Selasa, 10 Desember 2013

First Time I Knew You

Aku terdiam di pesisir pantai barat Pangandaran, melihat ombak yang melompat-lompat dengan indah disertai angin semilir yang membelai-belai rambut panjangku. Tidak terlalu banyak wisatawan yang datang kesana sehingga pantai cukup lengang. Cuaca disana cukup terik, tetapi tidak dengan hatiku. Seperti ada awan mendung yang menggelayuti kepalaku saat itu.

Tidak ada yang bisa membuat mood ku kembali stabil disana. Untung aku membawa blackberry dan tablet ku. Mataku menyapu recent updates, hal yang selalu dilakukan pengguna blackberry jika sedang mati gaya. Tidak ada yang asyik. Membosankan! Lalu aku meraih tablet dari pangkuanku kemudian ku buka aplikasi Path. Ku tekan lambang check-in dan ku pilih Pantai Barat Pangandaran. Tak lupa aku connect ke akun twitter dan foursquare ku.

Beberapa lama kemudian tablet ku bergetar. Ku lihat notifikasi nya ternyata ada yang me-mention ku di twitter dan itu Fiki! Aku masih terdiam, otakku blm sepenuhnya mencerna informasi yang ku lihat. Sedetik kemudian aku langsung tersadar, seperti disengat ribuan lebah mataku terbelalak. Fiki Angga Gantira mention aku? Hatiku berjingkat-jingkat kegirangan. Seolah tak percaya aku membaca lagi mention yang masuk ke twitterku, khawatir aku salah baca. Dan ternyata benar, Fiki lah yang me-mention ku! Rasa senang menggelayuti jiwaku. Jantungku berdetak tak karuan disertai senyum manis terukir di bibirku.

@glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Kemudian aku balas :
@fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang? RT @glaverinareiska anak manper 2011 ya ? ._.

Fiki membalas lagi :
@glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama RT @fikigantira Iyaaaa hehehe kenapa emang?

Jelas Fik kamu suka liat aku, kan aku suka liatin kamu kalo papasan sama kamu. :)

@fikigantira aku juga suka liat kamu tapi kamu suka pura2 ga liat -_- RT @glaverinareiska Pantes suka liat kalo di mobil atau di FPEB lama

........................

Kami masih lanjut twitter-an sampai terlintas dipikiranku untuk meminta pin BB Fiki. Tanpa di sangka-sangka, Fiki langsung mengirimkan pin nya lewat direct message. Horeeeeee! Ah tak bisa ku gambarkan rasa bahagia ini. Thanks God! Akhirnya ada jalan juga buat deket sama Fiki. Secepat kilat aku invite Fiki dan langsung di accept. Rasanya jari ini sudah gatal untuk chating dengan Fiki. Tapi aku malu untuk memulainya. Ah tak peduli, aku segera menyingkirkan rasa malu dan gengsi itu dan langsung menyapa Fiki di BBM.

Aku dan Fiki BBM-an sampai koneksi memutuskan kami. BBM di android memang signal nya masih labil. Jadi ku invite Fiki melalui blackberry ku. Kemudian aku memulai kembali obrolan yang terputus. Aku tak pernah kehabisan topik pembicaraan, karena aku dan Fiki sama-sama berasal dari Cimahi. Satu hal yang membuat hatiku tak bisa berhenti merasa bahagia, ternyata wanita yang tempo hari nempel-nempel Fiki bagai perangko itu bukan pacar Fiki. Tetapi sahabatnya Fiki yang ternyata orang Cimahi juga dan adik kelasku waktu SMA. God, dunia itu sempit! Haha

Beberapa hari kami sempat putus komunikasi, tetapi kemudian Fiki menyapa ku duluan di BBM. Woooow, seketika mood ku langsung berubah drastis! Keesokan harinya saat aku sedang berjalan menuju mesjid Al-Furqon bersama Maira dan Yesi, aku berpapasan dengan Fiki yang sedang berjalan dari arah berlawanan bersama Rasti dan satu temannya lagi. Deg! Aku langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. Padahal mata ini tak kuasa ingin melirik ke arah Fiki. Ia pun nampak salah tingkah dan Rasti mulai cari perhatian dengan memukul-mukul punggung Fiki. Aku masih malu untuk menyapa Fiki, seperti biasa Fiki masih pura-pura tak melihatku.

Hari berikutnya aku tidak sengaja bertemu Fiki di kantin FPEB. Tumben Rasti tidak nempel-nempel Fiki, malahan menggoda Fiki dan aku. Tanpa ku sangka, Fiki menyapaku. Semburat merah merona di pipiku, malu sekali rasanya sampai-sampai aku salah tingkah. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kelas. Di perjalanan menuju kelas, sekelibat ide muncul di benakku. Aku mengajak Fiki makan siang (ini namanya modus. haha). Aku bbm Fiki dan ternyata dia ada waktu siang ini. Yes! Rasanya ingin melesat menembus atap saking senangnya! Hihi

Jam berdentang menunjukkan angka jam 12. Waktunya pulang dan makan siang bersama Fiki. Horeeeee! Secepat kilat aku bbm Fiki tetapi delay! Damn! Oh my God! Kenapa harus delay sih? Rasa khawatir menggelayuti hatiku. Hanya lewat BBM Fiki satu-satunya cara untuk aku berkomunikasi dengan Fiki. Aku tidak punya nomor ponsel, whatsapp, line, wechat, ataupun kakaotalk Fiki. Hanya berteman di path dan twitter, tapi rasanya tak mungkin menghubungi Fiki lewat path atau twitter. Kemudian ku berjalan gontai menuju mobil dan menunggu Fiki disana dengan penuh harapan.

Aku hanya bisa pasrah. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Aku kemudian meninggalkan pesan, "Aku tunggu di parkiran garnadi". Berharap jaringan kembali normal sehingga BBM ku pada Fiki delivered. Tik..tok..tik..tok.. waktu terasa bergulir begitu lama. Aku menanti dengan penuh harapan. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya ponsel ku bergetar, BBM dari Fiki! Ternyata Ia baru keluar kelas dan bergegas menemuiku. Dari kejauhan aku melihat siluet Fiki yang sedang berjalan mendekat.

Fiki kemudian membuka pintu mobil dan duduk di sebelahku. Ini kali pertama aku berada di dekat Fiki, hanya aku dan Fiki saja. Tak ada yang lain. Tentu saja membuatku sangat menikmati hati yang berdentam-dentam dibuatnya. Kami masih sedikit canggung tapi perlahan aku mulai mencairkan suasana. Mencari topik pembicaraan kemana kami akan makan siang. Akhirnya, kami memutuskan untuk makan di Wale, daerah Dago Pakar. Sesampainya di sana kami langsung disuguhi pemandangan alam yang hijau menyejukkan. Kami asyik berbincang-bincang sambil makan mie ayam. Hatiku terus memproduksi rasa nyaman saat didekatnya. Rasanya ingin menghentikan waktu saat bersamanya. Namun tak terasa waktu yang bergulir harus memisahkan kebersamaan kami, aku harus segera pulang karena harus menjemput ayahku.

Dua hari kemudian, setelah mata kuliah Stenografi aku dengan senang hati kembali menawarkan diri untuk menemani Fiki yang akan mengurus perizinan tempat acara Riung Mumpulung jurusannya. Kebetulan Fiki adalah ketua nya, sehingga Ia terpaksa skip kuliah demi mengurus acara yang semakin dekat ini. Tempat pertama yang kami tuju masih sekitar kampus, yaitu Lapangan Tennis Indoor dan Sport Hall tetapi tidak mendapat izin. Lalu kami bergegas ke tempat penyewaan kursi di daerah Gerlong. Tidak terasa, perut kami meronta-ronta minta diisi. Akhirnya kami mencari tempat makan di sekitaran Trunojoyo. Setelah makan kami kembali ke kampus karena aku ada kelas pemrograman jam 1. Kami tiba di kampus pukul 11, masih ada waktu 2 jam untuk bersama Fiki. Kami lalu mencari tempat parkir di bawah pohon Garnadi, tetapi penuh jadinya kami parkir di parkiran Kolam Renang UPI.

Sesampainya disana, aku tidak mematikan mesin mobil. Cuaca yang panas membuat kami harus menyalakan AC terus menerus. Entah efek AC, entah hatiku yang berdesir dingin yang membuat tubuhku merasakan kesejukan yang menyenangkan. Pandangan kami bertubrukan membuat ku semakin tertusuk bola matanya lebih dalam. Tiba-tiba Fiki memegang tanganku yang mulai kedinginan membuat kehangatan menjalar ke sekujur tubuhku.

Waktu telah menunjukkan pukul 1, aku harus kuliah tetapi rasanya berat untuk berpisah dengan Fiki. Ah! Ingin rasanya lebih lama bersama Fiki. Setan mulai menggoda ku untuk skip kuliah. Disamping masih ingin bersama Fiki, aku juga sudah jenuh kuliah. Apalagi aku belum pernah absen sama sekali. Setelah ku pikir-pikir rasanya tidak apa-apa jika aku mengambil jatah tidak hadir satu kali. Kemudian kami pergi ke Indomaret Convention Center Sukajadi, tempat nongkrong Fiki. Di perjalanan menuju kesana, Fiki memutarkan lagu Maliq and D'essentials-Sampai Kapan. Lagu yang tepat untuk menggambarkan perasaan kami berdua.

Pantaskah diriku ini mengharapkan suatu yang lebih dari hanya sekedar perhatian dari dirimu yang kau anggap biasa saja.
Atau haruskah ku simpan dalam diri lalu ku endapkan rasa ini terus selama-lamanya.
Diriku cinta dirimu dan hanya itu lah satu yang aku tak jujur kepadamu.
Ku ingin engkau mengerti.
Mungkinkah engkau sadari cinta yang ada dihatiku?

Itulah kali terakhir aku bertemu Fiki. Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Kesibukan masing-masing lah yang membentengi kami. Kami jadi jarang sekali berkomunikasi. Aku kangen Fiki, kangen Wale, kangen mie ayam, kangen parkiran kolam renang, kangen Indomaret, kangen lagu Maliq, kangen semua tempat yang pernah kami kunjungi. Kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi Fik? Mungkin setelah acara Riung Mumpulung :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar