Selasa, 10 September 2013

Bumbu-Bumbu Persahabatan

Aku termenung menatap langit malam yang indah. Diantara banyak bintang yang bertaburan, ada satu bintang yang menarik perhatianku. Begitu kecil dan letaknya jauh diantara bintang-bintang lain. Ku tatap bintang itu dalam-dalam, nampak sebuah raut kesedihan yang terpancar diantara kilauan cahayanya yang meredup.

Memoriku memutar kejadian pada waktu aku masih menjadi mahasiswa baru. Awalnya aku tak mengira jika aku dan Reina diterima di Universitas, fakultas dan jurusan yang sama. Sayangnya kami tidak sekelas. Tapi kami masih sering pergi dan pulang kuliah bersama walaupun jadwal kami berbeda.

Di kelas, aku mulai berteman dengan Sera. Kami selalu  bersama dimanapun kami berada dan kemanapun kami pergi. Setelah 2 minggu kuliah, nama Reina tidak tercantum dalam daftar hadir di kelasnya. Setelah dikonfirmasi ke prodi, ternyata Reina dan Aku sekelas.

Reina sama sekali belum akrab dengan teman-teman sekelasku. Dengan senang hati aku menemaninya. Namun, aku merasakan terlintang jarak diantara aku dan Sera. Ia jadi lebih sering bergabung bersama Rashina, Nira, Yandra, Witri dan Zafira. Sementara aku tak pernah lepas dari Reina.

Hari berganti hari, sesuatu yang menyesakkan mulai menghantamku ketika menetahui Reina sedang asyik hang out bersama Rashina dan kawan-kawannya. Oh, aku ga diajak. Ada sedikit rasa kecewa terbesit. Udah punya temen baru di kelas, temen lama dilupain.

Itu bukan kali pertama mereka pergi hang out bersama. Lagi-lagi aku dilupakan. Saat foto kelas pun, Reina lebih memilih pergi ke studio foto bersama Rashina. Padahal Reina sebelumnya pergi ke kampus bersamaku. Hmmm. Untung ada Zafira yang mau pergi bersamaku.

Satu hal yang menurutku paling mencabik-cabik perasaanku, pada saat ulang tahun Nira. Saat itu Rashina mengajak ku untuk memberi surprise untuk Nira bersama Yandra, Witri dan Reina karena Zafira dan Sera tidak bisa ikut.

Tepat bukul 15.30 saat bubaran kelas, aku beregas membereskan alat tulisku dan mengisi absen. Saat ku lirik ke arah bangku Rashina ternyata mereka telah melarikan diri dari kelas. Damn! Sialan aku ditinggal. Nyebelin banget sih mereka. Apa maksudnya ngajak aku kalo ujung-ujungnya ninggalin? Mending ga usah ngajak aku sekalian daripada main ninggalin gini.

Aku tercekat, dadaku sesak. Mataku mulai memanas. Setitik air mata mulai membasahi pipiku. Sakit rasanya. Kesal, kecewa, sedih. Semuanya bercampur aduk. Aku menyeka air mata di pipiku dan bergegas menuju motor. Setibanya di parkiran rupanya langit sedang bersedih dan menetes kan rintik-rintik air hujan. Alhasil aku hujan-hujanan sambil menangis sepanjang jalan pulang.

Aku hanya bisa terdiam. Aku tak tahu harus bercerita pada siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk memendamnya sendirian. Sampai keadaan semakin bertambah parah saat aku dan Reina terjatuh dari motor akibat kecerobohanku. Sejak saat itu, aku tidak pernah pergi kuliah bersama Reina lagi.

Aku sudah meminta maaf kepada Reina, tapi aku masih merasa jika Reina marah padaku. Kini semakin terasa jarak diantara kami. Aku nyaris tidak punya teman di kampus. Reina jadi sering pergi kuliah bersama Rashina dan aku tentu saja sendirian.

Aku merasa DIACUHKAN, DIJAUHI, DILUPAKAN, DITINGGALKAN, dan DIBUANG oleh sahabatku sendiri. Aku berusaha untuk bersabar selama beberapa bulan ini. Bersyukur, kesabaranku tidak sia-sia. Lama kelamaan semakin hubunganku dengan mereka semakin membaik. Tetapi tidak dengan Yandra.

Kini giliran Yandra yang mulai dijauhi oleh mereka. Semakin hari, Yandra dan mereka sering tidak sepaham, beda persepsi dan sering bertentangan. Sering kali kami pergi hang out tanpa sepengetahuan Yandra. Tak jarang pula mereka membicarakan Yandra di belakang.

Lama-kelamaan aku mulai kasihan pada Yandra. Biar bagaimanapun, aku pernah merasakan berada di posisi Yandra. Sakit bukan main rasanya. Kemudian saat Rashina dan kawan-kawan kabur meninggalkan Yandra usai mata kuliah mengetik, aku menghampiri Yandra dan mengajaknya bicara.

Setelah Yandra selesai mengutarakan semua unek-unek yang Ia rasakan terhadap mereka, aku mulai membongkar kebusukan mereka selama ini. Yandra tampak kaget, air mukanya berubah seketika dan hampir meneteskan air mata. Aku memeluk Yandra dan berusaha meyakinkan nya jika masih ada aku disini yang akan menemaninya.

Beberapa bulan kemudian, Reina mulai mengendarai Xenia merahnya ke kampus. Ya, pasti bersama Rashina. Sesuatu yang ngilu menerkam hatiku. Bukan perasaan iri karena Reina membawa mobil, tetapi rasa kecewa yang semakin lama semakin mendalam.

Seumur-umur temenan sma Reina aku belum pernah sedikitpun ditawarin berangkat bareng naik mobil Reina. Bukannya aku sirik, Mama ku juga punya mobil di rumah. Bukannya aku pengin banget diajak naik mobil Reina, tapi setidaknya basa-basi nawarin doang pun ini ga ada. Reina bener-bener udah lupain aku :(

Setelah aku tahu yang sebenarnya, aku kasihan pada Reina yang terkesan menjadi sopir pribadi Rashina. Setiap hari Reina harus mengantar jemput Rashina. Padahal jarak rumah Reina ke jalan tol lebih dekat, tapi Reina harus bolak-balik untuk menjemput Rashina dulu.

Ini membuat hubunganku dengan Reina semakin lama semakin sangat memburuk. Aku tidak pernah bersama-sama Reina lagi. Kini aku mulai berteman baik dengan Yandra dan selalu menemani nya kemanapun Ia pergi.

Rasanya sakit sekali saat mengingat kejadian itu. Tak bisa ku pungkiri, aku merindukan sosok Reina. Kenapa kamu jahat banget sih sama aku Rei? Kamu ga sadar apa rasanya sakit banget saat harus jauh-jauhan sama kamu. Aku kangen kamu Rei ;')

Selain Aku dan Yandra ternyata ada satu lagi temanku yang bernama Melisa menjadi korban eliminasi sahabatnya. Nampaknya Ia memiliki nasib yang sama dengan kami. Lalu Melisa jadi sering bergabung dengan kami. Sejak saat itu kami mulai berteman baik. Semakin hari kami semakin klop dan tidak bisa dipisahkan.

Aku masih melemparkan pandangan ke langit. Kemudian nampak dua buah bintang mendekat pada bintang yang letaknya berjauhan dengan bintang yang lain itu. Ketiga bintang itu mulai mengeluarkan secerca cahaya yang sangat indah. Aku melihat bulan sabit melengkungkan senyuman melihat bintang-bintang itu. Aku lantas ikut tersenyum.

Tiba-tiba aku melihat bintang jatuh, konon katanya jika kita mengucapkan permintaan pada saat melihat bintang jatuh maka permintaan kita akan dikabulkan. Sedetik kemudian aku memejamkan mata dan memulai make a wish.

Semoga persahabatan ini akan abadi untuk selamanya. Semoga tidak akan ada lagi perpisahan diantara kita. Aamiin..

Aku membuka mataku dan memandang betapa indahnya langit malam ini. Bibirku tak henti-hentinya melukiskan senyum bahagia. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan Yandra dan Melisa untukku.