Senin, 16 Desember 2013

Orang Ketiga

Hujan masih memayungi kota Cimahi. Iramanya berdentam-dentam mengetuk atap dan menyentuh tanah. Kata orang, hujan identik dengan perasaan melow dan galau. Entah itu teori dari mana tapi aku benar-benar merasakannya. Aku suka hujan di malam hari. Begitu menenangkan, membuatku terlelap dalam tidur. Ku matikan lampu kamarku dan menyetel lagu melow pengiring tidur.

Tiba-tiba aku merindukan Beni, adik tingkat ku di kampus. Sosoknya yang belakangan ini selalu menemaniku setiap hari membuat waktu ku tersita karena memikirkannya. Aku teringat kali pertama aku bertemu dengannya di Kantin FPEB, saat aku pulang survey villa untuk acara Riung Mumpulung dengan teman-temanku angkatan 2012. Beni adalah mahasiswa baru angkatan 2013 yang sedang berdiskusi tentang acara RM dengan panitia angkatan 2012. Setelah pulang dari sana, BBM ku bergetar. Ada undangan permintaan teman masuk: Moch. Beni Rahadian. Tanpa pikir panjang aku langsung menerima permintaan teman itu. Ku lihat display picture nya ternyata itu adik kelas yang aku lihat di kantin FPEB barusan.

Awal-awal kami tidak chating. Aku malas menyapa duluan. Lagian di status BBM Beni tercantum nama pacarnya. Membuatku berpikiran bahwa Ia hanya ingin menambah relasi senior. Sekitar seminggu kemudian, aku bertemu lagi dengan Beni di PKM usai acara Meet and Greet DPM Himapena. Saat itu Ia menyapaku dan berkata bahwa Ia akan mengobrol denganku di BBM. Dan benar saja beberapa hari kemudian Beni mengirimku pesan BBM.

Dari situ kami cukup sering BBM-an, malahan menyinggung soal status. Ternyata esok hari nya Beni dan pacarnya merayakan anniversary 19 bulan. Entah mengapa sedikit membuat hatiku tidak nyaman. Kami terus BBM-an sampai keesokan harinya aku sempat meminta Beni menemaniku ke Bandung Electronic Centre untuk memperbaiki tablet ku yang error. Aku sedikit salah tingkah, tapi aku berusaha untuk menutupinya agar Beni tidak menyadarinya. Pulang dari BEC aku menemani Beni latihan futsal. Ada rasa malu yang menyergap ketika bertemu anak-anak 2013 disana, tapi tak apa lah anggap saja ini sebagai ucapan terimakasihku pada Beni

Tiba lah saatnya acara Riung Mumpulung yang bertempat di Villa Pleasant Hill Lembang. Aku bukan panitia karena ini acara angkatan 2012, tetapi mereka meminta bantuanku. Oleh karena itu, aku harus datang ke kampus pagi-pagi karena aku mengaku panitia kepada kedua orang tuaku. Dengan wajah masih mengantuk aku melesat menuju kampus. Tapi ternyata aku terlambat, disana aku tidak bertemu dengan Beni karena mahasiswa baru sudah diperintahkan untuk masuk ke dalam angkot dan melesat menuju villa.

Aku, panitia lain, teman seangkatan dan anak 2013 yang terlambat berangkat menyusul mereka. Setibanya di gerbang villa, aku melihat angkatan 2013 sedang menunggu untuk post to post, termasuk Beni. Sejurus kemudian aku langsung melukiskan senyuman manis di bibirku. Lagi-lagi Ia membuat hatiku menghangat, sehangat mentari yang masih malu-malu muncul di langit.

Selama acara berlangsung, aku masih BBM-an dengan Beni. Jika ada waktu luang, kami juga selalu menyempatkan diri untuk bertemu. Namun ada segelintir kabar yang tidak mengenakan hati mengenai Beni yang terlontar lewat bibir Siska. Aku cukup terkejut mendengarnya. Menurut pandangan Siska, Beni cukup banyak mendekati wanita. Sekejap membuatku ragu pada Beni. Apa aku bilang tadi? Ragu? Ragu apanya? Mengapa harus ragu? Beni kan pacar orang. Apa urusannya denganku? Oh iya aku lupa. Lagi-lagi aku harus menyadarkan diriku sendiri.

Acara berlangsung meriah, semakin malam semakin ramai karena kedatangan senior-senior angkatan atas. Setelah acara perkenalan senior usai, aku meninggalkan aula dan berencana untuk tidur di mobil karena tidak memungkinkan tidur di villa. Beni sempat menemaniku sebelum tidur, kami mengobrol di depan mobil. Tetapi itupun tidak lama karena tidak enak pada panitia, seharusnya mahasiswa baru berada di dalam kamar untuk beristirahat.

Setelah Beni beranjak ke kamar, aku dan Melisa tidak bisa tidur karena takut mendengar suara senior-senior yang sedang mabuk-mabukan seperti orang gila. Saat itu sudah dini hari, aku masih terjaga sambil mendengarkan lagu. Galau! Ya, tiba-tiba hatiku diserang rasa galau. Apalagi BBM-an aku dengan Beni sedang menyinggung soal perasaan. Karena kehujanan, kaca mobilku diselimuti embun. Seketika aku langsung menempelkan jariku di kaca mobil dan mulai menggoreskan sebuah nama. BENI.

Kenapa nama Beni yang aku tuliskan disana? Dia pacar orang Glave! Ya Tuhaaaaaan, apakah aku benar-benar ada rasa pada Beni? Damn! Harusnya aku tidak boleh seperti ini. Kemudian ku foto tulisan yang menempel di kaca mobil lalu mengirimkannya pada Beni. Setelah menerima fotonya Bintara berkata bahwa Ia akan menjadikannya sebagai display picture esok hari. Hmmm entahlah kita lihat saja esok. Semakin larut aku BBM-an dengan Beni, kawah hati ini semakin tidak sanggup untuk menahan gelegar air mata. Sunyi, sepi, gelap, ditambah lagu melow membuat suasana semakin membuatku kacau. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam mobil saat ketiga temanku sedang terlelap. Aku menangis sampai tertidur. 2 jam kemudian aku terbangun karena mendengar suara mobil dosen yang menderu di sebelah. Ternyata rasa sesak itu masih membekas.

Selama acara RM, Beni lah orang yang paling perhatian dan peduli kepadaku dibandingkan dengan teman-teman dan panitia lain. Saat aku kesal kepada panitia, Beni lah orang pertama yang peduli dan menenangkan ku. Bagaimana aku tidak jatuh cinta jika Beni terus memperlakukan ku seperti ini? Ya Tuhaaaaaan. Aku semakin bingung untuk bertindak. Bibirku berkata untuk pergi menjauh dari Beni, namun apa daya hati ini selalu menjadi penghianat. Aku tidak bisa jauh dari Beni. Ditambah lagi Beni benar-benar mengganti display picture nya dengan tulisan di kaca mobil itu. Membuatku semakin melemah. Campur aduk rasanya. Aku semakin dilema.

Hari terus berganti, ku kira rasa itu akan menghilang. Tetapi ternyata aku salah besar. Semakin hari rasa itu semakin tumbuh dan berkembang. Seperti amoeba yang terus membelah diri semakin bertambah banyak dan aku tidak bisa menghentikannya. Ya Tuhaaaaaan, ternyata aku memang benar-benar sayang Beni yang berstatus pacar orang :(

Kasih maaf bila aku jatuh cinta, maaf bila saja ku suka saat kau ada yang punya.
Haruskah ku pendam rasa ini saja ataukah ku teruskan saja hingga kau meninggalkannya dan kita bersama?

(HiVi-Orang Ketiga)

Lagu itu sedikit menyentak rasa. Biar bagaimanapun, aku adalah orang ketiga. Menurut pandangan orang, orang ketiga itu memiliki kesan yang buruk. Perusak hubungan orang, perebut pacar orang. Dan image seperti itulah yang akan melekat pada diriku jika aku tidak segera menghentikan semua ini. Bagaimana tidak, hampir anak-anak di jurusan ku dari berbagai angkatan sering melihatku berdua dengan Beni sedangkan yang tertulis di status BBM Beni nama perempuan lain. Bagaimana tidak menyesakkan dada?

Keesokan harinya Beni menceritakan sisi gelap kehidupannya. Ia tidak ingin aku menilainya terlalu baik Tapi sayangnya, itu sama sekali tidak mengurangi perasaanku. Beni terkesan ingin membuatku ilfeel. Ya mungkin saja Ia tidak ingin aku semakin terperosok ke dalam cintanya yang kelak menghancurkanku.

Sungguh anehnya cinta, kadang tak berlogika. Bagaimana mungkin aku bisa mencintai Beni. Dia sama sekali bukan tipe lelaki yang ku harapkan. Dia itu bad boy. Aku mengharapkan sosok lelaki yang taat beragama untuk menjadi imamku. Umurnya pun beda 2 tahun dibawahku. Aku berharap lelaki yang akan menjadi suamiku lebih tua dariku sehingga bisa mapan lebih dulu. Sedangkan Beni? Mungkin aku harus menunggu sampai umur 29 tahun baru aku bisa menikah. Haha aku sudah berpikiran menikah? Sesungguhnya aku sudah malas bermain cinta, aku ingin pacaran yang serius. Tidak main-main seperti anak labil.

Kata orang cinta itu anugerah. Tapi mengapa cinta datang pada orang yang salah? Malah akan ada yang tersakiti. Aku harus segera menghentikannya, sebelum semuanya terlambat. Aku dan pacar Beni sama-sama wanita, tentu aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi dia. Beni bilang, hubungannya dengan pacar nya itu susah dijelaskan. Mungkin karena Beni sudah tidak nyaman dengan semuanya. Namun yang masih menjadi tanda tanya besar di benakku, mengapa sampai saat ini Ia masih mempertahankan hubungannya? Entahlah, hanya Ia dan Tuhan yang tahu.

Lupakan aku, kembali padanya. Aku bukan siapa-siapa untukmu.
Ku cintai mu tak berarti bahwa ku harus memilikimu selamanya.

(D'Masiv-Diantara Kalian)

Lagu ini sangat menggambarkan isi hatiku. Berulang kali ku putar lagu ini hingga aku selalu menangis dibuatnya. Ah Bennnnnnniiiii! Kamu harus bertanggung jawab atas semua ini :(. Sekarang aku sudah terlanjur larut dalam cinta Beni. Tak bisa kupungkiri lagi, AKU SAYANG BENI!

Aku berusaha menjauhinya, salah satunya dengan cara mengalihkan pandangan jika bertemu dengan Beni. Tetapi percuma, itu tak berhasil. Itu hanya berlangsung 10 menit setelah Beni pergi. Jari-jariku selalu gatal ingin mengirimnya pesan BBM. Entah mengapa aku selalu ingin bertemu dengannya, apalagi menjelang liburan pekan sunyi ini. Aku harus bertemu dan melepaskan rasa rindu sebelum Ia pulang ke Sumedang.

Ada suatu kebodohan yang aku lakukan: aku memeluk Beni. Ia pun nampak menikmati pelukan itu. Rasa nyaman mengaliri peredaran darahku. Rasanya tak ingin melepasnya. Tetapi sedetik kemudian aku teringat pacarnya Beni. Ya Tuhaaaan, tak sepantasnya aku seperti ini, aku sama sekali tidak punya hak untuk memeluk Beni. Itu akan menyakiti hati perempuan itu. Tapi apa daya, aku sangat membutuhkan pelukan itu. Pada dasarnya suka dipeluk, karena itu bisa sedikit meringankan beban dan menenangkan pikiran. Maafkan aku! Aku memang jahat.

Sampai detik ini, aku masih memikirkan Beni. Aku merindukannya, aku membutuhkannya, aku menginginkan pelukan nyamannya. Aku sayang Beni. Aku tak mau kehilangannya. Aku tahu, ini salah besar. Tetapi bukankah setiap orang berhak jatuh cinta? Andai saja waktu itu aku tak bertemu dan Beni tidak menghubungiku mungkin semua tidak akan menjadi serumit ini.

Jadi orang ketiga itu memang menyakitkan. Selalu dipandang jahat, namun tidak selamanya orang ketiga itu sejahat yang kau pikirkan. Bisa saja sebenarnya ia tidak berniat mengganggu hubungan orang lain, tetapi keadaan lah yang membuatnya seperti itu. Jangan sepenuhnya menyalahkan orang ketiga, karena tamu tak akan datang jika tak diundang oleh pemilik rumah.

This song is for you: Moch. Beni Rahadian

Seandainya dapat ku melukiskan isi hatiku untukmu
Seandainya kau pun harus tahu lelah hatiku bila kau jauh
Namun ku pendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya namun ku yakin hatimu untukku
Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku tapi ku kan selalu ada untukmu

Seharusnya kau pun menyadari resah hatiku bila kau jauh
Seharusnya aku pun tak berharap miliki dirimu seutuhnya
Namun ku pendam rasa
Ku hanya ingin kau bahagia jalani yang kau pilih
Jangan risaukan aku

Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau dengannya namun ku yakin hatimu untukku
Percayalah kasih cinta tak harus memiliki
Walau kau coba lupakan aku tapi ku kan selalu ada untukmu

Selasa, 10 Desember 2013

First Time I Knew You

Aku terdiam di pesisir pantai barat Pangandaran, melihat ombak yang melompat-lompat dengan indah disertai angin semilir yang membelai-belai rambut panjangku. Tidak terlalu banyak wisatawan yang datang kesana sehingga pantai cukup lengang. Cuaca disana cukup terik, tetapi tidak dengan hatiku. Seperti ada awan mendung yang menggelayuti kepalaku saat itu.

Tidak ada yang bisa membuat mood ku kembali stabil disana. Untung aku membawa blackberry dan tablet ku. Mataku menyapu recent updates, hal yang selalu dilakukan pengguna blackberry jika sedang mati gaya. Tidak ada yang asyik. Membosankan! Lalu aku meraih tablet dari pangkuanku kemudian ku buka aplikasi Path. Ku tekan lambang check-in dan ku pilih Pantai Barat Pangandaran. Tak lupa aku connect ke akun twitter dan foursquare ku.

Beberapa lama kemudian tablet ku bergetar. Ku lihat notifikasi nya ternyata ada yang me-mention ku di twitter dan itu Fiki! Aku masih terdiam, otakku blm sepenuhnya mencerna informasi yang ku lihat. Sedetik kemudian aku langsung tersadar, seperti disengat ribuan lebah mataku terbelalak. Fiki Angga Gantira mention aku? Hatiku berjingkat-jingkat kegirangan. Seolah tak percaya aku membaca lagi mention yang masuk ke twitterku, khawatir aku salah baca. Dan ternyata benar, Fiki lah yang me-mention ku! Rasa senang menggelayuti jiwaku. Jantungku berdetak tak karuan disertai senyum manis terukir di bibirku.

@glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Kemudian aku balas :
@fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang? RT @glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Fiki membalas lagi :
@glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama RT @fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang?

Jelas Fik kamu suka liat aku, kan aku suka liatin kamu kalo papasan sama kamu. :)

@fikigantira aku juga suka liat kamu tapi kamu suka pura2 ga liat -_- RT @glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama

........................

Kami masih lanjut twitter-an sampai terlintas dipikiranku untuk meminta pin BB Fiki. Tanpa di sangka-sangka, Fiki langsung mengirimkan pin nya lewat direct message. Horeeeeee! Ah tak bisa ku gambarkan rasa bahagia ini. Thanks God! Akhirnya ada jalan juga buat deket sama Fiki. Secepat kilat aku invite Fiki dan langsung di accept. Rasanya jari ini sudah gatal untuk chating dengan Fiki. Tapi aku malu untuk memulainya. Ah tak peduli, aku segera menyingkirkan rasa malu dan gengsi itu dan langsung menyapa Fiki di BBM.

Aku dan Fiki BBM-an sampai koneksi memutuskan kami. BBM di android memang signal nya masih labil. Jadi ku invite Fiki melalui blackberry ku. Kemudian aku memulai kembali obrolan yang terputus. Aku tak pernah kehabisan topik pembicaraan, karena aku dan Fiki sama-sama berasal dari Cimahi. Satu hal yang membuat hatiku tak bisa berhenti merasa bahagia, ternyata wanita yang tempo hari nempel-nempel Fiki bagai perangko itu bukan pacar Fiki. Tetapi sahabatnya Fiki yang ternyata orang Cimahi juga dan adik kelasku waktu SMA. God, dunia itu sempit! Haha

Beberapa hari kami sempat putus komunikasi, tetapi kemudian Fiki menyapa ku duluan di BBM. Woooow, seketika mood ku langsung berubah drastis! Keesokan harinya saat aku sedang berjalan menuju mesjid Al-Furqon bersama Maira dan Yesi, aku berpapasan dengan Fiki yang sedang berjalan dari arah berlawanan bersama Rasti dan satu temannya lagi. Deg! Aku langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. Padahal mata ini tak kuasa ingin melirik ke arah Fiki. Ia pun nampak salah tingkah dan Rasti mulai cari perhatian dengan memukul-mukul punggung Fiki. Aku masih malu untuk menyapa Fiki, seperti biasa Fiki masih pura-pura tak melihatku.

Hari berikutnya aku tidak sengaja bertemu Fiki di kantin FPEB. Tumben Rasti tidak nempel-nempel Fiki, malahan menggoda Fiki dan aku. Tanpa ku sangka, Fiki menyapaku. Semburat merah merona di pipiku, malu sekali rasanya sampai-sampai aku salah tingkah. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kelas. Di perjalanan menuju kelas, sekelibat ide muncul di benakku. Aku mengajak Fiki makan siang (ini namanya modus. haha). Aku bbm Fiki dan ternyata dia ada waktu siang ini. Yes! Rasanya ingin melesat menembus atap saking senangnya! Hihi

Jam berdentang menunjukkan angka jam 12. Waktunya pulang dan makan siang bersama Fiki. Horeeeee! Secepat kilat aku bbm Fiki tetapi delay! Damn! Oh my God! Kenapa harus delay sih? Rasa khawatir menggelayuti hatiku. Hanya lewat BBM Fiki satu-satunya cara untuk aku berkomunikasi dengan Fiki. Aku tidak punya nomor ponsel, whatsapp, line, wechat, ataupun kakaotalk Fiki. Hanya berteman di path dan twitter, tapi rasanya tak mungkin menghubungi Fiki lewat path atau twitter. Kemudian ku berjalan gontai menuju mobil dan menunggu Fiki disana dengan penuh harapan.

Aku hanya bisa pasrah. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Aku kemudian meninggalkan pesan, "Aku tunggu di parkiran garnadi". Berharap jaringan kembali normal sehingga BBM ku pada Fiki delivered. Tik..tok..tik..tok.. waktu terasa bergulir begitu lama. Aku menanti dengan penuh harapan. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya ponsel ku bergetar, BBM dari Fiki! Ternyata Ia baru keluar kelas dan bergegas menemuiku. Dari kejauhan aku melihat siluet Fiki yang sedang berjalan mendekat.

Fiki kemudian membuka pintu mobil dan duduk di sebelahku. Ini kali pertama aku berada di dekat Fiki, hanya aku dan Fiki saja. Tak ada yang lain. Tentu saja membuatku sangat menikmati hati yang berdentam-dentam dibuatnya. Kami masih sedikit canggung tapi perlahan aku mulai mencairkan suasana. Mencari topik pembicaraan kemana kami akan makan siang. Akhirnya, kami memutuskan untuk makan di Wale, daerah Dago Pakar. Sesampainya di sana kami langsung disuguhi pemandangan alam yang hijau menyejukkan. Kami asyik berbincang-bincang sambil makan mie ayam. Hatiku terus memproduksi rasa nyaman saat didekatnya. Rasanya ingin menghentikan waktu saat bersamanya. Namun tak terasa waktu yang bergulir harus memisahkan kebersamaan kami, aku harus segera pulang karena harus menjemput ayahku.

Dua hari kemudian, setelah mata kuliah Stenografi aku dengan senang hati kembali menawarkan diri untuk menemani Fiki yang akan mengurus perizinan tempat acara Riung Mumpulung jurusannya. Kebetulan Fiki adalah ketua nya, sehingga Ia terpaksa skip kuliah demi mengurus acara yang semakin dekat ini. Tempat pertama yang kami tuju masih sekitar kampus, yaitu Lapangan Tennis Indoor dan Sport Hall tetapi tidak mendapat izin. Lalu kami bergegas ke tempat penyewaan kursi di daerah Gerlong. Tidak terasa, perut kami meronta-ronta minta diisi. Akhirnya kami mencari tempat makan di sekitaran Trunojoyo. Setelah makan kami kembali ke kampus karena aku ada kelas pemrograman jam 1. Kami tiba di kampus pukul 11, masih ada waktu 2 jam untuk bersama Fiki. Kami lalu mencari tempat parkir di bawah pohon Garnadi, tetapi penuh jadinya kami parkir di parkiran Kolam Renang UPI.

Sesampainya disana, aku tidak mematikan mesin mobil. Cuaca yang panas membuat kami harus menyalakan AC terus menerus. Entah efek AC, entah hatiku yang berdesir dingin yang membuat tubuhku merasakan kesejukan yang menyenangkan. Pandangan kami bertubrukan membuat ku semakin tertusuk bola matanya lebih dalam. Tiba-tiba Fiki memegang tanganku yang mulai kedinginan membuat kehangatan menjalar ke sekujur tubuhku.

Waktu telah menunjukkan pukul 1, aku harus kuliah tetapi rasanya berat untuk berpisah dengan Fiki. Ah! Ingin rasanya lebih lama bersama Fiki. Setan mulai menggoda ku untuk skip kuliah. Disamping masih ingin bersama Fiki, aku juga sudah jenuh kuliah. Apalagi aku belum pernah absen sama sekali. Setelah ku pikir-pikir rasanya tidak apa-apa jika aku mengambil jatah tidak hadir satu kali. Kemudian kami pergi ke Indomaret Convention Center Sukajadi, tempat nongkrong Fiki. Di perjalanan menuju kesana, Fiki memutarkan lagu Maliq and D'essentials-Sampai Kapan. Lagu yang tepat untuk menggambarkan perasaan kami berdua.

Pantaskah diriku ini mengharapkan suatu yang lebih dari hanya sekedar perhatian dari dirimu yang kau anggap biasa saja.
Atau haruskah ku simpan dalam diri lalu ku endapkan rasa ini terus selama-lamanya.
Diriku cinta dirimu dan hanya itu lah satu yang aku tak jujur kepadamu.
Ku ingin engkau mengerti.
Mungkinkah engkau sadari cinta yang ada dihatiku?

Itulah kali terakhir aku bertemu Fiki. Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Kesibukan masing-masing lah yang membentengi kami. Kami jadi jarang sekali berkomunikasi. Aku kangen Fiki, kangen Wale, kangen mie ayam, kangen parkiran kolam renang, kangen Indomaret, kangen lagu Maliq, kangen semua tempat yang pernah kami kunjungi. Kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi Fik? Mungkin setelah acara Riung Mumpulung :)