Selasa, 14 April 2020

Kehilangan

Hari ini adalah hari terberat bagiku. Dimana mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela harus melepas kepergianmu. Begitu cepat. Sakit rasanya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. 

Aku tidak menyangka si iblis jahannam itu begitu jahatnya ingin merusak apa yang aku punya. Ia ingin membuatku hancur berkeping-keping. Ia ingin aku menderita. Padahal aku selalu berusaha baik walaupun sebetulnya dia jahat. 

Tak banyak yang tahu kalau ia jahat, karena ia bermuka dua dan pandai bersilat lidah. Ia juga mempunyai ibu yang selalu meminta pertolongan kepada orang pintar. Mereka sering memasukkan suatu "jampe-jampe" ke dalam makanan dan minuman keluargaku dengan maksud tertentu.

Yaaa... aku tahu maksud mereka. Ingin menguasai keluargaku. A.k.a harta orang tuaku. Brengsek memang iblis jahannam ini.  Padahal aku bukan berasal dari keluarga yang bergelimang harta. 

Tak tahu malu! Manusia serakah! Buntelan kentut! Bermuka dua! Munafik! Iblis! Najis mugholadzoh! Aku benar-benar membencinya!

Baru kemarin aku bertemu denganmu. Tapi tiba-tiba orang tuaku ingin memisahkan aku dan kamu. Lagi-lagi, aku tidak berdaya. Seperti orang kelaparan tapi tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Hanya bisa menahannya sendirian. Seperti itulah aku. Hanya bisa menangisi diriku sendiri.

10 tahun bersamamu bukanlah waktu yang sebentar. Banyak sekali kenangan yang telah aku lalui bersamamu. Aku tidak perduli betapa tuanya dirimu. Yang aku ingin hanyalah selalu bersamamu. Melewati setiap detik denganmu. Berbagi suka dan duka. Hanya berdua denganmu. Karena hanya kamu yang mengerti aku melebihi apapun di dunia ini termasuk kedua orang tuaku.

Kemarin, orang tua ku marah besar. Sepertinya sudah dikompori oleh si iblis jahanam itu. Tiba-tiba ayahku datang, beliau ingin aku berpisah denganmu. Alasannya sudah ada yang lebih baik darimu. Padahal ayahku sangat tahu persis bahwa aku teramat sangat menyayangimu. Tapi ayahku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak tahan mendengan celotehan ucapan ibuku yang ingin memisahkan aku denganmu. 

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak suka ini. Aku lemah. Aku ingin berontak. Tapi lagi-lagi aku tidak berdaya. Aku tidak mempunyai apa-apa lagi. Pasti si iblis jahannam itu sedang menertawai kesedihanku. Memang itu yang dia inginkan. Membuat hidupku menderita. 

Malam ini aku tidak bisa tidur. Membayangkanmu. Memikirkanmu yang begitu cepatnya harus meninggalkan aku. Ku yakin kau pun begitu. Air mataku tak habis-habisnya membasahi tempat tidurku. 

Keesokan hari nya, aku benar-benar harus mengikhlaskan kepergianmu. Pendampingmu yang baru akan menjemputmu dan membawamu pergi jauh dariku. Sungguh sakit rasanya. Aku tidak sanggup melihatmu dengannya. Aku hanya bisa berdoa semoga pendampingmu yang baru bisa membuatmu lebih bahagia dibanding aku. Maaf jika selama ini aku sering menyakitimu dan tidak bisa menjagamu dengan baik. 

Beberapa hari setelah kepergianmu, aku jatuh sakit. Rasanya semuanya pahit. Tapi aku harus melannya bulat-bulat. Aku selalu teringat kamu. Ku buka foto-foto lamamu bersamaku. 

Ku pasang kesedihan ini di status whatsapp ku. Ternyata ayahku ikut merasakannya. Ia juga sangat berat melepas kepergianmu. Tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah keputisan bulat dari ibuku. Ayahku tidak bisa berbuat apa-apa karena ibuku sangat keras kepala. 

Berbeda dengan ibuku yang terlihat puas melihat perpisahanku denganmu. Ibuku pasti masih dalam pengaruh iblis jahat itu. Saat itu aku sangat membenci ibuku karena ia tega merenggut kebahagiaan anaknya sendiri. Tapi aku sadar. Ini bukan sepenuhnya ibuku. Ini pengaruh si iblis jahannam itu yang membuat ibuku membuat keputusan dengan tersulut emosi. 

Aku terus-terusan membuat status di whatsapp tentang kamu. Tujuannya agar ibuku melihat betapa aku sangat terpuruk. Begitu sakitnya aku. Aku ingin ibuku menyesali perbuatannya. Aku ingin ibuku peduli pada perasaanku. 

Tetapi tindakanku itu justru membuat ayahku sangat terpuruk. Ia tahu persis apa yang aku rasakan karena aku adalah anak kesayangannya. Ibuku berkata bahwa hentikan semua ini jika aku sayang ayahku. Ia juga meminta maaf telah membuatmu sedih dan tidak bisa membahagiakan anak.

Fuck! Harusnya ia tahu jika kebahagiaanku adalah kamu. Dan keputusannya untuk memisahkan kita adalah salah besar. Kemudian aku berjanji tidak akan sedih lagi demi ayahku. Beliau teramat sangat menyayangiku. Begitupun dengan aku. Jujur  aku lebih menyayangi ayahku dibandingkan dengan ibuku yang telah melahirkan aku. Mungkin karena pengaruh si iblis jahannam itu. 

Akupun berusaha mengikhlaskanmu. Walaupun berat sekali rasanya. Tapi aku yakin pasti ada pelangi setelah hujan. Ada kebahagiaan setelah kesedihan ini. Ini semua aku lakukan demi ayah. Bukan demi ibuku. 

Kini harus aku kewati...
Sepi hariku tanpa dirimu lagi...
Biarkan kini ku berdiri...
Melawan waktu tuk melupakanmu...

Potongan lirik lagu milik Glenn Fredly itu menggambarkan perasaanku saat ini.

Waktu terus berlalu. Aku mulai belajar ikhlas untuk melepasmu. Aku sadar bahwa segala sesuatu itu hanya milik Allah. Dan semuanya akan kembali kepada Allah. Aku hanya bisa berdoa semoga aku bisa merubah nasibku. Aku harus bekerja keras agar aku bisa menemukan penggantimu. Semoga aku berjodoh dengan semuanya yang lebih baik darimu. 

Dan teruntuk si iblis jahannam, selamat berbahagia melihat kepedihanku saat ini. Hidupnyq sekarang memang enak karena segalanya ditanggung oleh keluargaku. Tapi satu hal yang perlu diingat, tidak ada yang abadi. Ibu ku sebentar lagi pensiun. Ayahku juga sudah lama pensiun. Lihat saja beberapa tahun kedepan. Apa yang akan terjadi kepadanya. Karena sungguh ia akan menuai apa yang ia tanam. 

Bersambung sampai beberapa tahun kedepan...

Selasa, 12 April 2016

Keraguan

Tidak ada cinta yang datang terlalu cepat, tetapi kita terlambat menyadarinya. .

Ya Tuhan, apakah itu benar? Apakah ini cinta?
Aku memang merasakannya. Tetapi mengapa masih saja ada rasa ragu terselip dihati ini. Aku takut salah melangkah dan salah mengambil keputusan untuk yang kesekian kalinya.

Ya Tuhan, baru saja hatiku dipatahkan sepatah-patahnya oleh sahabatku (dibaca: orang yang aku sayang). Dia telah membuangku kepada orang lain:  temannya yang tidak terlalu ia kenal. Orang asing bagiku. Dan sekarang aku malah mencintainya.

Ya Tuhan, apakah rasa ini benar? apa ini jawaban doa ketika aku patah hati oleh orang yang menganggapku sahabat ? Ataukah ini hanya permainan si sahabat yang tak ingin keyakinannya kepada-Mu terusik oleh perasaan terlarang kepadaku?

Ya Tuhan, sesungguhnya aku lelah. Aku tidak ingin patah hati lagi. Mengapa terlalu cepat? Apa ini karena saking sayangnya Engkau kepadaku sehingga aku segera diberikan malaikat penghapus air mataku?

Ya Tuhan, jika aku harus jatuh cinta lagi, Jatuhkanlah hatiku kepada jodohku. Karena aku sudah sangat lelah untuk bangkit dari sakitnya patah hati. Aku sangat lelah jika harus berulang kali berlabuh di hati yang salah dan pulang dengan keadaan sakit.

Ya Tuhan, jika dia adalah jodohku yang Kau selipkan sebagai malaikat yang Kau kirim untuk menghapus semua air mata dan kesedihanku tolong yakinkanlah hati ini bahwa dia adalah yang terbaik untukku. Tetapi jika ini hanya jebakan orang jahat yang ingin melukaiku tolong lindungilah aku.

Ya Tuhan, aku sayang Arman.

Sabtu, 05 Maret 2016

Selamat Ulang Tahun, Mantan Terindah....

Hari ini, 5 Maret 2016 akhirnya datang juga. Hari dimana aku telah merencanakan sesuatu bersama Milati sahabatku. Sesuatu yang kami pikir akan dikelilingi kebahagiaan untuk kami berempat. Sudah lama kami merencanakan sebuah surprise kecil-kecilan untuk pasangan kami yang sama-sama berulangtahun. Konsep, dekorasi dan kue ulang tahun sudah dipikirkan dengan baik. Tinggal menunggu waktunya tiba. Dulu perlu waktu berbulan-bulan untuk menunggunya, tetapi sekarang telah tiba saatnya.

Namun dari kemarin aku sangat gelisah. Aku ingat betul akan rencana kami itu. Tetapi, apakah aku tetap akan melaksanakan rencana kami ? Waktu telah bergulir begitu cepat dan waktu mengubah segalanya. Sekarang sudah beda kondisinya. Aku bukan siapa-siapanya Marvell lagi. Harus aku sadari itu.

Milati sudah berkoar-koar di recent update mengucapkan selamat ulang tahun untuk Zaini dan Marvell. Tak lupa mengedit foto Zaini dengan aksen ulang tahun dan menjadikannya display picture.

"Selamat ulang tahun mas sayang dan ka Marvell." hatiku tersentak kemudian aku mengiriminya pesan, "Mil, sepertinya rencana kita dulu pupus sudah (emot sedih, emot nangis)"

"Iya ya Glave, malah kemarin aku ngomongin sama Zaini dan ia bilang kenapa ga ngasih surprise aja. Haha. Gimana Glave? Mau jadi ngasih surprise?"

"Ga tau Mil, pengen sih. Tapi tiap kali aku mau berjuang buat dia, pasti dia selalu bikin aku gendok dan nyerah. Aku takut gendok lagi. Masalahnya sekarang aku bukan siapa-siapanya lagi."

"Iya sih, tapi kan ini udah direncanain dari jauh-jauh hari. Aku tanya Opal deh dia lagi dimana."

"Iya mil sebenernya dari hati aku yang terdalam aku pengen banget ngasih surprise ke Marvell tapi gimana ya, udah beda kondisinya sekarang."

"Kamu ngucapin ke dia ga?"

"Ia mil ngucapin, tapi belum di bales"

Tadinya aku akan memberi ucapan tengah malam, tapi lagi-lagi aku sadar diri. Aku bukan siapa-siapa lagi. Dan aku mengurungkan niatku itu.

"Selamat ulang tahun ya. Cieee ulang taunnya kembaran sama Zaini. Haha. Semoga cepet lulus, cepet nikah haha. Semoga dan semakin aja deh ya buat kamu."

Itu lah kata-kata yang aku ucapkan. Tidak puitis, tidak berlebihan, seperlunya saja. Sekali lagi, aku sadar diri. Setidaknya aku ingat pada ulang tahunnya. Tidak seperti dia yang sama sekali tidak mengucapkan selamat saat aku ulang tahun, atau wisuda. Padahal aku sudah berkoar-koar di semua sosmed. Sudah kode keras sekali. Sekalinya dia mengucapkan selamat hanya ketika aku beres sidang dan itupun dia tidak ada bersamaku dan tidak memberiku semangat sebelum sidang dan aaaaaah sudah jangan dibahas nanti aku nangis lagi.

Kembali lagi ke topik utama. Milati mencari tahu dimana keberadaan Marvell. Ternyata ia sedang ada di Sukabumi dan akan pulang sore ini.

Aku cek bbm ternyata dia membalas,
"Iya hehe. Cuma umurnya aja yang ga kembaran. Makasih ya :)"

Melihat responnya cukup baik, aku kemudian membalasnya lagi dengan sedikit bercandaan.

"Hahaha lebih tua ya #eh . Hahaha. Bisa meren traktir nonton comic 8. Hahaha"

"Iya lebih tuir. Haha duh akunya lagi di sukabumi"

"Tapi keliatan kamu lebih muda daripada Zaini. Haha, yah kapan dong balik bandung? Long time no see"

"Iya. Hehe. Besok kayaknya"

Kemudian aku bbm Milati
"Mil dia bilang balik besok. Gimana dong?"

"Ih ke aku mah bilangnya sore ini"

Hmmm. Lagi-lagi hal kecil yang dilakukan Marvell selalu bisa membuatku gendok. Kenapa harus berbohong? Ini hanya hal kecil.

"Coba ajak ketemu Glave"

"Iya Mil, apa aku bilang gini ya. Besok ktmu bisa ga? Plis ini mah kamu jangan menghindar. Aku cuma mau ngelaksanain janji aku sama mei. Sbnrnya udh lama. Ga enak aja kalo ga dilaksanain nnti akunya ga tenang. Mungkin itu yg terakhir. Setelah itu aku ga akan ngusik hidup km lagi. Gimana Mil?

"Jangan Glave, nanti dia takut duluan. Coba aja ajak ketemu. Gapapa sedikit maksa juga."

"Okey aku coba"

Kemudian aku bbm Marvell
"Besok ketemu yuu. Bisa ga? Udh lama ga ketemu hehe"

Aku sudah bisa menebak pasti jawaban dia insya Allah. Sama seperti waktu kami akan datang ke pesta pernikahan Thaufik di Tasik, ia pun mengatakan hal yang sama yaitu insya Allah. Dan hasilnya apa ? Batal. Gagal. Tidak jadi.

"Insya Allah ya, soalnya besok ada nikahan temen"

Tuh kan apa aku bilang.

"Yaudah kalo gabisa senin aja gimana? Plis ini mah sebentar aja da paling cuma 15 menit"

Beberapa saat kemudian tante ku tumben-tumbenan mengomentari DP ku.

"Siapa tuh Glave? Calonnya ya? Sini kenalin sama tante. Setuju. Setuju."

Membacanya mataku langsung berkaca-kaca.

"Bukan tante. Mantan. Haha. Dia lagi ulang tahun jadi pengen pasang DP sama dia."

Haha. Saking sudah lamanya aku tidak pasang foto dengan cowok dan tidak pernah membawa cowok ke rumah jadi sekalinya update foto dengan cowok dikira calon suami. Haha. Jadi sadar umur. Sudah 23. Sudah pantas untuk menikah. Tapi calonnya mana? Ya semoga Marvell. Aamiin.

Banyak sekali bbmku yang masuk. Dan hampir semua menanyakan apakah aku balikan lagi dengan Marvell? Aku hanya bisa meng-aamiin-i nya.

Jujur saja sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan Marvell. Aku belum menemukan lagi sosok seperti Marvell. Walaupun sebentar, tapi berasa sampai saat ini.

Aku membuka bbm, ternyata bbmku masih deliv dan belum dibaca olehnya. Sampai saat ini pukul 22.45 tepat saat aku menulis cerita ini, ia belum membaca bbmku. Padahal 10 menit yang lalu dia update status dan ganti DP.

Tuh kan kenapa sih ada saja yang bikin aku gendok? Kamu tuh maunya apa sih? Aku mendengus dalam hati.

Aku sudah paling tidak paham menghadapi Marvell. Aku harus bagaimana? Aku hanya ingin melaksanakan rencana yang sudah menjadi janji ku bersama Milati. Aku hanya ingin bertemu dengan Marvell. Sejak kejadian itu, kami belum pernah bertemu lagi sampai saat ini.

Dear Marvell,

Jika suatu saat kamu membaca tulisanku ini. Aku ingin kamu tahu. Aku sayang kamu. Aku masih sangat sayang kamu sampai detik ini. Aku ingin kamu kembali. Aku senang jika kamu sering menanyakanku kepada Milati. Tetapi aku tidak tahu bagaimana caraku menunjukkan perasaanku kepadamu. Kamu sering menanyakanku kepada Zaini, tetapi ketika aku akan berjuang untukku kamu selalu mematahkan semangatku dengan hal-hal kecil yang membuatku kecewa. Ternyata responmu buruk. Apa mungkin kamu sudah melupakanku? Atau kamu gengsi? Buanglah gengsimu Vel, dulu saja aku rela menangis di depanmu bahkan di depan banyak orang hanya demi kamu. Apa belum cukup rendah harga diriku?

Marvell, sebenarnya aku ingin memberi kejutan di hari ulang tahunmu ini. Aku dan Milati sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari. Tapi kenapa, kamu sepertinya tidak respon. Kamu seperti tidak ingin bertemu denganku. Vel, sekali lagi tolong buang gengsimu. Aku tahu kamu paling anti balikan dengan mantan. Tapi Vel, aku sayang kamu. Entah dengan cara apalagi aku harus mengatakannya kepadamu.

Marvell jika kamu tidak ingin melihatku lagi, tolong lah. Izinkan aku bertemu denganmu. Sekali saja. Untuk melaksanakan janjiku bersama Milati. Walaupun bukan surprise lagi namanya jika diberi tahu. Tapi yang jelas, aku ingin bertemu denganmu walaupun hanya sebentar. Setelah itu, aku berjanji tidak akan mengusik kehidupanmu lagi. Aku akan pergi dari hidupmu Vel. Mungkin selama-lamanya kamu tidak akan pernah bisa melihat kehadiran wanita bodoh yang mencintaimu lagi. Aku akan mem-block semua sosmed mu jika perlu. Agar aku benar-benar menghilang. Aku berjanji Vel.

By the way, aku menulis cerita ini sambil mendengarkan lagu Kahitna-Soulmate.

... Meskipun tak mungkin lagi, tuk menjadi pasanganku. Namun ku yakini cinta, kau kekasih hati....

Itu lagu untukmu Vel. Liriknya menggambarkan perasaanku saat ini. Aku yakin kamu membaca tulisan ini jauh-jauh hari setelah aku menulisnya. Jadi ku harap ketika suatu saat kamu merindukanku, dengarkanlah lagu ini.

Sekarang sudah hampir pergantian hari. Sudah dulu ya. Aku ingin bercerita pada Allah dan memohon pada-Nya agar kamu menjadi jodohku. Hehe

Sekali lagi aku ucapkan selamat ulang tahun Marvell, mantan terindahku ❤

Senin, 07 September 2015

Dua Sahabat yang Patah Hati Dikala Senja


Sore itu,
Ketika matahari akan kembali ke peraduan
Dua orang sahabat sedang duduk di kursi kayu sambil menatap langit
Mereka menantikan kehadiran  jingga diujung senja
Berharap cahaya jingga akan menerangi hati mereka yang dirundung duka
Kemudian mengubur dan menenggelamkannya mereka bersama matahari

Hening memekakkan telinga
Mereka saling terdiam,
Pandangan mereka berkeliaran pada langit disana
Mencari-cari keberadaan jingga
Tetapi langit kelabu masih saja menutupi indahnya cakrawala
Jingga tak jua mau menampakkan dirinya
Hanya ada awan gusar yang sebentar lagi akan mengeluarkan tetes-tetes air kegalauan
(dibaca: hujan)

Lalu mereka bertanya-tanya.
Ini senja atau malam?
Mengapa kami tidak bisa melihat  jingga?
Apakah  senja sudah berlalu?
Tega sekali tidak izin pamit pulang
Padahal kami sangat membutuhkannya
Untuk hati kami yang rapuh dan  hampir mati
Tetapi nampaknya ini belum malam
Sendandung adzan maghrib belum berkumandang
Sayup-sayup pun tidak terdengar sama sekali
Itu tandanya ini masih senja
Matahari belum pulang ke peraduan
Tetapi tertahan oleh kumpulan awan hitam

Kristal bening mulai membasahi kulit mereka
Nampaknya awan hitam itu mulai jenuh
Hingga mulai mengeluarkan  tetes-tetes air kegalauan
Hujan, janganlah menjadi pertanda air mata yang akan jatuh terurai
Aamiin.. semoga saja.

Tetapi tunggu dulu, ini bukan hujan
Ini air mata dari kedua sahabat yang sedang patah hati itu
Mereka  menangis sejadi-jadinya meratapi nasib mereka
Miris sekali memang,
Mengapa lagi-lagi hati mereka dengan mudah dipatahkan oleh pria-pria sialan?
Mengapa kasih sayang dan cinta mereka sama sekali tidak dihargai oleh pria-pria sialan itu?
Mengapa pria-pria sialan  itu sama sekali tidak bersyukur telah memiliki mereka?

Cinta memang kejam
Mereka yang tulus mencintai malah disia-siakan
Tetapi yang bertopeng malah diperjuangkan mati-matian
Apa yang ada di benak pria-pria sialan  itu?
Logika mereka sama sekali tidak berguna
Mereka bodoh, sangat bodoh.
Gengsi yang mempertahankan logika mereka yang bodoh itu

Coba saja mereka sedikit menggunakan kecedasan emosinya
Bisa merasakan dan berempati tentang perasaan wanita
Pasti di dunia ini tidak akan ada lagi wanita yang tersakiti
Logika memang berbanding terbalik dengan perasaan
Tetapi seharusnya bisa saling melengkapi

Lihatlah sekarang kedua sahabat yang sedang patah hati itu
Rapuh, lemah, dan tidak berdaya
Hanya bisa menangis
Dimana senja mereka?
Sudah pergi dibawa malam
Kata angin yang bertiup kala itu

Sudahlah, kini sudah malam.
Matahari sudah tenggelam, pun dengan patah hati mereka
Seharusnya sudah ikut tenggelam juga
Tetapi masih saja mereka patah hati
Karena hati mereka masih tertinggal di lembayung senja

Minggu, 02 Agustus 2015

Alhamdulillah, Allah itu Baik.

Awalnya aku pikir, aku tidak akan pernah bisa menemukan satu pria yang benar-benar klop denganku. 3 tahun melajang membuatku nyaris putus asa untuk bisa menemukan belahan jiwaku. Aku lelah ya Allah, terus berkelana tetapi tidak pernah berujung indah. Terlalu sering disakiti, ditinggalkan dan tidak diberi kepastian membuatku muak dan cukup kebal dengan kondisi "sendiri". Ya,  benar-benar sendiri. Tidak ada satupun orang yang menemani.

Kesepian? Mungkin. Tapi tidak terlalu juga. Beberapa pria silih berganti datang dan pergi menemaniku dengan caranya masing-masing. Mereka hanya "transit", tidak benar-benar berlabuh di hatiku. Entah mengapa Tuhan selalu mempunyai cara agar aku gagal bersama mereka. Sedih? Pasti. Tetapi dibalik itu semua mungkin inilah cara Allah menunjukkan bahwa mereka bukan yang terbaik untukku.

Terakhir aku dekat dengan pria teman kampusku. Namanya Agha. Dia memang baik, lumayan klop denganku. Tetapi sayang, dia tidak terbuka. Dia berubah saat aku benar-benar membutuhkannya. Aku benci. Dia berbohong. Dia tidak pernah peka. Lebih dari 3 bulan waktuku terbuang sia-sia, skripsiku terbengkalai. Tetapi apa yang aku dapat? Hanya kebohongan dan tidak ada kepastian. Muak rasanya. Aku lelah berjuang sendiri. Lalu ku putuskan untuk mundur. Tak ada gunanya aku teruskan, hanya membuatku sakit.

Sampai suatu ketika, Tuhan berbaik hati mempertemukan aku dengan Manji. Dia adalah teman dekat Zafar, pacarnya Meilani sahabatku. Awalnya aku bersikap biasa saja. Malah tidak memperdulikannya karena aku masih fokus mengurusi skripsiku.

Malam itu kami bertemu, aku sempat kesal karena tidak sesuai rencana. Membuang-buang waktu saja. Aku sudah bosan. Sampai aku bersumpah jika malam ini tidak jadi bertemu, aku tidak pernah mau mengenalnya lagi. Tetapi untung saja waktu masih memberikan kami kesempatan untuk bertemu. Lalu kami bertemu dan berbincang-bincang. Ternyata orangnya sangat mengasyikan. Enak diajak berbicara dan banyak kesamaan diantara kami. Tidak mengecewakan lah. Aku mencabut jauh-jauh sumpahku. It's okay. Awal yang baik pikirku.

Dibawah terangnya rembulan dan dinginnya angin malam, kami masih asyik berbincang-bincang. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Tetapi aku masih ingin bersamanya. Entah mengapa kali ini aku tidak ingin membunuh waktu sama sekali.

Tiba-tiba muncul notifikasi dari Instagramku, nampaknya ada stalker yang sedang kepo. Memberi like dan komen semua fotoku bersama Agha.
"Perasaan kenal deh cowonya, itu Agha ya?". Tetiba mood ku berubah, ribuan pertanyaan menghujam otakku. Tetapi aku tunda dulu. Aku harus menikmati detik-detik pertemuanku dengan Manji malam ini.

Tidak bisa ditoleransi lagi, aku benci ini. Aku benar-benar harus pulang. Malam sudah semakin larut. Aku bisa dimarahi jika pulang terlalu malam. Kemudian kami memutuskan untuk pulang. Dia mengantarkan aku pulang sampai ke gang rumah. Sisa pertemuan tadi masih terasa. Aku bahagia dan aku merindukannya. "Terimakasih Tuhan, malam ini sungguh indah." Ujarku sambil tersenyum kepada bulan.

Setibanya di rumah. Aku kembali penasaran dengan sosok perempuan yang stalking instagramku tadi. Ternyata oh ternyata setelah aku selidiki, dia memang mantan kekasih Agha. Untuk apa dia sampai segitunya kepo dan komen di foto kami kalau tidak ada apa-apa. Pikiranku terpecah belah.

Apa mungkin Agha dekat lagi dengan mantan kekasihnya itu? Pantas saja beberapa waktu belakangan ini dia berubah. Lama membalas chat, sudah tidak memanggilku dengan kata "sayang" lagi. Oh iya aku hampir lupa, aku dan Agha memang bisa dibilang teman rasa pacar. Kami tidak pacaran namun selalu terselip kata "sayang" di setiap pembicaraan kami. Pantas saja dia berubah. Ternyata ada mainan baru.

Aku langsung mengirim pesan bbm dan menanyakannya. Dengan entengnya dia hanya menjawab. "Fans. Hahaha". Hatiku mendengus kesal. Tidak bisa serius yah. Dasar. Sialan. Menyebalkan. Lalu ku bilang, "Tidak mungkin sampai segitunya jika tidak ada apa-apa. Nampaknya dia masih mengharapkanmu. Maaf jika kehadiranku mengganggu hubungan kalian. Aku dan kamu tidak ada apa-apa kan. Santai aja. Sana balikan saja dengan dia" Intinya seperti itu.

Jawaban darinya sangat amat menyebalkan. Lagi-lagi dia menjawab dengan enteng, "Dia hanya masa lalu. Tenang saja. Iya kan aku dan kamu memang tidak ada apa-apa. Biasalah artis banyak fansnya." Menyebalkan. Bukan itu jawaban yang aku inginkan. Sama sekali tidak menenangkanku.

Kemudian aku lihat foto-foto di instagram wanita itu. 10 minggu yang lalu dia upload foto screenshoot chat mereka ketika anniversary 84 bulan. Ku ingat-ingat ternyata pada minggu-minggu itu aku sudah dekat dengan Agha selama dua minggu. Fix aku dibohongi. Dia bilang sudah menjomblo 3 bulan. Ternyata aku benar-benar dibohongi.
 
Sungguh aku tidak menyangka tega-teganya dia membohongiku. Jahat. Aku tidak suka. Aku benci dia. Jadi ini balasan untukku? Teganya bermain dibelakangku. Hati ini rasanya seperti ditonjok ribuan tangan. Damn! Aku benci dia. Malam ini aku benar-benar memutuskan untuk mundur. Sudah tidak bisa lagi aku toleransi. Aku benar-benar harus pergi.

Air mata sudah nyaris rontok. Tapi ku pikir untuk apa menangisi pria seperti itu. Tidak ada gunanya. Masih tidak menyangka dengan ini semua, aku hanya bisa melamun sambil mendengarkan lagu Noah-Dibelakangku. Kemudian beberapa saat kemudian Manji meneleponku. Dengan backsound lagu Noah itu aku berbincang-bincang

Aku yang tadinya kesal bukan main, seketika berubah menjadi bahagia. Manji berhasil membuatku lupa dengan kesakithatianku terhadap Agha. Dia benar-benar mengalihkan perhatianku. Kini aku sama sekali tidak merasa sakit hati. Terimakasih ya Allah, ketika aku sakit dengan segera Engkau berikan obatnya kepadaku. Alhamdulillah, Allah memang maha baik. Ia selalu memberikan apa yang umatnya butuhkan.

To be continued....

Selasa, 23 Juni 2015

Teman Rasa Pacar

Aku punya teman. Bukan sekedar teman. Bisa dibilang teman. Bisa juga tidak. Kami terlihat seperti orang pacaran. Sekali lagi aku tegaskan. Hanya "terlihat". Faktanya kami cuma teman. Mungkin lebih sedikit. Hehe

Awalnya aku cukup nyaman dengan ini. Kondisi dimana aku tetap bisa bahagia walaupun tidak dengan pacar. Sesuai dengan prinsipku, bahagia itu tidak harus selalu dengan pacar.

Semakin hari, kami semakin dekat. Setiap hari bertemu. Setiap hari selalu bersama. Sampai suatu ketika, entah mengapa dalam percakapan kami selalu terselip kata "sayang". Dan kami pun menikmatinya.

Kami cukup saling mengenal. Dari segi karakter, kami memiliki banyak kesamaan. Entah mengapa, ketika kami tidak melakukan apapun aku tetap merasa nyaman. Itu yang membuat aku senang berlama-lama berada di dekatnya. Rasanya ingin aku hentikan waktu ketika sedang bersamanya.

Tetapi lama kelamaan, aku mulai bosan. Aku ingin lebih. Aku ingin berkomitmen dengannya. Dalam hal ini aku merasa "status" itu penting. Bukan hanya panggilan sayang dan perlakuan seperti pacar yang aku inginkan. Tapi aku juga ingin status.

Kami memang baru kenal kurang dari dua bulan. Tetapi bukankah cinta itu egois? Tidak memandang berapa lama saling mengenal, berapa sering bertemu, berapa lama menunggu waktu yang tepat untuk menyatukan dua hati yang saling mencinta.

Terperangkap dalam situasi ini bukan lah hal yang menyenangkan. Dilema rasanya. Satu sisi aku senang, ada seseorang spesial di hatiku yang memperlakukan aku layaknya seorang princess. Satu sisi aku sedih, bingung untuk bertindak. Rasanya aku tidak mempunyai hak apapun terhadap dirinya karena dia bukan milikku.

Jujur aku lelah. Harus memendam ini sendirian. Ku pikir dia mengerti dan merasakan hal yang sama. Terbukti dari ucapan dan perlakuannya kepadaku. Tetapi mengapa sampai sekarang tetap begini. Tidak ada perubahan. Mau bagaimanapun, kami tetap teman.

Sejauh ini berapa besar yang aku dapatkan? Hanya gini-gini saja. Flat. Ibarat "haha" tanpa tertawa, ini adalah "sayang" tanpa status. Analogi yang menyakitkan.

Harus berapa lama terus begini? Dia tidak bisa meyakinkan hatiku. Rasanya terlalu lama dia terdiam dan meredam cinta. Mau sampai kapan?

Tolong bawa aku dari zona ini. Ataukah aku pergi saja? Tapi jika aku pergi, apakah dia akan kembali padaku? Entahlah.

Percayalah, ini menyakitkan. Tidak perlu ada istilah teman rasa pacar atau pacar rasa teman. Dua-duanya tidak enak. Teman ya teman, pacar ya pacar. Kejelasan itu penting. Jangan terlena di zona "Teman Rasa Pacar", karena sesungguhnya dibalik itu semua pasti ada hati yang tersakiti.

Sabtu, 20 Juni 2015

Lelaki Ambigu

Kamu seperti kata ambigu. Menjebak otakku ke dalam siklus menerka-nerka tiada batas. Memaksa alam bawah sadarku untuk menemukan arti dirimu yang sebenarnya.

Menuliskanmu ke dalam kata-kata, seperti tersesat pada ribuan kata ambigu dalam ensiklopedia. Perlu menjelajahi ruang dan waktu demi menemukan arti yang tepat untuk dirimu.

Sekali lagi, kamu ambigu. Seperti tulisan stenografi, yang begitu rumit dan tidak dapat dicerna oleh kadar intelektual manusia biasa. Bahkan seorang stenografer yang handal sekalipun tidak dapat memahami apa arti dirimu sebenarnya.

Kamu memang benar-benar ambigu. Bahkan logika saja tak cukup pandai untuk mengartikan dirimu. Ku pikir mungkin kinerja emosionalku bisa membantu mengartikannya. 
Sayang sekali, ternyata tidak.

Banyak rasa yang kau tawarkan. Banyak sikap yang kau suguhkan. Kamu adalah ambiguitas cinta yang indah. Meski terlalu banyak arti yang harus aku mengerti dan membuat hatiku porak poranda kebingungan, aku tetap menikmatinya. Tak peduli seberapa akurat hasil aku menerka-nerka, yang penting aku bahagia.

Hey lelaki ambigu...