Hari itu langit sedang meneteskan buli-bulir air kegalauan. Aku terpaksa berhenti di salah satu mall yang aku lewati untuk berteduh. Daripada hujan-hujanan, lebih baik aku berteduh sambil memanjakan perut yang meronta-ronta minta diisi pikirku. Entah mengapa aku sedang tidak mood hujan-hujanan. Padahal biasanya aku suka berdiam diri dibawah hujan. Membiarkan tubuhku dialiri bulir-bulir air yang akan membunuh segenap perasaan gundah gulana.
Saat sedang antri membeli makan, tiba2 handphone ku berbunyi. Rupanya ada bbm dari Milati.
Glave lagi dimana ? Bisa ke rumah Andi ngga ? Aku ingin main.
Secepat kilat aku membalas,
Di BTC say. Hayu aja tapi sebentar aku mau makan dulu.
Kemudian handphone ku bergetar,
Ga usah makan dulu ih bareng aja aku juga laper belum makan.
Aku terpaksa meninggalkan antrian dengan pura2 ditelepon karena malu. Seperti orang aneh sudah mengantri panjang-panjang saat sudah didepan kasir malah pergi.
Kemudian aku langsung berjalan ke parkiran. Setibanya disana ternyata hujan. Aku lantas menghubungi Milati. Setelah berkompromi akhirnya aku menunggu dijemput oleh mereka.
Sambil menunggu aku berjalan ke arah mushola. Tiba-tiba pikiranku terlempar pada 2 tahun yang lalu. Tempat ini mengingatkanku pada seseorang. Siapa lagi kalau bukan Rezky. Tempat ini memang banyak menyimpan kenangan ku bersamanya.
Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai juga. Aku yang sedang berdiri dipinggir jalan lantas masuk ke mobil. Ternyata Milati datang bersama Andi dan Novan. Ku harap setelah bertemu mereka aku bisa terlepas dari ilusiku. Ternyata aku salah. Aku malah semakin terjerat ke dalam ilusiku. Bahkan bertambah parah. Selama di perjalanan aku masih terbayang Rezky.
Saat melihat ke belakang ternyata Milati dan Novan sedang bermesraan. Mengingatkan ku pada Rezky. Dulu kami pernah melakukan hal yang sama. Hah tambah galau!
Entah efek setelah hujan atau memang aku yang masih belum bisa mengontrol perasaanku yang sedang tidak karuan. Aku masih menatap ke luar jendela. Tetapi pikiranku jauh melayang-layang memikirkan Rezky. Hanya Rezky, Rezky dan Rezky. Kedengarannya seperti berlebihan. Tapi inilah yang ku rasakan.
Sesekali Andi berusaha menghibur, tapi aku hanya tertawa seperti terpaksa. Ngomong-ngomong soal Andi, belakangan ini aku merasa ada yang aneh dengannya. Dia jadi sering bbm dan memujiku seperti memberi kode bahwa ia tertarik kepadaku. Entahlah. Mungkin ia hanya bercanda. Andi memang sangat humoris. Walau terkadang humornya membuat ku hilang selera.
Aku mematung. Benar-benar kaku. Canggung. Malu. Bingung. Semuanya campur aduk.
Cause when I'm with him I'm thinking of you...
Lagu Katy Perri itu serasa mewakili perasaanku. Ragaku memang disini. Berada di dekat Andi. Tetapi pikiranku sedang menjelajah kemana-mana.
Aku tahu Andi pasti menyimpan rasa padaku. Terlihat jelas dari bbm nya dan tingkah lakunya yang berbeda belakangan ini. Selidik demi selidik, ternyata Andi sudah mengincarku dari sejak awal PPL. Tetapi ia belum mempunyai keberanian untuk mendekatiku.
Kami memutuskan untuk makan di salah satu tempat makan di kota Bandung. Makanannya memang terkenal enak tapi bagiku terasa hambar.
Mengapa aku kurang menikmati perjalanan ini. Pikiranku masih saja bercabang. Memikirkan ini itu yang membuat kegalauan yang dibuat sendiri oleh ilusiku.
Setelah makan, kami mengisi bensin dan mampir ke toko bunga. Sebenarnya aku sudah feeling pasti Andi akan memberikannya padaku. Aku ingin melarangnya tetapi takut dikira terlalu percaya diri.
Kemudian kami memutuskan untuk pulang. Aku minta diturunkan di BTC untuk mengambil motorku. Tadinya Andi ingin mengantarkanku pulang karena tidak tega membiarkanku pulang sendirian malam-malam. Tetapi aku menolak. Aku tidak ingin merepotkan Andi. Lagi pula aku sedang ingin sedirian.
Saat akan turun dari mobil, ternyata Andi memberikan bunga mawar merah padaku. Aku terkejut. Bingung. Perasaanku campur aduk seperti gado-gado. Satu sisi aku senang, satu sisi aku berharap Rezky yang memberikannya padaku. Otakku dipenuhi oleh buaian ilusi-ilusi.
Setibanya di rumah. Aku langsung menghubungi Andi.
Terimakasih ya. Maaf ngerepotin.
Aku lantas memandangi bunga mawar pemberian Andi. Terdiam. Perasaan berdosa menyelimuti pikiranku. Aku menyesal. Mengapa aku tidak profesional. Mengapa aku bertindak seperti itu? Mengapa aku terlalu terbawa suasana? Pasti itu akan melukai perasaan Andi. Bodoh memang aku ini. Jahat memang. Aku memang jahat.
Aku menyesali diriku sendiri. Mengapa setiap kali menatap Andi bayang-bayang Rezky selalu menghantui?
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar