Jumat, 29 Mei 2015

Cinta Lama Belum Kelar

Hari ini mungkin adalah hari yang paling ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, sudah sekian lama kami merencanakan pertemuan kami untuk membahas masa lalu yang mungkin rasanya sekarang sudah basi bahkan kadaluarsa.

Rasanya campur aduk. Jantungku seperti mau copot. Ribuan hipotesis melayang-layang dipikiranku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksiku jika bertemu dengannya. Apa aku akan semakin membencinya karena teringat kembali tragedi pertumpahan air mata tempo lalu? Atau bahkan nanti aku akan luluh lalu jatuh cinta kembali kepadanya? Entahlah. Aku tidak tahu.

Yang jelas aku benar-benar bingung. Apakah keputusanku untuk bertemu dengannya adalah benar. Atau mungkin malah mendapat masalah baru? Ya Allah, semoga saja ini keputusan yang tepat. Aku niatkan untuk silaturahmi. Semoga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Hari ini rencananya kami janjian pukul 16.00 setelah Ia beres ujian. Aku putuskan untuk bertemu dengannya di kampus saja. Karena aku malas pulang ke rumah. Kemudian aku duduk manis di fakultas dan menunggunya datang. Tiga puluh menit kemudian dia datang. Tanpa pikir panjang aku langsung menemuinya di parkiran.

Setelah melihatnya dari jauh, aku berjalan perlahan untuk menemuinya. Aku berusaha untuk tidak terlihat canggung. Tapi aku gagal. Aku masih saja kaku. Dan sikapku itu tebaca olehnya yang terlihat santai. Ah mungkin saja dia juga sebenarnya grogi, tapi dia bisa menutupinya. Bisa jadi.

Kemudian kami memutuskan untuk ke tempat makan daerah dago pakar. Tempat favoritku. Entah apa yang akan dibicarakan tetapi aku memilih tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran.

Di dalam perjalanan, kami berbincang-bincang. Hello... long time no see. Kemana saja kamu setelah 5 tahun ini menghilang? Begitulah kira-kira inti dari percakapan kami. Lama kelamaan, suasana mulai bersahabat. Aku berhasil untuk bersikap biasa saja.

Setibanya disana pukul 17.00, langit memunculkan semburat biru tua. Tidak ada senja disana. Tetapi suasana cukup indah untuk dinikmati. Kami mulai membahas masa lalu, walaupun rasanya sudah basi untuk dibahas tapi sedikitnya mengobati rasa penasaran kami.

Lalu kami memesan makanan. Beberapa saat kemudian, adzan magrib berkumandang. Dia mengajakku untuk melaksanakan sholat magrib. Subhanallah, ternyata dia rajin ibadah.  Lantas kami bergantian untuk sholat.

Waktu menunjukkan pukul 18.30. Langit biru tua kini berubah menjadi hitam pekat dihiasi oleh kerlipnya bintang yang menggantung disana. Tak lupa juga dilengkapi oleh lampu-lampu kehidupan Kota Bandung yang berkilauan. Kami bisa melihat keindahan Kota Bandung pada malam hari disini.

Tak lama kemudian kami pun menyantap makanan yang sudah sedari tadi disajikan. Sambil makan, ia bercerita seputar kehidupannya selama 5 tahun terakhir sejak kejadian itu. Ternyata, ia tidak mempunyai pacar lagi setelah itu. Entah ekspresi apa yang harus aku perlihatkan. Tetapi aku mengambil kesimpulan sendiri, bahwa mungkin ini karma.

Tadinya ku pikir, aku tidak akan pernah bisa memaafkannya. Karena ia adalah orang terjahat yang pernah aku kenal. Aku menyesal pernah menangisinya. Air mataku terlalu berharga untuk itu. Dan tidak akan pernah bisa digantikan oleh apapun. Tapi entah mengapa aku sudah tidak memperdulikannya. Memaksa otakku untuk mengingat-ngingat juga tidak berpengaruh apapun. Sepertinya aku sudah mengubur dalam-dalam kenangan buruk itu. Setiap orang pernah punya kesalahan. Mungkin salahku juga dulu terkesan memaksa.

Bertahun-tahun tidak bertemu, ternyata ada yang berubah darinya. Sekarang ia terlihat lebih kurus dan manis. Penampilannya yang rapi dan tidak merokok menambah nilai plus dimataku. Sekarang ia telah berubah seperti lelaki idamanku. Oh tidak, bisa-bisa aku jatuh cinta lagi. Semoga saja tidak.

Melihat suasana yang indah, aku tidak mau melewatkan momen berharga ini. Lantas aku mengabadikannya dengan berfoto bersamanya. Untuk kenang-kenangan barangkali atau untuk stok display picture bbm ataupun koleksi foto di instagramku.

Setelah puas berfoto, kami memutuskan untuk pulang. Sekarang sudah malam. Aku harus pulang dan kami pun harus berpisah. Rasanya ingin aku memohon-mohon pada waktu agar mengizinkan kami bertemu lebih lama lagi. Tetapi sepertinya waktu berkata lain. Sekarang kami harus berpisah. Mungkin suatu saat waktu akan mempertemukan kami lagi. Tenang saja, waktu tidak pernah berkhianat. Kami hanya perlu bersabar menunggu saat yang tepat. Sampai bertemu lagi.

Thanks for today, I'm happy. 😊

To be continued......