Kamis, 25 Desember 2014

Kekasih Masa Depan

Wahai kekasih masa depan
Mendekatlah padaku
Jangan terus bersembunyi
Aku ingin bertemu denganmu

Wahai kekasih masa depan
Jika kita bertemu kelak
Aku tidak akan melupakan momen terindah itu
Pertemuan itu akan menjadi gerbang awal kebahagiaan kita

Wahai kekasih masa depan
Jika kita telah bertemu dan saling jatuh cinta
Aku bisa pastikan kita akan menjadi pasangan paling bahagia sedunia
Kita adalah takdir cinta yang terindah

Wahai kekasih masa depan
Jangan pernah kau ragu padaku
Aku adalah orang yang Tuhan kirim untuk mencintaimu sepenuh hati
Aku akan menyayangimu setulus hatiku

Wahai kekasih masa depan
Jangan pernah mengkhawatirkanku
Aku bukan gadis manja yang selalu ingin ditemani sepanjang hari
Aku sudah terbiasa melakukan berbagai hal sendirian

Wahai kekasih masa depan
Aku tidak akan menuntut apapun darimu
Aku hanya ingin kau mencintaiku sepenuh hati
Dan aku ingin kita bersama selamanya

Wahai kekasih masa depan
Walau entah kapan kita bisa bertemu
Tetapi tak pernah terlewat doa di sepertiga malamku
Semoga takdir akan mempertemukan kita dalam satu ikatan suci

Aamiin :)

Sabtu, 20 Desember 2014

Dear You

Dear You,

Hey kamu.
Iya kamu.
Kamu yang belakangan ini selalu mengisi hari-hariku.
Entah mengapa detik ini aku memikirkanmu.

Aku tahu.
Aku memang bodoh.
Dan aku sadari itu.
Aku terlalu terbelenggu oleh bayang-bayang masa laluku.
Aku terlalu berharap pada sesuatu yang tidak pasti.
Aku terlalu sibuk mencari seseorang yang sempurna.
Aku tidak pernah sadar dengan ketulusan hatimu.
Tetapi kamu selalu berusaha menjadi yang terbaik.

Aku tahu.
Aku memang jahat.
Dan aku sadari itu.
Bahkan saat aku sedang bersamamu,
aku masih memikirkan dan membahas sosok masa laluku.
Tanpa memikirkan betapa teriris-irisnya hatimu.
Tetapi kamu masih bisa tersenyum untukku.

Aku tahu.
Aku memang egois.
Dan aku sadari itu.
Aku masih ingin bersenang-senang dengan pria lain.
Aku masih ingin jalan bersama pria lain.
Aku masih ingin bebas melakukan apapun dengan pria lain.
Tanpa memikirkan betapa terbakarnya hatimu saat itu.
Tetapi kamu selalu sabar.

Aku tahu.
Aku memang kekanak-kanakan.
Dan aku sadari itu.
Aku memang labil.
Aku memang emosian.
Aku memang "rudet".
Tanpa memikirkan betapa kesalnya perasaanmu.
Tetapi lagi-lagi kamu selalu sabar menghadapiku.

Maaf.
Maafkan aku.
Maafkan aku yang bodoh.
Maafkan aku yang jahat.
Maafkan aku yang egois.
Maafkan aku yang bodoh, jahat dan egois.

Aku terlalu terbelenggu oleh ilusi, emosi dan ego ku sendiri.
Aku terlalu dibutakan oleh kesakithatianku terhadap masa lalu.
Aku terlalu tunduk dengan rasa penasaran dengan masa lalu.
Aku terlalu naif, egois, dan keras kepala.
Aku terlalu terobsesi dengan masa laluku.

Kini aku sadar.
Aku tidak perlu menunggu seseorang yang tidak pasti.
Aku tidak perlu menanti sesuatu yang tidak pasti
Aku tidak perlu memperjuangkan sesuatu yang tidak patut untuk diperjuangkan.
Aku tidak perlu berkorban demi orang yang tidak mempedulikanku.
Aku tidak perlu mencintai seseorang yang tidak tulus mencintaiku.

Kini aku sadar.
Ada hati yang sedang menunggu ku.
Ada hati yang sedang menanti.
Ada hati yang sedang memperjuangkan ku.
Ada hati yang rela berkorban untukku.
Ada hati yang benar-benar tulus mencintaiku.

Siapakah dia ?
Kamu.
Iya kamu.
Kamulah orangnya.
Andi Wira Saputra :)

With Love,
Glaverina Reiska.

Sabtu, 06 Desember 2014

Thinking of You, Rez!

Hari itu langit sedang meneteskan buli-bulir air kegalauan. Aku terpaksa berhenti di salah satu mall yang aku lewati untuk berteduh. Daripada hujan-hujanan, lebih baik aku berteduh sambil memanjakan perut yang meronta-ronta minta diisi pikirku. Entah mengapa aku sedang tidak mood hujan-hujanan. Padahal biasanya aku suka berdiam diri dibawah hujan. Membiarkan tubuhku dialiri bulir-bulir air yang akan membunuh segenap perasaan gundah gulana.

Saat sedang antri membeli makan, tiba2 handphone ku berbunyi. Rupanya ada bbm dari Milati.
Glave lagi dimana ? Bisa ke rumah Andi ngga ? Aku ingin main.

Secepat kilat aku membalas,
Di BTC say. Hayu aja tapi sebentar aku mau makan dulu.

Kemudian handphone ku bergetar,
Ga usah makan dulu ih bareng aja aku juga laper belum makan.

Aku terpaksa meninggalkan antrian dengan pura2 ditelepon karena malu. Seperti orang aneh sudah mengantri panjang-panjang saat sudah didepan kasir malah pergi.

Kemudian aku langsung berjalan ke parkiran. Setibanya disana ternyata hujan. Aku lantas menghubungi Milati. Setelah berkompromi akhirnya aku menunggu dijemput oleh mereka.

Sambil menunggu aku berjalan ke arah mushola. Tiba-tiba pikiranku terlempar pada 2 tahun yang lalu. Tempat ini mengingatkanku pada seseorang. Siapa lagi kalau bukan Rezky. Tempat ini memang banyak menyimpan kenangan ku bersamanya.

Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai juga. Aku yang sedang berdiri dipinggir jalan lantas masuk ke mobil. Ternyata Milati datang bersama Andi dan Novan. Ku harap setelah bertemu mereka aku bisa terlepas dari ilusiku. Ternyata aku salah. Aku malah semakin terjerat ke dalam ilusiku. Bahkan bertambah parah. Selama di perjalanan aku masih terbayang Rezky.

Saat melihat ke belakang ternyata Milati dan Novan sedang bermesraan. Mengingatkan ku pada Rezky. Dulu kami pernah melakukan hal yang sama. Hah tambah galau!

Entah efek setelah hujan atau memang aku yang masih belum bisa mengontrol perasaanku yang sedang tidak karuan. Aku masih menatap ke luar jendela. Tetapi pikiranku jauh melayang-layang memikirkan Rezky. Hanya Rezky, Rezky dan Rezky. Kedengarannya seperti berlebihan. Tapi inilah yang ku rasakan.

Sesekali Andi berusaha menghibur, tapi aku hanya tertawa seperti terpaksa. Ngomong-ngomong soal Andi, belakangan ini aku merasa ada yang aneh dengannya. Dia jadi sering bbm dan memujiku seperti memberi kode bahwa ia tertarik kepadaku. Entahlah. Mungkin ia hanya bercanda. Andi memang sangat humoris. Walau terkadang humornya membuat ku hilang selera.

Aku mematung. Benar-benar kaku. Canggung. Malu. Bingung. Semuanya campur aduk.

Cause when I'm with him I'm thinking of you...

Lagu Katy Perri itu serasa mewakili perasaanku. Ragaku memang disini. Berada di dekat Andi. Tetapi pikiranku sedang menjelajah kemana-mana.

Aku tahu Andi pasti menyimpan rasa padaku. Terlihat jelas dari bbm nya dan tingkah lakunya yang berbeda belakangan ini. Selidik demi selidik, ternyata Andi sudah mengincarku dari sejak awal PPL. Tetapi ia belum mempunyai keberanian untuk mendekatiku.

Kami memutuskan untuk makan di salah satu tempat makan di kota Bandung. Makanannya memang terkenal enak tapi bagiku terasa hambar.

Mengapa aku kurang menikmati perjalanan ini. Pikiranku masih saja bercabang. Memikirkan ini itu yang membuat kegalauan yang dibuat sendiri oleh ilusiku.

Setelah makan, kami mengisi bensin dan mampir ke toko bunga. Sebenarnya aku sudah feeling pasti Andi akan memberikannya padaku. Aku ingin melarangnya tetapi takut dikira terlalu percaya diri.

Kemudian kami memutuskan untuk pulang. Aku minta diturunkan di BTC untuk mengambil motorku. Tadinya Andi ingin mengantarkanku pulang karena tidak tega membiarkanku pulang sendirian malam-malam. Tetapi aku menolak. Aku tidak ingin merepotkan Andi. Lagi pula aku sedang ingin sedirian.

Saat akan turun dari mobil, ternyata Andi memberikan bunga mawar merah padaku. Aku terkejut. Bingung. Perasaanku campur aduk seperti gado-gado. Satu sisi aku senang, satu sisi aku berharap Rezky yang memberikannya padaku. Otakku dipenuhi oleh buaian ilusi-ilusi.

Setibanya di rumah. Aku langsung menghubungi Andi.
Terimakasih ya. Maaf ngerepotin.

Aku lantas memandangi bunga mawar pemberian Andi. Terdiam. Perasaan berdosa menyelimuti pikiranku. Aku menyesal. Mengapa aku tidak profesional. Mengapa aku bertindak seperti itu? Mengapa aku terlalu terbawa suasana? Pasti itu akan melukai perasaan Andi. Bodoh memang aku ini. Jahat memang. Aku memang jahat.

Aku menyesali diriku sendiri. Mengapa setiap kali menatap Andi bayang-bayang Rezky selalu menghantui? 

To be continued...

Selasa, 02 Desember 2014

Sajak Kesepian

Sendiri
Aku sendiri
Selalu sendiri
Lebih senang menyendiri
Kemana-mana sendiri
Sudah terbiasa sendiri
Mungkin aku terlalu mandiri

Sendirian
Aku sendirian
Hanya aku dan diriku
Berkawan dengan kesendirian
Bersahabat dengan kesepian
Sendiri sama dengan sepi

Apakah aku seperti matahari?
Bercahaya tapi sendirian
Ataukah aku seperti rembulan?
Bersinar tapi sendirian

Sendirian
Lagi-lagi sendirian
Apa kalian pernah berpikir?
Matahari dan rembulan yang berkilauan itu
Ternyata kesepian
Menatap dunia yang ramai
Sementara mereka hanya sendirian

Matahari sendirian
Rembulan sendirian
Bisa jadi mereka ingin bersama
Saling menjaga dan melengkapi
Tetapi terhalang siang dan malam

Aku sendirian
Kamu sendirian
Bisa jadi kita ingin bersama
Saling menjaga dan melengkapi
Tetapi terhalang ego masing-masing

Aku sendirian
Kamu sendirian
Aku dengan ego ku
Kamu dengan ego mu

Aku sendiri
Kamu sendiri
Aku dan kamu
Sama dengan kita

Aku tahu aku kesepian
Aku tahu kamu kesepian
Sendiri itu sepi
Berdua itu saling melengkapi

Tetapi mengapa kita memilih untuk sendiri ?

Rabu, 22 Oktober 2014

Hai, Oktober!

Hai, Oktober.
Akhirnya engkau tiba.
Selamat datang!
Welcome!
Wilujeng sumping!

Hai, Oktober.
Tahukah kamu ?
9 bulan kemarin aku resah menanti kedatanganmu.
Tahukah kamu apa yang membuatku resah ?
Hmmm. Apakah perlu ku beritahu ?
Ataukah engkau sudah mengetahui nya ?
Entahlah...

Hai, Oktober.
Kembali ke pertanyaan tadi.
Tahukah kamu apa yang membuatku resah ?
Singkat.
Sederhana.
Hanya satu kata.
"Takut".

Hai, Oktober.
Pasti kau bertanya-tanya.
Apa yang aku takutkan ?
Karena kamu tidak menakutkan.
Sepertinya tidak perlu ditakuti.

Hai, Oktober.
Aku ingin jujur.
Sebenarnya aku takut menghadapi hari esok.
Tepatnya akhir bulan ini.
Engkau pasti paham kan maksudku ?

Hai, Oktober.
Tak terasa engkau semakin berlalu.
Sebentar lagi...
Sebentar lagi aku...
Eh...
Sebentar lagi kau...
Sebentar lagi kau pergi.
Hanya tinggal menghitung hari.

Hai, Oktober.
Hari itu semakin dekat.
Hari apa ?
Aku takut!
Semakin hari semakin takut.
Aku takut engkau masih marah.
Seperti oktober tahun lalu.
Masih ingatkah kamu ?

Hai, Oktober.
Aku tidak mau hal ini terjadi padaku lagi.
Tolong.
Aku mohon.
Aku ingin 25 Oktober ku berkesan.
Aku tidak ingin ada air mata kepedihan lagi.
Seperti tahun lalu.

Hai, Oktober.
Apakah engkau mendengar doaku pada Januari hingga September?
Semoga kau mendengarnya.
Aku yakin kau pasti mendengarnya.

Hai, Oktober.
Tadinya aku ingin mendapat kado terindah tahun ini.
Sungguh, aku sangat menaruh harapan padamu.
Aku mohon.
Sama seperti doa-doaku pada Januari hingga September.
Aku ingin dipertemukan dan dipersatukan dengan jodohku.
Aku teramat sangat ingin itu wahai Oktober.

Hai, Oktober.
Apakah engkau akan mengabulkan permintaanku ?
Aku mohon.
Aku harap.
Aku tahu kamu baik hati.
Engkau ingin aku bahagia bukan ?

Jadi sekali lagi ku mohon.
Tolong kabulkan permintaanku ya, Oktoberku.
Aamiin

Sabtu, 26 Juli 2014

5 Menit yang Berarti

Malam itu purnama sedang gelisah. Cahaya nya dulu terang kini mulai meredup. Mungkin ia lelah. Ataukah ia sedang menanti kehadiran sang bintang? Mungkin saja. Seperti aku yang sedang menantimu di sudut kota ini.

Aku masih duduk manis di kursi. Mendengarkan Milati bercerita. Tetapi hati dan pikiranku masih tertuju kepada mu. Sungguh, aku sangat ingin bertemu denganmu, Al. Karena berada di dekatmu sangat membuatku tenang. I need you...

Sebenarnya aku berada disini untuk menghadiri acara buka bersama dengan teman sekelasku. Tapi ada beberapa hal yang membuatku kesal. Apalagi Milati. Aku kesal dengan Milati yang tidak jujur kepadaku. Sudah mati kutu aku menunggunya di Borma. Dan ia baru jujur katanya akan bertemu dengan teman nya. Teman apa teman? Aku mulai curiga.

Adzan magrib sudah berkumandang tapi Milati tak kunjung datang! Astaghfirullah. Beberapa menit kemudian ia datang. Entah skenario apa yang dia buat. Mengaku ini mengaku itu. Ah memusingkan. Ujung-ujungnya malah janjian dengan Jefri.

Tadi saat menunggu Milati aku sempat mengirim Beni pesan BBM. saking kesalnya, aku berpikiran untuk tidak jadi datang ke acara kelas dan bertemu Beni. Tetapi dari cara Beni membalas sepertinya ia sedang malas kemana-mana. Ah lagi-lagi aku kesal! Memang aku tidak punya hak untuk memaksa bertemu.

Aku sudah tidak mood. Sumpah aku ingin nya bertemu denganmu, Al! Setibanya di KFC, ternyata sangat penuh dan kami tidak kebagian tempat duduk. Aku menyembunyikan kekecewaan dan kekesalanku di hadapan teman-temanku. Sesekali aku berbincang-bincang dengan mereka.

Setelah itu kami memutuskan untuk berpisah dengan teman sekelas dan turun ke bawah berharap ada kursi kosong. Ternyata sama saja penuh. Sambil menunggu, kami berbincang-bincang. Tapi tetap saja masih terselip rasa kesal dihatiku untuk Milati. Tapi ya sudah lah.

Setelah mendapatkan tempat duduk, kami duduk dan mulai bercerita. Kali ini aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku. Aku mendengarkan Milati bicara tapi hati dan pikiranku masih melayang-layang memikirkanmu.

Lalu terlintas dipikiranku untuk menghubungi mu. Kemudian aku mengambil handphone dan mengirimi mu pesan BBM.

A, lagi dimana ? lagi sibuk ga ?

BBM ku sudah delivered  tapi belum juga kamu read.

Tik..tok..tik..tok..
Waktu terus berlalu. 5 menit. 10 menit. 15 menit.
Hmm aku gelisah menunggu balasan darimu

PING!!!

Belum ada jawaban juga darimu. Namun aku tetap sabar menanti.

Beberapa menit kemudian kamu membalas,
Lagi di Pedepokan. Lumayan sih lagi latihan. Kenapa neng?

Secepat kilat aku membalas,
Engga, aku kangen aja. Tadinya aku pengen ketemu Aa. Aku lagi di KFC Setiabudhi nih.

20 menit kemudian kamu baru balas.
Aduh Neng, maaf Aa gabisa. Aa lg latihan di Pedepokan.

Dengan perasaan sedih aku membalas,
Ga bisa ketemu bentaran doang gitu? Aku pengen banget ketemu Aa sebentar aja. Pleasee.. :(

Is writting a message...
Aku sangat berharap kamu bisa menemuiku disini. Menenangkanku saat aku sedang sedih.

Ga bisa neng, Maaf banget ya. Maybe next time. Neng baik-baik disana ya. Hati-hati pulangnya jangan kemaleman ;)

Aku yang kesal hanya membalas,
Oh yaudah. Oke.

Dan bbm ku hanya diread  saja.
 
Butiran bening mulai runtuh di pipiku. Aku menghela napas. Hmmmmm. Ya sudahlah. Aku tidak bisa memaksa. Sepertinya ini bukan saatnya bertemu denganmu. Lagi-lagi aku mengalah. Mencoba mengerti kesibukanmu. Tetapi ini bukan kali pertama kamu tidak bisa bertemu denganku. Selalu ada halangan jika kita akan bertemu.

Mengapa kamu tak bisa menyempatkan waktumu 5 menit saja untuk bertemu denganku ? Aku sangat merindukanmu. Aku membutuhkanmu. Aku hanya meminta 5 menit dari 24 jam waktu yang Tuhan berikan. Itu pun hanya sesekali dalam sebulan. Begitu lebih berarti kah waktu 5 menitmu dibanding aku ?

Hmmmmm...Entahlah...

Selasa, 29 April 2014

Pengaruh Rotasi Pertemanan terhadap Loyalitas Berteman

Foto itu mengingatkanku 3 tahun yang lalu. Tepatnya saat aku baru saja menjadi mahasiswa baru di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto itu diambil di Lantai 4 Perpustakaan Ruang V sekitar pukul 09.00. Saat itu, seharusnya sedang berlangsung mata kuliah Pengantar Manajemen. Akan tetapi karena dosen tak kunjung datang kami mulai bosan. Ada yang keluar, ada yang mengobrol, ada yang mendengarkan lagu, ada yang membaca buku, ada yang sibuk sendiri, bahkan ada yang tidur.
Oh iya, aku belum mengenalkan teman-teman baruku. Yang ini namanya Safira. Badannya bagus, tinggi kayak model. Satu lagi namanya Maira. Si hijabers ini tak pernah lepas dari handphone. Kalau yang ini namanya Rafli, dia ketua kelas disini. Sebelah Rafli ada Fajar, sebelahnya lagi namanya Ahmad. Aku belum begitu mengenal sifat-sifat mereka. Tetapi aku berharap teman-teman baru ku ini bisa berteman baik denganku.
Aku mulai membuka laptop, kemudian terlintas di pikiran ku untuk web cam-an. Karena pada saat itu foto-foto lewat web cam sedang tren. Awalnya hanya aku, Maira dan Safira saja yang berfoto ria. Lama-lama kami mulai mati gaya. Pantas saja, sudah ratusan foto. Kemudian Rafli, Fajar dan Ahmad ikut berfoto juga tapi hanya beberapa kali. Maklum anak cowo tidak senarsis anak cewe.
Aku cukup menikmati menjadi mahasiswa baru disini, aku pun mulai beradaptasi dengan teman-teman baruku. Aku berharap mereka bisa menerimaku disini dan mereka bisa seperti teman-temanku sewaktu SMA yang menyenangkan dan kompak.
Oh iya berbicara soal teman SMA, ada satu teman SMA ku yang satu jurusan denganku namanya Rahmi. Tetapi sayangnya dia tidak satu kelas denganku, padahal aku dan Rahmi bersahabat sejak SMA.
Ketika hari pertama masuk kuliah, aku bertemu dengan Safira si tomboy. Dari sejak saat itu, aku mulai berteman baik dengan Safira. Karena Safira tomboy, ia lebih senang main dengan teman cowo. Memang sih, yang aku rasakan teman cowok lebih solid dibanding teman cewe. Kami pun dekat dengan teman-teman cowok dikelas yaitu Rafli, Fajar, Ahmad, Amri, Ivan, Irham, Irdham dan Arendi.
Setelah beberapa minggu kuliah, nama Rahmi tidak ada dalam absen kelas B. Ternyata Rahmi seharusnya kelas A. Aku cukup senang mendengarnya karena aku bisa sekelas lagi dengan Rahmi. Rahmi belum mempunyai teman di kelas A, maka aku menemani dia yang sedang beradaptasi dengan kelas ini.
Tetapi sayangnya yang aku rasakan lama-lama aku dan Safira semakin menjauh. Entah apa yang terjadi tetapi aku merasakan jarak yg terbentang diantara kami. Semakin hati semakin menjauh. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya ada sesuatu yang salah dari diriku.
Sekarang Safira mulai dekat dengan Raisa, Nera, Zhafira, Windi dan Yara. Mereka terlihat sering bersamaan. Rahmi pun mulai bisa berdaptasi dan berteman dengan Raisa dkk karena Raisa satu SMA dengan kami jadi cukup mudah bagi Rahmi untuk beradaptasi dengannya.
Suatu saat, tanpa sepengetahuanku Rahmi sering hang out bersama Raisa dkk dan juga Safira. Terus aku ga diajak gitu? sekelebat pikiran negatif menyerbu pikiranku. Ini bukan kali pertama mereka pergi hang out tanpa mengajakku.
Sedih, kesal, kecewa, marah semua berkumpul menjadi satu. Bagaimana tidak, tega nya Rahmi meninggalkanku padahal aku dulu menemani nya sampai ia kenal dengan Raisa dkk. Bahkan Safira pun katanya menjauh dari aku karena menurutnya aku melupakannya setelah bertemu dengan yang baru. Padahal itu sama sekali tidak benar :( aku sangat merindukan Rahmi dan Safira yang dulu. Sekarang aku benar-benar tidak punya teman.
Singkat cerita, perlahan aku mulai bisa mendekati mereka lagi. Sekarang aku selalu diajak jika mereka hendak pergi kemanapun. Tetapi, lama kelamaan giliran Yara yang mulai dijauhi. Mereka mulai merasa kurang nyaman dengan sifat Yara dan perbedaan persepsi dalam segala hal. Kami sering sembunyi-sembunyi jika akan pergi. Rahmi dkk seperti tidak ingin ada Yara ikut. Mereka selalu membicarakan kejelekan Yara. Dan ini bukan kali pertama mereka memperlakukan Yara seperti ini.
Lama kelamaan, aku mulai kasihan dengan Yara. Aku mulai menemani Yara ketika mereka meninggalkannya. Aku tahu persis apa yang dirasakan Yara. Lalu perlahan, aku mendekati Yara dan menceritakan semua perlakuan mereka terhadap Yara. Jujur, aku tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Aku kurang suka dengan sifat Raisa yang seperti itu. Jika tidak suka dengan satu orang, maka secara tidak langsung ikut mengajak teman-temannya untuk tidak suka dengan orang tersebut juga.
Aku semakin dekat dengan Yara. Kami juga mulai dekat dengan Maira. Rupanya ia memiliki nasib yang sama, bedanya ia yang pergi menjauh sedangkan aku dan Yara dijauhi. Dulu Maira dekat dengan Anis, Putik, Mayang dan Farah. Tetapi karena dirasa mulai tidak nyaman dan berbeda persepsi dengan mereka, Maira memutuskan untuk menjauh dari mereka.
Sama seperti saat SMA, kini teman-temanku mulai berkubu-kubu. Namun bedanya jika teman SMA masih bisa kompak, lain halnya dengan teman kuliah. Teman kuliah tidak seasyik, sekompak dan sesolid teman SMA.
Seperti yang tadi aku sudah ceritakan, ada 2 kubu di kelas. Selain itu ada kubu lain yaitu kubu anak kost gaul yang terdiri dari Erika, Revi, Dinda, Dianda, Ivanka, dan Nindi. Kemudia kubu anak pintar dan rajin yaitu Ami, Isye, Maya. Ada juga Liani, Arin, Elviza dan Fasya. Kemudian ada 4 serangkai Risa, Firda, Ratu dan Irham. Kurang lebih ada sekitar 6 kubu. Sisanya netral.
Berbeda dengan anak cowo yang semakin lama semakin solid. Percaya atau tidak, dalam pertemanan cewe selalu ada satu orang yang dianggap paling menyebalkan dan tidak jarang terbuang. Contohnya saja dulu aku dan Yara dibuang dari kubu Raisa. Di kubu anak kost gaul Nindi keluar dari kubu. Di kubu Putik, Anis yang sekarang dijauhi karena dianggap bossy. 4 serangkai pun mulai pecah ketika Risa dan Firda ada masalah. Bahkan sekarang kubu Raisa pecah akibat konflik yang disebabkan oleh Windi. Rahmi dan Nera pun mulai memisahkan diri karena ada konflik dengan Rahmi. Sama halnya dengan aku dan Maira yang mulai tidak suka dengan sifat Yara yang selalu beda persepsi. Maklum kami berbeda agama dan budaya. Bukannya diskriminasi, tetapi ini lah kenyataan.
Tidak terasa kami mulai memasuki semester-semester akhir. Sekarang mulai terlihat sifat dari semua anak di kelas. Karena tidak terasa sudah hampir tiga tahun juga kami sekelas, maka sifat-sifat asli mulai terlihat. Di semester akhir bisa dibilang puncak dari segala kejenuhan. Jenuh kuliah? Sudah pasti. Jenus berteman? Hmmm bisa jadi.
Seperti hal nya jabatan dalam pekerjaan, pertemanan juga ternyata bisa berotasi. Jika salah satu faktor penyebab rotasi jabatan adalah  kejenuhan dalam bekerja. Mungkin faktor yang menyebabkan  rotasi pertemanan adalah kejenuhan dalam berteman.
Sekarang mereka bisa dibilang berotasi. Kini Rahmi semakin lengket dengan Nera. Nera juga kini dekat dengan Liani, Arin dan Nindi. Sementara itu Firda kini berteman baik dengan Putik, Raisa, Farah dan Zafira. Risa dan Ratu mulai berteman baik dengan Mayang, sedangkan Irham kembali ke teman awalnya yaitu para anak cowo. Aku semakin bersahabat dengan Maira, tetapi tidak membuang Yara walaupun kadang selalu tidak sepaham.
Berbicara soal pertemanan, tentunya kita mengenal istilah loyalitas atau kesetiaan. Apakah rotasi pertemanan itu bisa mempengaruhi loyalitas seseorang dalam berteman?Menurut penelitian yang telah aku alami memunculkan hipotesis awal yaitu adanya pengaruh rotasi pertemanan terhadap loyalitas seseorang dalam berteman. Hal ini telah terbukti dengan apa yang terjadi dengan kondisi pertemanan di kelasku.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata rotasi pertemanan itu dapat mengatasi kejenuhan dalam berteman sehingga dapat meningkatkan loyalitas seseorang dalam berteman.
Sekian. . .

Rabu, 29 Januari 2014

Harkos atau Ke-GR-an?

Sang raja siang mulai kembali ke peraduan, ku lihat langit telah berwarna biru temaram. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.30 dan aku baru saja selesai rapat pengkaderan mahasiswa baru 2012. Hari ini aku berniat untuk pulang bersama Cindy, sahabatku sewaktu duduk di bangku SMA. Aku dan Cindy berbeda kampus, tetapi jarak antara kampus kami tidak begitu jauh. Bisa ditempuh sekitar 15 menit jika naik angkutan umum.

Setibanya disana aku langsung mengirim pesan singkat pada Cindy. Ia menyuruhku baik ke lantai 3 karena masih rapat. Aku menghela napas. Mengumpulkan ssgenap tenaga untuk berjalan kesana. Beberapa menkt kemudian, aku memaksakan diri berjalan kearah lapangan. Dari kejauhan aku melihat sekumpulan mahasiswa tengah mengerjakan tugas di meja depan kelas dan beberapa mahasiswa sedang gladiresik di lapangan.

Baru beberapa langkah aku melangkahkan kaki disana, rasa malu mulai menyisip. Akhirnya aku memutuskan untuk menundukkan kepala. Walaupun aku berjalan dengan menundukan kepala, namun aku bisa melihat dari sorot mata bahwa ada beberapa orang tengah memerhatikanku dari atas ke bawah seakan melihat orang asing. Maklum pakaianku sangat jauh berbeda dengan mereka. Disana semua memakai celana bahan panjang dan tidak boleh mengenakan rok. Sedangkan aku mengenakan blouse berwarna biru dongker, rok selutut berwarna serupa dengan corak polkadot putih dan sepatu hak tinggi.

Setibanya di lantai 3, aku melihat ada dua ruangan yang lampunya menyala, rupanya sedang ada rapat di kedua ruangan tersebut. Aku tidak tahu Cindy berada di ruangan yang mana, untung saja Cindy segera menunjukan batang hidungnya dari pintu salah satu ruangan tersebut, dan menyuruhku untuk duduk di kursi depan ruangan itu. Kemudian aku berjalan ke arah kursi itu dan duduk disana sambil menunggu Cindy selesai rapat.

Jarum jam bernyanyi dengan ketukan perlahan, tik tok tik tok. Waktu telah menunjukkan pukul 19.00, Cindy masih saja belum selesai rapat. Aku mulai didera rasa kantuk. mahasiswa dari ruangan sebelah telah selesai rapat dan mataku refleks mengarah pada salah satu mahasiswa disana, sepertinya ada  gelombang yang tertangkap oleh radarnya hatinya. Gelombang yang mengisyaratkan cinta! Darahku terasa berdesir. Ada yang melonjak dalam hatiku.

15 menit setelah mereka bubar, giliran ruangan Cindy. "Akhirnya bubar juga kamu Cin, udah mati kutu nih aku nungguin kamu keluar" sambil melipat kedua tanganku.  "Baru juga jam segini, biasanya gue beres rapat dan nugas tuh jam 11 malem" ujar Cindy. Kemudian mereka bergegas turun ke lantai 1. "Eh Cin, tadi ada yang rapat juga ya di ruangan sebelah? Ga sengaja aku liat cowo ganteng tuh disana. Kenalin dong.." aku menggoda Cindy sambil mengedipkan kedua mataku. "Iya, tadi ada rapat sama dosen diruang sebelah. Siapa? Paling juga Rezky. Dia kaka tingkat gue. Emang ganteng sih. Dasar kamh mah ga dimana ga dimana ngeceng terus kerjaannya" tukas Cindy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Biarin, aku kan jomblo jadi bebas dong mau ngeceng siapa juga hihi. Pokonya kamu wajib kenalin ya sama temen kamu yang manis ini" kata ku sambil memelas. "Hmm iya. Dasar kamu Jolau, Jomblo Galau" ujar Cindy sambil tertawa meledek. "Daripada kamu, punya pacar ga punya pacar selalu galau. Haha" kami pun tertawa terbahak-bahak.

Setibanya di lantai 1, Cindy pun mengajakku untuk duduk di bangku meja diskusi. Tiba-tiba ada 2 orang mahasiswa duduk di bangku sebelah, mereka adalah Furqon dan Rezky kaka tingkat Cindy. Aku langsung mencubit tangan Cindy, "Cin, cin itu ver cowo itu" aku spontan mencubit Cindy. "Aaaawwwww, sakit sih Glave! ujar Cindy kesakitan. "Bener kan dugaan gue. Itu rezky. Ya termasuk cowo ganteng di kampus, maklum cowo limited banget disini" kata Cindy sambil mengusap-ngusap tangannya.

Belum sempat aku mengeluarkan kata-kata, kemudian Rezky berbisik agak keras pada Cindy. "Cin, punya temen tuh kenalin dong sama gue"Tubuhku mematung, aku pura-pura tak mendengar ucapan Rezky. Rasanya ingin melesat menembus atap saking sumringahnya. Pipi ku merah merekah seperti tomat, ia tersipu malu. "Kenalan aja sendiri" kata Cindy sambil senyam-senyum dan melirik ke arahku dan Rezky. Tak lama kemudian mereka menghampiri Cindy dan duduk disebelahnya. Nampaknya Cindy meminta soft file tugas himpunannya. Aku pura-pura mengikat rambutku, padahal sebenarnya ia berusaha mengikat jantungnya agar berhenti berdetak tak karuan. Setelah itu Furqon dan Rezky langsung pamit pulang. Aku sedih karena tak bisa memandangi Rezky. Bola mata Rezky yang bundar berwarna hazel dengan bulu mata lentik, alis nya yang tegas, hidungnya yang mancung, serta senyumnya yang sangat manis dan ramah membuat hatiku serasa tersetrum listrik tegangan tinggi.

Setelah Furqon dan Rezky pulang, tak lama kemudian giliran aku dan Cindy yang bergegas pulang mengendarai skuter matic milik Cindy. Sepanjang jalan aku tak henti-hentinya melukiskan senyum di sudut bibirku. Bertubi-tubi pertanyaan tentang Rezky aku lontarkan kepadanya. "Cin, Rezky udah punya cewe belom sih?" Aku penasaran. "Setau gue, di facebooknya in relationship" jawab Cindy. Bibir ku langsung mengerut. Letupan dalam hatiku mendadak seperti dibanjur air dingin. Padam. Lagi-lagi aku jatuh cinta pada orang yang salah. Namun terlanjur ada arus perasaan yang begitu kuat seolah hendak menjebol dadaku.

Waktu terus berlalu tanpa berhenti. Rasanya aku ingin kembali pada saat pertemuanku dengan Rezky. Aku semakin penasaran dengan sosok Rezky yang selalu hadir dalam mimpiku. Kemudian aku mencari tahu tentang Rezky melalui Cindy. Ditanyakannya akun sosial media milik Rezky, "Rezky Sii Prikitiw" (PRIa Kalem Imut dan Tampan Idaman Wanita). Aku tertawa terpingkal-pingkal menahan geli di perutku. Ternyata sosok pria yang telah sukses mencuri hati ku itu tergolong alay. Tapi aku tak menghiraukan itu semua, tanpa pikir panjang langsung mengirimkan permintaan pertemanan kepada Rezky.

Beberapa hari kemudian, Rezky menerima permintaan pertemanan ku. Aku langsung melompat kegirangan. Dan dengan perasaan kepo, aku lekas membuka profil facebook Rezky. Sedikit rasa kecewa terbesit di hatiku. Apa yang dibilang Cindy itu benar, Rezky sudah punya kekasih. Namun kali ini aku tidak bisa berhenti menahan tawa, sungguh sangat mengocok perut ketika mataku tertuju pada keterangan :  "in relationship with Sulizthiiya ThaiiankBeudRezkyPrikitiwPollepel"Tapi rasa cemburu menggerogoti hatiku ketika melihat foto mesra mereka berdua. Ada kegelisahan yang nyaris tak bisa aku tahankan.

Tak terasa sebulan sudah sejak kejadian memilukan akibat rasa kepo nya itu. Namun aku masih tetap menunggu keajaiban datang. Otakku terbungkus oleh harapan-harapan. Aki merenung. Aku tertegun. Aku menatap laptop dengan pikiran melayang-layang. Tetapi Bola mataku tiba-tiba membelalak seperti mau keluar. Huruf-huruf itu menari-nari didepan mataku. Ini seperti mimpi. tapi sungguh bukan mimpi.  Saat itu Rezky sedang online. Aku langsung menyapa nya lewat chat. "Hai, kaka tingkatnya Cindy ya? :)”"Hello, iya bener. Kamu temennya Cindy ya?" Rezky membalas, "Iya ka, aku temennya Cindy yang waktu itu ke kampus kalian hehe" jawabku. Singkat cerita, kami saling bertukar nomor handphone dan berencana untuk bertemu lagi.

Tiba saatnya pertemuan kedua ku dengan Rezky. Tepat saat hari ulang tahunku yang ke-19. Sepertinya ni akan menjadi kado terindah dalamnya hidupku. Setelah janjian dengan Rezky, akhirnya kami bertemu di depan kampus Rezky karena lokasinya strategis jadi aku yang menjemput Rezky. Di dalam perjalanan aku bernyanyi-nyanyi di mobil sambil senyum-senyum sendiri layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Thanks God!

Cuaca hari ini sangat cerah, secerah hatiku. Tak sabar aku ingin cepat-cepat bertemu. Dari kejauhan aku melihat Rezky yang berdiri tegak di depan kampusnya, menanti kedatanganku. Kemudian ia masuk ke dalam mobil dan kami pun segera pergi. Kami memutuskan untuk pergi ke Cihampelas Walk karena itu lah mall yang terdekat dari sini. Setibanya disana, kami hanya berjalan-jalan dan fotobox.

Selepas itu kami langsung pulang karena kami ada urusan masing-masing. Aku pun langsung mengantar Rezky kembali ke kampusnya.
"Terimakasih untuk hari ini, jangan kapok main sama aku ya ka." Aku tersenyum manis.
"Iya sama2 ya, makasih juga. Engga kok, kamu juga jangan kapok ya. Iya pasti enggak lah hehe. Hati-hati di jalan." Ujar Rezky sambil tersenyum,

Kami pun berpisah namun masih tetap SMS-an. Sejak saat itu, kami jadi sering berkomunikasi baik via telepon atau sosial media. Bercerita tentang banyak hal dan mengenal diri masing-masing. Rezky pemuda yang baik. Terlihat dari caranya dalam bertindak dan memperlakukanku.

Aku jadi sering main ke kost-an Rezky. Dari situ, teman-teman Rezky menjadi banyak yang tahu mengenai kedekatan kami. Sampai teman kost Rezky bilang, katanya aku lah teman wanita pertama yang dibawa Rezky kesana selain teman kuliah. Teman-teman Rezky terutama teman-teman wanita Rezky sering menggoda kami. Entah memang iseng karena mereka sahabat dekat Rezky atau karena cemburu? Entahlah. Tapi ku rasa ada sebagian dari teman-temannya yang tidak suka dengan kedekatan kami.

Aku kaget, ternyata Pika teman SMA ku yang sekelas dengan Cindy sekarang itu juga menyukai Rezky. Bahkan sudah sejak lama, namun mereka tak pernah sedikitpun komunikasi. Saking iri dan cemburu nya Pika menerror dan menginterogasi ku lewat BBM.

Emosiku semakin memuncak melihat tingkah Pika dan Bellina yang sering menginterogasiku. Hello, memangnya Rezky punya kalian apa sampe-sampe aku harus lapor segalanya sama kalian. Kecentilan banget lagi si Pika udah punya pacar masih tetep ngeceng cowo lain. Kalo aku ngedeketin cowo nya baru dia berhak marah, lah ini kenal aja engga sama Rezky.

Lalu aku sengaja memanas-manasi mereka dengan memasang display picture BBM fotobox bersama Rezky. Tak lupa status BBM ku seperti yang sedang jatuh cinta. Aku yakin mereka pasti bakal uring-uringan sendiri melihatnya. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Aku tidak akan seperti ini jika mereka tidak memulainya.

Semakin hari aku dan Rezky semakin akrab. Kami sudah saling menunjukkan sinyal-sinyal cinta dengan saling gombal. Kami suka jalan berdua, nonton, hujan-hujanan, bahkan dinner kecil-kecilan. Tak lupa aku selalu update status untuk memanas-manasi mereka.

Berita soal kedekatanku dan Rezky rupanya sudah menyebar di segala penjuru kampus Rezky. Bagaimana tidak, mereka memiliki fotobox aku dan Rezky, entah darimana dan untuk apa aku tidak peduli. Banyak anak-anak kampus Rezky yang kepo mengintip segala akun ku di sosial media. Berasa artis dikepoin terus haha.

Sampai suatu ketika, entah apa yang terjadi dengan Rezky.  Tiba-tiba sikapnya berubah. Masih tetap baik namun terkesan menjauhiku. Tetapi karena hatiku sudah dibutakan oleh api cinta yang sangat membara hingga membakar segala akal sehatku, aku tidak peduli. Aku tetap berusaha untuk dekat dengan Rezky.

Kejadian yang kurang mengenakan pertama saat aku menemani cindy ke kampusnya untuk menonton acara lomba futsal jurusan. Aku datang kesana dengan penampilan sangat feminim, mengenakan dress berwarna ungu tak lupa aku memoles wajahku dengan make up. Entah mengapa aku jadi senang bersolek. Efek jatuh cinta mungkin. Disana aku melihat Rezky, mengenakan kaos warna ungu. Mungkin kebetulan tapi aku sangat senang. Aku merasa sangat asing, Rezky benar-benar menjauhiku. Tapi aku masih saja tetap tidak sadar.

Aku tidak pernah menyadari bahwa Rezky menjauhiku. Masalahnya kami masih berkomunikasi dengan intensif. Sampai pada puncaknya saat aku akan memberi oleh-oleh dari mama untuk Rezky. Dengan penuh percaya diri datang ke kampus Rezky ditemani oleh Milati. Kami menunggu di depan kampusnya. Saat dihubungi ia sangat susah sekali untuk ditemui. Sangat banyak alasan. Ada dosen lah, sedang mengerjakan tugas lah, dll. Sampai ia sama sekali tidak bisa meluangkan waktu untuk turun kebawah. Aku cukup kesal, tak kehabisan akal aku langsung menghubungi Cindy. Untung ia ada di kampus.

Kemudian kami diajak menyelundup ke perpustakaan tempat Rezky berada. Letaknya di lantai 3. Setibanya diatas, Rezky masih saja sulit untuk ditemui. SMS ku tak kunjung dibalas, ditelepon pun tidak diangkatnya. Padahal di ruangan itu sedang tidak ada dosen. Aku menyuruh Cindy untuk memanggil Rezky. Setelah sekian lama, akhirnya Rezky keluar sepertinya dengan terpaksa. Kemudian aku berikan bingkisan dari mama. Teman-teman Rezky mengintip dari jendela.

Krik..krik..krik.. hening. Rezky tak bersuara sedikitpun. Wajahnya pun berbeda. Sama sekali tidak mengucapkan terimakasih. Lalu Cindy menyuruh Rezky untuk mengantar aku dan Milati ke bawah. Tetapi respon nya nol besar. Sudah sangat jelas terlihat dari ekspresi dan tingkah laku nya bahwa ia tidak mau. Aku semakin kesal, air mata ku nyaris saja runtuh.

"Yaudah, aku duluan yah. Mau nganter Milati. Assalamualaikum!". Aku langsung membalikkan badan, menarik tangan Milati dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu tanpa sedikitpun melihat wajah Rezky. Air mata ku kini mulai meleleh dari mataku. Kesaaaaaaaal! Menyebalkaaaaaan!  Tak tahu malu! Aku langsung tancap gas meninggalkan kampus Rezky.

Tak lama kemudian handphone ku berdering. Rupanya ada pesan masuk dari Rezky.
"Makasih ya. Maaf ga bisa anter. Hati-hati di jalan."
Membaca pesan itu, tiba-tiba hatiku mencair lagi. Kemudian aku membalasnya dan SMS-an seperti biasa.

Walaupun ia sudah bersikap seperti itu, entah mengapa aku tidak bisa membenci Rezky. Aku masih saja memaafkan dan mengharapkannya. Padahal sahabat-sahabatku sudah berulang kali memperingatkanku tetapi aku menghiraukannya. Rasa benci ku pada Rezky sukses dikalahkan oleh rasa cintaku.

Setelah beberapa bulan, ternyata tidak ada perubahan. Meskipun kami sering berkomunikasi tetapi Rezky tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyatakan cinta. Padahal jutaan kode telah aku berikan. Selidik demi selidik katanya Rezky sedang dekat dengan wanita lain. Tapi aku sama sekali tidak percaya. Aku sangat yakin jika Rezky hanya dekat dengan seorang wanita, yaitu aku. Bukan yang lain.

Tetapi kali ini aku menemukan keanehan pada Rezky. Sudah berulang kali ia salah menyebut namaku. Bukan pertama kali nya ia memanggilku Glad, padahal huruf "V" dan "D" tidak terlalu dekat jaraknya. Jika memang Rezky typo mengapa bisa berulang kali dan sama?

Beberapa lama aku tidak kontekan dengan Rezky. Kangen sih, tapi ya sudah lah. Kemudian aku sedang bosan dan berniat untuk mengintip sosial media milik Rezky. Di mulai dari twitter. Aku lihat timeline Rezky dipenuhi dengan akun twitter wanita bernama Gladys Octavia. Oh jadi emang Glad ity Gladys, bukan Glaverina yang typo. Dadaku mulai sesak. Hatiku panas. Tetapi masih penasaran.

Kemudian aku buka facebook Rezky. Dan Oh my God! Mataku seperti diolesi balsam. Tubuhku membeku. Hatiku menjerit ketika melihat status Rezky "in relationship with Gladys Oktavia ". Aku penasaran lalu membuka facebook wanita itu. Air mataku semakin deras. Aku akui, wanita itu memang cantik, kulitnya putih, badannya bagus, modis. Wanita kekinian. Pantas Rezky menyukainya. Aaaaaaaah! Aku membantingkan handphone dan menangis sejadi-jadinya.

Jahaaaaaat! Sialan! Brengsek kamu Rezky! Tega-teganya kamu sama aku. Jadi selama ini kamu anggap aku ini apa?

Aku semakin menangis histeris. Hatiku seperti teriris-iris oleh pisau cinta yang ia tanamkan. Badanku melemas seperti ditembak oleh pistol cinta yang membumihanguskan seluruh harapanku.

Harkos! PHP (Pemberi Harapan Palsu)!
Aku salah apa sama kamu Rezky? Kamu jahat! Kamu tega! Aku benci kamu! Benciiii banget!

Kini aku baru menyadari, ternyata Rezky tidak sebaik dan semanis yang aku kira. Aku sungguh bodoh telah mencintai dan mengharapkan Rezky yang jelas-jelas tidak mencintaiku. Lalu aku berpikir, jika melihat perlakuannya kepadaku apakah ini yang disebut harapan kosong? Atau aku yang terlalu ke-GR-an? Entahlah.