I need you...

Sebenarnya aku berada disini untuk menghadiri acara buka bersama dengan teman sekelasku. Tapi ada beberapa hal yang membuatku kesal. Apalagi Milati. Aku kesal dengan Milati yang tidak jujur kepadaku. Sudah mati kutu aku menunggunya di Borma. Dan ia baru jujur katanya akan bertemu dengan teman nya. Teman apa teman? Aku mulai curiga.

Adzan magrib sudah berkumandang tapi Milati tak kunjung datang! Astaghfirullah. Beberapa menit kemudian ia datang. Entah skenario apa yang dia buat. Mengaku ini mengaku itu. Ah memusingkan. Ujung-ujungnya malah janjian dengan Jefri.

Tadi saat menunggu Milati aku sempat mengirim Beni pesan BBM. saking kesalnya, aku berpikiran untuk tidak jadi datang ke acara kelas dan bertemu Beni. Tetapi dari cara Beni membalas sepertinya ia sedang malas kemana-mana. Ah lagi-lagi aku kesal! Memang aku tidak punya hak untuk memaksa bertemu.

Aku sudah tidak mood. Sumpah aku ingin nya bertemu denganmu, Al! Setibanya di KFC, ternyata sangat penuh dan kami tidak kebagian tempat duduk. Aku menyembunyikan kekecewaan dan kekesalanku di hadapan teman-temanku. Sesekali aku berbincang-bincang dengan mereka.

Setelah itu kami memutuskan untuk berpisah dengan teman sekelas dan turun ke bawah berharap ada kursi kosong. Ternyata sama saja penuh. Sambil menunggu, kami berbincang-bincang. Tapi tetap saja masih terselip rasa kesal dihatiku untuk Milati. Tapi ya sudah lah.

Setelah mendapatkan tempat duduk, kami duduk dan mulai bercerita. Kali ini aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku. Aku mendengarkan Milati bicara tapi hati dan pikiranku masih melayang-layang memikirkanmu.

Lalu terlintas dipikiranku untuk menghubungi mu. Kemudian aku mengambil handphone dan mengirimi mu pesan BBM.

A, lagi dimana ? lagi sibuk ga ?

BBM ku sudah delivered  tapi belum juga kamu read.

Tik..tok..tik..tok..
Waktu terus berlalu. 5 menit. 10 menit. 15 menit.
Hmm aku gelisah menunggu balasan darimu

PING!!!

Belum ada jawaban juga darimu. Namun aku tetap sabar menanti.

Beberapa menit kemudian kamu membalas,
Lagi di Pedepokan. Lumayan sih lagi latihan. Kenapa neng?

Secepat kilat aku membalas,
Engga, aku kangen aja. Tadinya aku pengen ketemu Aa. Aku lagi di KFC Setiabudhi nih.

20 menit kemudian kamu baru balas.
Aduh Neng, maaf Aa gabisa. Aa lg latihan di Pedepokan.

Dengan perasaan sedih aku membalas,
Ga bisa ketemu bentaran doang gitu? Aku pengen banget ketemu Aa sebentar aja. Pleasee.. :(

Is writting a message...
Aku sangat berharap kamu bisa menemuiku disini. Menenangkanku saat aku sedang sedih.

Ga bisa neng, Maaf banget ya. Maybe next time. Neng baik-baik disana ya. Hati-hati pulangnya jangan kemaleman ;)

Aku yang kesal hanya membalas,
Oh yaudah. Oke.

Dan bbm ku hanya diread  saja.
 
Butiran bening mulai runtuh di pipiku. Aku menghela napas. Hmmmmm. Ya sudahlah. Aku tidak bisa memaksa. Sepertinya ini bukan saatnya bertemu denganmu. Lagi-lagi aku mengalah. Mencoba mengerti kesibukanmu. Tetapi ini bukan kali pertama kamu tidak bisa bertemu denganku. Selalu ada halangan jika kita akan bertemu.

Mengapa kamu tak bisa menyempatkan waktumu 5 menit saja untuk bertemu denganku ? Aku sangat merindukanmu. Aku membutuhkanmu. Aku hanya meminta 5 menit dari 24 jam waktu yang Tuhan berikan. Itu pun hanya sesekali dalam sebulan. Begitu lebih berarti kah waktu 5 menitmu dibanding aku ?

Hmmmmm...Entahlah...