Sudah lama aku tepekur di tempat ini. Tempat dimana aku mengistirahatkan tulang belulang ku yang sedari tadi berteriak kelelahan. Sebenarnya bukan hanya raga ku yang lelah, tetapi juga jiwaku.
Aku lelah, aku capek, aku menyerah!
Hari ini hari yang sangat melelahkan. Dengan bodohnya aku menghabiskan segenap energi ku hanya untuk menangisi seorang lelaki pecundang! Sialnya ia membuat hatiku teriris-iris dan menyumpahinya.
Ceritanya begini, aku menyukai seorang lelaki bernama Aksel. Dia adalah teman satu sekolah ku. Kelas kami bersebelahan, aku kelas 2 IPA 5 dan Aksel 2 IPA 4. Awalnya aku berusaha mendekati Aksel. Langkah pertama yang aku lakukan adalah mencari tahu nomor ponsel nya.
Setelah aku dapat nomor ponsel nya, aku lantas mengiriminya pesan singkat dan ternyata Aksel merespon ku. Yes! Lampu kuning. Aksel tetap merespon namun Ia nampak hati-hati.
Setiap hari kami selalu berkomunikasi, sampai tiba saatnya aku ingin Aksel tahu perasaanku. (Tapi bukan nembak loh ya!).
Setiap kali berpapasan dengan Aksel, Hari dan beberapa teman sekelas Aksel selalu menggoda kami, nampaknya mereka melihat status facebook ku tadi malam. (GR ♥ RAS) Malu sih, tapi senang! Haha
Tapi, 2 minggu setelah itu Aksel berubah. Mungkin Ia risih karena selalu digoda oleh teman-teman nya atau mungkin Ia risih karena Aksel tidak suka padaku? Hmmmm. Bisa jadi. :(
Selidik demi selidik, ternyata Aksel sedang bingung. Ia galau apakah akan kembali bersama mantan kekasihnya yang di Bogor atau membuka hati dengan orang baru: aku. Dan sedihnya, ternyata ia memutuskan untuk memilih mantan kekasihnya.
Tetapi aku tetap mengiriminya pesan singkat walaupun terkadang tidak dibalasnya. Sampai tiba akhirnya hari ulang tahun Aksel dan aku mengirim ucapan dan doa yang cukup frontal:
Selamat ulang tahun Aksel, semoga apa yang kamu inginkan tercapai di tahun ini. Dan semoga kamu bisa jadii pacar aku. Haha aamiin.
Aku juga sering mengirimnya lirik lagu yang menggambarkan perasaanku seperti lagu Dari Hati.
Ku ingin kau menjadi milikku entah bagaimana caranya. Lihatlah mataku untuk memintamu. Ku ingin jalani bersamamu coba dengan sepenuh hati. Ku ingin jujur apa adanya dari hati.
Sering kali Aksel risih dengan semua pesan singkat yang aku kirimkan. Bahkan Ia memperlihatkan isi pesan singkatku kepada teman-temannya dan menyebutku "Cewek Centil".
Jleb! Rasanya pisau belati menancap di dada ketika mendengar berita itu dari Fahri. Aku lantas menangis hebat di kelas. Sampai-sampai ada segelintir teman sekelasku yang mengataiku "Lebay". Aku tak peduli, aku tetap menangis. Kalian ga ngerasain sih rasanya jadi aku gimana!
Rasa kecewa perlahan menyelinap. Aku tak dapat membendung kesedihan di sudut hatiku ini. Saat itu aku memutuskan untuk melupakan Aksel. Beberapa hari kemudian aku menyandang status berpacaran dengan pria yang baru aku kenal.
Aku masih cukup sering berkomunikasi dengan Aksel. Dan tahu kan apa yang terjadi? Aksel mulai memberikan lampu hijau kepadaku! Aku bingung harus bagaimana. Dan dengan bodohnya aku memutuskan hubunganku dengan Hilmi. (Maafkan aku Hilmi :( )
Aku pikir ini akan menjadi jalan untuk ku berpacaran dengan Aksel. Tapi aku salah besar! Aksel teramat marah ketika Ia mengetahui bahwa sebenarnya aku sudah punya pacar. Tapi kan aku udah mutusin Hilmi demi Aksel :(
Beribu sms permohonan maafku tak satupun Aksel balas. Teleponku tak pernah diangkat. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui Aksel untuk meminta maaf keesokan harinya.
"Aksel, bisa ngomong sebentar ga? Plis ini penting banget"
Namun Aksel sama sekali tidak menghiraukanku dan menganggapku tidak ada. Ia malah berjalan menghidar menjauhiku.
"Plis banget Sel, maafin aku. Aku tau aku salah. Aku minta maaf. Maaf banget. Maaf banget. Maaf banget. Kamu mau kan maafin aku?" Dengan memasang muka memelas aku terus berusaha meminta maaf pada Aksel dan mengejarnya. Tapi lagi-lagi Aksel tak menghiraukanku.
Aku terus mengejar Aksel hingga ke parkiran depan ruang OSIS dan tak henti-henti nya melontarkan permohonan maaf. Disana banyak teman-temanku yang melihat. Tapi aku tidak mempedulikannya. Aku hanya ingin Aksel memaafkanku, itu saja.
Semakin giat aku melontarkan kata maaf, semakin membuat Aksel geram. Aksel sama sekali tidak mau berbicara denganku. Ia diam seribu bahasa. Mukanya merah padam. Aku bisa melihat kemarahan dan kebencian dihatinya kepadaku. Bahkan saat aku meminta tolong Armi untuk membujuk Aksel agar mau berbicara denganku, Ia semakin menjadi. Amarahnya tidak bisa diredam lagi.
Lama-kelamaan setelah melihat sikap Aksel yang tidak mempedulikan niat baik ku untuk meminta maaf, aku menjadi emosi. Urat malu ku yang sudah kepalang putus, harga diriku yang sudah terlanjur lenyap dan merasa tidak dihargai membuat hati ini terasa diterkam rasa sakit yang luar biasa.
Aku tak bisa menahan amarah yang mengebu-gebu dihatiku. Aku bisa merasakan butiran bening membasahi pipiku. Sejurus kemudian aku membalikkan badan dan berjalan cepat menuju motorku. Secepat kilat aku men-starter motorku. Tanpa menggunakan helm aku pun tancap gas sekencang-kencangnya meninggalkan lapangan parkir.
Rasanya seperti ditusuk-tusuk pedang 1000 kali. Sangat menyakitkan. Jutaan sumpah serapah terlontar dari mulutku. Air mata semakin deras membanjiri rok seragam. Aku yang tidak tahu harus kemana akhirnya memutuskan untuk ke rumah Arini di dekat sekolah.
Di bawah terik matahari pasti terlihat jelas sekali wajahku yang merah padam dan air mata yang terus berguguran di pipiku. Teman-teman Aksel yang melihat kejadian itu merasa kasihan kepadaku dan beberapa diantara mereka memarahi Aksel. Namun Aksel tetap saja bungkam. Bibirnya seperti terkunci oleh gengsi.
Aku tidak tahu persis kondisi Aksel saat itu. Aku hanya diceritakan oleh Arini dan Reina setibanya dirumah Arini. Disana aku menangis sejadi-jadinya. Aku meluapkan semua emosiku. Hingga air mataku kering akhirnya aku berhenti menangis berkat Arini dan Reina yang berusaha menenangkanku.
Aku tahu aku salah. Tapi ga usah kayak gini caranya dong! Kalo dari awal Aksel emang ngasih lampu ijo, aku juga ga bakalan jadian sama Hilmi. Mungkin sekarang temen-temennya Aksel bilang kalo ini semua karena salah aku. Tapi mereka ga ngerti posisi aku kayak gimana! Oke semua ini salah aku. Glave yang salah dan Aksel yang selalu bener. Puas kalian?!!!!!!!!!!
Liat aja Sel, suatu saat nanti kamu bakalan bayar atas semua tetes air mata tiap kali aku nangis gara-gara kamu! Kamu bakalan ngerasain apa yang aku rasain! Entah kamu yang bakalan diginiin sama cewek lain, atau kamu yang balik suka sama aku disaat aku udah bahagia sama yang lain dan kamu ga akan pernah bisa move on dari aku! Kamu bakal nyesel seumur hidup kamu karena udah nyia-nyiain aku! Kamu jahat banget, Sel! Aku benci banget sama kamu! Dan suatu saat itu pasti bakal terjadi tapi gatau kapan, Allah itu maha adil. Inget Rahadian Aksel Surapati, KARMA IS TRUE!!!
Tahun demi tahun berlalu. Aku semakin lupa dengan sosok Aksel. Ku dengan segelintir kabar dari teman-temanku jika Aksel masih belum bisa move on dariku. Memang terlihat dari cara Aksel yang selalu BBM, selalu perhatian, selalu kepo sama sosmed ku. Memang benar kuasa Tuhan, Dia sungguh maha pembolak-balik hati. Sekarang aku sama sekali tidak ada perasaan apapun kepada Aksel. Berbeda dengan Aksel, sampai 4 tahun ini Aksel merasa menyesal dan tidak bisa melupakan bayang-bayangku. Aku hanya bisa tersenyum. Ini lah yang disebut karma dan selamat menikmati Rahadian Aksel Surapati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar